Chapter 10 Berfotret

13 3 0
                                    

Revan mengantarkan ku dengan mobil hingga sampai di depan rumahku. Tapi, aku tidak mau turun. Kalau berpisah di sini. Aku tidak punya alasan lagi untuk menemuinya. Apa aku akan melupakan sesuatu lagi seperti kemarin. Dia memanggilku cinderella hanya saja aku meninggalkan ransel ku yang jatuh tanpa sengaja. Sedangkan Cinderella di TV meninggalkan sebelah sepatunya. Hingga suatu hari ada sosok pangeran yang menemukan sebelah sepatu itu. Hehe tapi tidak dengan ku yang malah ku tinggalkan tas dan kartu pelajar ku bukan sepatu ku.

Sungguh menyenangkan mengobrol bersama Revan. Aku bisa melupakan Nizar seketika. Revan, bisakah kamu katakan bagaimana hubungan kita selanjutnya? Dia sudah membuatku nyaman. Dan dia sudah rela menyisihkan waktunya untuk anak SMA seperti ku. Memberiku semangat, kelembutan, kehangatan dan mendengarkan ceritaku yang tidak penting ini.

Revan sangat baik! Rasanya aku ingin lebih lama lagi berada di dekatnya. Ingin terus seperti ini tidak mau berpisah.

"Kenapa? "Andien kita udah sampai. Revan menatapku dalam-dalam. air mataku mulai turun dan membasahi pipiku.

"Andien".Revan mengulurkan jempolnya untuk menghapus air mata di pipiku.aku tersadar lalu beralih menatap Revan dengan serius. Lagi-lagi air mataku kembali mengalir. Aku tidak bisa memberhentikan air mata ini. Revan mengambil saputangan dari saku celananya lalu memberikan saputangan bermotif kotak-kotak warna merah, masih bersih, rapih halus dan Wangi farfum itu padaku.

"Maaf, aku menangis. Karena kejadian kemarin, emosiku jadi nggak stabil.

Revan menatapku dengan lembut. "Gue tau ko".

"Andien, lo masih ada waktu sebentar kan. Sebelum gue kembali lagi ke paris. Gue pengen memotret loh.

"Memotret ku? "

"Iya, gue bakal buktiin kalau cewek itu cantik. Siapapun dia. "Ucap Revan dengan mengulurkan sebelah tangannya lalu mengacak rambutku hingga menutupi muka ku.

"Tapi dengan pakaian seperti ini, rambut berantakan, mata sembab habis nangis, apanya yang Bagus Revan.

"Udah lo cukup gitu ajah. Cantik ko! Nggak usah heboh-heboh atau bergaya yang aneh-aneh. Pokonya gue bakal buat lo cantik dari sahabat loh itu Syila. Percayalah sama gue. Ucap Revan dengan sedikit sombong.

"Gimana bisa kamu bakal buat aku cantik melebihi Syila sahabatku. Ya nggak mungkin lah Van. Syila kan cantik udah bawaan lahir sedangkan aku udah jelek juga dari lahir hehe. Aku berkata dengan tidak percaya diri.

"Ck, dasar cewe gak percaya diri.

Aku menghela nafas panjang."Huftt... Ya begitulah. "

Aku mendapatkan kesempatan langka di potret oleh fotografer yang hebat ini. Sebaiknya aku berekspresi sebagus mungkin, untuk mendapatkan hasil yang Bagus pula.

"Revan, kamu bawa kameranya?

"Bawa.

Revan mengambil kamera dari kursi belakang pengemudi.

"Waw, ini kan kamera canggih".Andien terkejut dan langsung mengambil kamera ditangan Revan.

"Andien, lo suka fotografi".Revan bertanya seperti itu.

"Suka banget". Andien berkata sambil tersenyum.

"Suka fotografer atau Suka orangnya".Revan berucap dengan mendekatkan wajahnya kepada wajahku.

Akupun menjauhkan wajahku dari Revan. Rasanya malu di tanya seperti itu segera ku tundukan kepala ku. Dengan masih tidak berani menatap Revan. Andien berucap."Apaan sih gak jelas.

"Ko gak jelas sih".Tanya Revan dengan masih menatap wajahku.

"Hah, nggak ko. Udah buruan katanya mau memotretku.

RevanDienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang