Chapter 6 Full Time

20 6 0
                                    

Cowok ini jadi sedikit aneh deh. Mungkin karena kondisi mental nya sedang sakit. Aku diam dan memandanginya. Kesan pertama dia terlihat baik. Wajahnya yang tampan menyuguhkan senyum manis. Orangnya cukup rapi. Tampak dewasa dan bisa berpikir dengan baik. Dia bukan seperti orang berbahaya.

"Cuacanya Bagus.lo mau kan makan barang gue? "Ajak dia padaku.

"Baiklah, ayo kita makan! "Ucapku dan di angguki oleh dia.

"Wah, senangnya!  Gue udah kelaparan nih. "Ucap dia dengan tersenyum gembira.

Dia menarik ku dan membawaku masuk menuju kafe yang ada di sebrang jalan sana. Bangunan serta dekoran kafe ini sangat Indah. Semua kursi menghadap kearah jalan sehingga bisa melihat udara terbuka. Pengunjungnya cukup ramai. Dahan-dahan pohon di pinggir jalan bergoyang-goyang tertiup angin. Mataharipun sudah mulai condong ke barat.Angin di sore hari ini berhembus agak kencang.

Makanan yang tadi cowok itu pesan pun sudah di antar ke meja. Cowok itu memesan ikan tiramisu saus tiram dengan minumannya jus jeruk. sedangkan aku hanya kentang goreng saja dan air putih.

Biar suasananya tidak terlalu hening aku mencoba membuka obrolan.

"Boleh Tanya? "Ucapku yang menghentikan aksi dia makan.

"Apa! "Ucap dia sambil mengunyah makanan

"Kenapa tadi mau bunuh diri! Tanyaku pada dia.

Cowok itu membisu, mungkin pertanyaanku kurang berkenan di hatinya.

"Yaudah, kalo gak mau jawab. Nggak papah ko! "Ucapku yang melirik dia sekilas. Buru-buru aku melanjutkan bicara.

"Tapi, jangan coba-coba buat bunuh diri lagi, ya!aku rasa menyelesaikan masalah dengan cara bunuh diri itu gak baik. Meskipun begitu banyak masalah yang kamu hadapi di dunia ini, jangan mencoba untuk putus asa karna setiap orang memiliki masalah dan mungkin saja  diluaran sana ada yang lebih banyak mendapatkan masalah dari kamu. Masalah itu harus diselesaikan dengan cara baik-baik bukannya dengan cara hal konyol seperti tadi. Percaya deh setiap masalah yang kita hadapi sekarang Tuhan bakal berikan jalan keluarnya hanya saja kita butuh kesabaran."ucapku lalu tersenyum ramah. Tanpa kusadari aku memberikan masukan pada dia sedangkan aku juga lagi dihadapkan dengan masalah percintaan bahkan ini juga sangat rumit.

"Gue mengerti, Terima Kasih ya".

"Iya, sama-sama.

Dia tersenyum sambil menatap wajahku.

"Kenapa? Ada yang aneh? "Ucapku pada dia.

"Lo anak yang baik. Walaupun ini urusan orang lain, tapi lo jadi ikut serius seperti ini.

Anak baik? Ucapan dia terdengar lembut sampai ke hati. Membuat aku merasa bahagia.

"Sekarang gue boleh tanya kan?ucap dia padaku.

"Apa? Ucapku.

Tadi lo bilang kalau kesedihanmu membuatmu mati, kenapa! "Lagi-lagi cowok itu bertanya.

Aku terdiam ..

"Kenapa lo tadi nangis seperti itu?lagi-lagi dia mengintrogasiku.

"Apa aku harus cerita".tanyaku pada diri sendiri.

"Kalau nggak mau cerita, sebaiknya jangan. "Ucap cowok itu.

Cerita atau tidak, ya? Bingung. Sudahlah aku terlanjur malu. Lagipula tidak akan ketemu dia lagi. Baiklah, akan kuceritakan semuanya. Mungkin dengan sedikit cerita beban dihatiku agak hilang.

"Aku ditolak sama cowok yang kusukai. "Ucapku dengan sedikit malu.

"Ditolak? "Ucap dia dengan keras.

RevanDienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang