C

893 103 1
                                    

Ternyata Sasuke benar-benar datang lagi ke rumah orang tua Hinata. Bahkan Sasuke tidak sendiri, ia mengajak kedua orang tuanya juga. Ah, Hinata jadi merasa jika ini merupakan sebuah bentuk dari lamaran Sasuke.

Sial.

Padahal tujuan awal Hinata adalah untuk membalas perlakuan lelaki itu padanya. Tapi kenapa malah seperti ini? Dan lagi, kenapa ibunya begitu mudah merestui Sasuke?

Sebenarnya juga tidak merasa aneh, pasalnya sang ibu tidak memiliki banyak syarat untuk lelaki yang akan dijadikan menantu. Yang terpenting adalah dia lelaki yang bertanggung jawab, juga mencintai Hinata apa adanya.

Terlepas dari itu semua, Hinata juga sedikit demi sedikit mulai membuka hatinya untuk Sasuke kembali. Gadis itu cukup menyadari keseriusan Sasuke untuk menikahinya.

Menikah. 
Garis bawahi itu. Bukan lagi sebatas sepasang kekasih. 

Tiba saatnya untuk Sasuke mengutarakan tujuannya datang ke rumah keluarga Hyuuga. Dengan wajah yang cukup serius, Sasuke menjelaskan bahwa setelah ia wisuda tiga bulan lagi, serta masuk di perusahaan sang ayah tanpa bantuan orang yang bersangkutan, lelaki itu akan menikahi Hinata. Tidak ada yang tahu, jika Sasuke tengah berkeringat dingin saat ini. Hatinya bergemuruh menantikan jawaban dari ayah Hinata.

Apakah akan langsung mendapatkan restu, ataukah sebaliknya? Ditolak mentah-mentah.

Oh, Sasuke bergidik memikirkan kemungkinan yang terakhir. Semoga saja itu tidak pernah terjadi.

Lama berpikir, ayah Hinata akhirnya angkat bicara. "Apa kau benar-benar serius ingin menikah dengan Hinata?"

"Ya, saya tidak pernah seserius ini."

"Baiklah, sekarang juga aku menantangmu untuk bertanding karate. Dan kau tidak diperkenankan untuk menolak, Tuan Muda Uchiha."

"Saya menerima tantangan Anda, Tuan Hyuuga."

.

***

.

Kini Sasuke dan ayah Hinata, Hiashi, sudah mengenakan pakaian karate. Sebelum mulai, Sasuke membungkuk hormat pada pria paruh baya di hadapannya. Beruntung saja ia juga sering berlatih karate, jadi ia pasti bisa menunjukkan kemampuannya.

Beberapa kali Sasukse berhasil menepis serangan Hiashi, bahkan ia memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyerang balik ke arah pria paruh baya tersebut. Sasuke semakin membanggakan dirinya ketika tahu kalau Hinata tengah menatapnya penuh kekaguman.

Hinata yang melihat pertandingan mereka berdua berdecak kagum, ia tak menyangka jika Sasuke mempunyai ilmu beladiri yang tidak bisa dianggap remeh. Hinata yakin sekali kalau Sasuke tidak belajar karate dari ramaja, melainkan sejak masih kanak-kanak.

Hiashi sendiri meyakini kalau Sasuke begitu bersemangat dan serius ketika bertanding melawannya. Dari kemampuan lelaki itu saja, pria paruh baya tersebut sudah tahu kalau Sasuke sebenarnya sangat menguasai ilmu beladiri yang kini mereka pertandingkan. Hanya saja, sepertinya Sasuke sedikit sungkan untuk melakukan perlawanan yang cukup kuat pada ayah Hinata.

Dengan serangan telaknya, Hiashi berhasil menjatuhkan Sasuke. Ya, walaupun dengan menggunakan sedikit kecurangan. Pria itu menindih tubuh Sasuke yang tak bisa berkutik lagi, dalam hati ia tersenyum. Lelaki Uchiha yang menjadi lawannya kini sungguh tidak main-main dengan ucapannya. Bahkan Hiashi dapat melihat keseriusan yang terpancar dari mata Sasuke saat mengutarakan maksud dan tujuannya datang menemui kepala keluarga Hyuuga hari ini.

