PENDUSTA

23 6 0
                                    

Aku tak mengerti, perempuan macam apa yang bisa membuat kau terlena padanya. Apakah aku kurang cukup untuk menjadi tempat disaat teduhmu? Apakah aku kurang kokoh menjadi bahu disaat lelahmu dalam menghadapi kerasnya hidup? Apakah aku yang tidak bisa sempurna dia yang memiliki segalanya? Atau apakah memang kau yang sudah tak terpikat padaku? Entahlah. Hanya kau yang mengetahui segala pertanyaanku. Rasanya ucapan mu dulu tentang kesetiaan sudah terdengar tak berharga lagi, janji mu yang berkata bahwa kau hanya menetap padaku saja sudah terdengar basi.

Berulang kali aku berfikir dan mengoreksi diriku sendiri, apa yang salah? Tak ku temukan jawabannya. Berkali-kali aku terdiam memikirkan semua keburukan ku selama ini. Tak kutemukan titik salahnya.  Apakah ini semua memang sengaja kau perbuat untuk membuatku terluka dan menghancurkan kepingan perasaanku? Atau ini adalah sebuah hukuman besar yang kau buat untuk ku yang belum bisa memahami bagaimana seseorang lelaki seperti mu?

Pertanyaan seputar masalah ini dan dirimu juga dirinya menyesakkan otak dan hatiku. Kemunafikan yang terlukis di dalam senyumku adalah kesulitan yang paling sulit untuk ku lakukan untukmu. Dan aku tak bisa membendung nya, aku menangis menikmati semua yang kau lakukan padaku. Semuanya.

Terakhir aku masih saja merasa bahwa aku adalah perempuan yang paling beruntung mendapatkan mu. Dari banyaknya lawanku yang ingin mendapatkan hatimu, aku beruntung bisa meraihnya tanpa aku mengemis hati padamu. Kau memberikan secara cuma-cuma padaku yang tak tahu menahu soal cinta di dunia ini. Kau membuat semuanya serba perdana, kau buat duniaku hanya berselimutkan namamu. Kau perbanyak kenangan indah dan buruk, bahkan kau memeluk ku dengan hangat saat kita menerpa hujan menuju pulang, dan kau menciumku untuk yang pertama kali dalam sejarah hidupku. 

Dan akhirnya aku seperti bangun dari mimpi indahku selama ini, ini hanya mimpi. Ini mimpi. Secepat itu kau melukai hati ku, dan sekilat itu kau menghancurkan benih cintaku menjadi kepingan sampah tak berguna. Siapa perempuan itu? Kenapa dia ada dalam lentera kita?  Kenapa dia bisa masuk dalam kita? Bukankah kemarin kau sendiri yang berkata bahwa kau tak minat pesan singkat dengan siapapun selain aku? Kenapa cepat sekali kau berubah pikiran?.

Aku tak tahu siapa yang akan disalahkan saat ini. Dia yang hadir sebagai parasit untuk hubungan yang sudah susah payah kita bangun bersama, kau yang sengaja membiarkannya masuk, atau aku yang tak sadar dengan semua ini dan membodohi diriku bahwa aku adalah perempuan beruntung itu?.

Tak sadar aku sudah membasahi pipi dengan air mata yang deras dan lupa dimana letak tisu untuk menepis nya. Ingin rasanya aku lari dan lari sejauh mungkin, tertabrak kendaraan dan amnesia. Lalu saat membuka mata aku melihatmu seperti orang asing. Atau aku mungkin pergi saja dari kota ini dan melupakan kalian yang sekarang sudah ku benci.

Menurut mu apakah ini hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak sengaja, atau ini memang sudah takdirnya seperti ini? Saat aku mendengar kau lebih membela perempuan itu, aku sudah tak ingin ingat lagi siapa dirimu untukku, dan apa gunanya bersamamu selama nafasku dulu. Senyuman tak terukir lagi di sisi bibirku untukmu. Hanya air mata sebagai pengganti suara ku padamu. Semoga kau bisa bahagia dengannya yang mungkin bisa lebih membuatmu terdengar seperti memuja bidadari baru. Walaupun sebenarnya ingin ku doakan saja kalian mati.

PERGI BERSAMA LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang