Greg dan Jess saling bertatap muka, sorot mata mereka berdua begitu tajam, tanpa sepatah kata pun. Keduanya larut dalam keheningan. Sejenak kemudian, senyum kedua orang itu mengembang.
"Hei jess. Kukira kita akan bertatap - tatapan hingga kiamat tiba?" Kata Greg berusaha membuka percakapan seraya tertawa kecil.
"Ahaha, jadi memang benar kau Greg!" Balas Jess. Dia mengurangi sorot matanya yang tadi tajam hingga kini berada dibatas wajar.
"Pantas aku merasa ada wajah yang familiar disini."
"Dan ternyata memang kau teman lamaku," Jess bergerak mendekati telinga Greg, lalu berbisik, "Ayo, kukenalkan teman - teman baruku."
Greg tersenyum dan dengan sedikit nada tanya, berbisik balik pada lawan bicaranya, "Dan yang kaumaksud 'teman' baru?"
Jess tertawa, lalu tersenyum kecil, lantas mengangguk. Melihat tawa Jess, Greg kembali terpaku dan memandangi teman lamanya. Sepasang bola matanya yang berwarna abu - abu gelap, rambut yang terurai sepanjang punggungnya, dan hoodie pink oversize yang dikenakannya, dia sama sekali tidak berubah semenjak kali terakhir Greg melihatnya. Imut.
"Greeeg?" Jess menjentikkan jari - jarinya didepan mata Greg. Perempuan itu berdiri dari bangkunya, dan memberi isyarat pada Greg untuk mengikutinya.
Greg menggeleng, menyadari bahwa bel istirahat belum berbunyi. Tapi tepat di akhir gelengannya, bunyi deringan bel istirahat mencapai telinga Greg. Dia pun tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya, lantas bergerak mengikuti Jess.
Kedua orang itu berjalan berdampingan, saling bertukar cerita untuk beberapa saat, dan hingga kini saling diam. Dalam diam, mereka tetap melempar senyum satu sama lain, tanpa merusak keheningan itu. Keduanya terus berjalan hingga mendekati sebuah pintu kayu bermotif naga, dengan gagang pintu berlapis emas.
Jess menghentikan langkahnya, dan melangkah maju, "Disini tempat pertemuan kami. Mulai besok kau boleh hadir, jika kau mau." Dia pun membuka pintu.
Mengikuti Jess, Greg memasuki ruangan dibalik pintu besar tadi, dan menemukan dirinya didalam sebuah aula megah. Dibawah kakinya, lantai berlapis emas mengkilat, memantulkan cahaya dari lampu putih yang terpasang dilangit - langit aula. Pilar - pilar hitam berdiri kokoh ditengah aula, mengelilingi sebuah meja hitam berbahan batu mulia.
Seraya mengamati aula, Greg berjalan perlahan ditengahnya, sambil mencari keberadaan Jess. Dia kehilangan Jess semenjak tadi saat mereka memasuki aula.
Tiba - tiba, konsentrasinya terpecah. Greg merasakan keberadaan beberapa orang lain, yang kini dengan sorot mata tajam mengawasi gerak - geriknya. Greg menegangkan ototnya, beranjak ke kuda - kudanya, untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Kemudian, empat orang muncul dari balik pilar. Keempatnya mengenakan pakaian serba hitam, dan masih dengan sorot mata tajam memandangi Greg.
"Jess? Inikah sambutan hangat darimu?" Dalam sekejap, senyuman ramah Greg berubah menjadi seringai buas. Lalu dalam satu hentakan langkah, dia maju menyerang keempat orang itu.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Note: If you feel the need for me to improve this story, please go to the comment section and i'll consider your comment. :)