Tantangan bertanding karate adalah sebagai pembuktian juga, apakah Sasuke benar-benar serius atau tidak. Dalam hati, ayah Hinata juga memuji kemampuan karate Sasuke yang cukup baik. Hal itu dapat dijadikan sebuah pertanda kalau Sasuke bisa melindungi Hinata dari bahaya yang mengancam. Walaupun ia sendiri tahu jika putrinya itu juga jago dalam ilmu beladiri, tapi apa gunanya jika mempunyai suami yang lemah?

Nafas Sasuje masih belum teratur. Ia sangat kelelahan menghadapi serangan yang dilakukan oleh Hiashi secara bertubi-tubi. Apalagi sang calon ayah mertuanya itu tidak memberinya kesempatan untuk membalas.

Dan saat ada sedikit kesempatan untuk membalas serangan calon ayah mertua, Sasuke langsung memanfaatkannya. Akan tetapi, setelah itu Sasuke harus mendapatkan serangan telak dari pria paruh baya tersebut.

Setelah membuatnya terjatuh dan memelintir tangannya ke belakang, Hiashi langsung menindih tubuhnya. Ringisan pelan sempat keluar dari mulut Sasuke. Kemudian ayah Hinata bangkit dari tubuhnya, Sasuke segera bangun meski sedikit kesulitan.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Hiashi keluar dari ruangan yang khusus digunakan untuk berlatih beladiri tersebut. Sasuke menatap punggung ayah Hinata yang semakin menjauh. Pria paruh baya tersebut pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Sasuke. Dan saat pria paruh baya itu sampai di ambang pintu, barulah ia sedikit menolehkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Aku percaya kau dapat menjaga putriku dengan sangat baik, Uchiha," ujar Hiashi dan berlalu pergi.

Sasuke terdiam, ia masih terpaku dengan kata-kata ayah Hinata. Bahkan saat Hinata berdiri di sampingnya, Sasuke belum menyadarinya.

Hingga Hinata mengucapkan sesuatu dengan nada yang lirih. "Mudah sekali kau mendapatkan restu dari ayahku?"

Menatap Hinata yang menatap lurus ke depan, Sasuke hanya diam tak berekspresi. Lelaki itu tidak tahu apa maksud Hinata, itu adalah sebuah pertanyaan ataukah pernyataan.

Hinata lalu menolehkan kepalanya ke arah Sasuke yang tampak menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya. Perasaan tidak tega muncul di dalam hatinya. Tapi, dengan sikap tak acuhnya juga ekspresi datarnya, Hinata menyembunyikan itu semua.

"Untukmu," ujar Hinata sembari memberikan sebotol air mineral pada Sasuke yang perlahan sudah mengatur nafasnya.

Sasuke yang menerima botol air mineral tersebut menyeringai tipis. "Aku sudah menyelesaikan tantanganmu, 'kan? Itu berarti kau tidak bisa menolakku."

Hinata membalas seringai Sasuke. "Tunggu dulu, Tuan Muda Uchiha. Masih ada yang harus kau selesaikan lagi."

"Lagi?"

"Kau akan tahu besok lusa. Jadi, persiapkan dirimu."

"Baiklah, apapun akan kulakukan untukmu, Hinata Uchiha."

"Berhentilah memanggilku Hinata Uchiha, bodoh!"

"Untuk apa aku berhenti memanggilmu Hinata Uchiha kalau pada akhirnya panggilan itu akan melekat pada dirimu, eh?" Sasuke menyeringai lagi, ia berjalan santai meninggalkan Hinata yang tengah memekik kesal.

"Kau akan mati!" desis Hinata yang langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Menghubungi seseorang yang akan memberikan tantangan selanjutnya untuk Sasuke. Orang yang berada di seberang Hinata mengangkat penggilan darinya, membuat seringai Hinata kembali tercipta. "Halo," sapa Hinata. Ia tampak membicarakan hal yang sangat serius dengan orang di seberang sana.

Dan berselang sekitar tujuh menit, gadis Hyuuga tersebut sudah mengakhiri sambungan teleponnya. Sebuah rencana untuk Sasuke sudah ia persiapkan. Masa bodoh kalau lelaki itu akan mengumpatnya dan berakhir dengan menyerah begitu saja. Hinata hanya ingin membuktikan seberapa serus lelaki itu pada dirinya.

Karena jujur saja, Hinata cukup terkesan dengan perjuangan Sasuke sampai sejauh ini. Para mantan kekasih Hinata yang selalu mengumbar kata cinta bahkan tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di kediaman Im.

"Sasuke Uchiha, berjuanglah untuk mendapatkan hatiku."

.

.

.

... 

Our Love [REMAKE: SasuHina Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang