Perempuan yang Berzina dengan Suami
Bagian Kedua
#Cerita_Mariposa
***
Enam tahun yang lalu, takdir mempertemukan mereka, Chandra dan Fatma di sebuah perusahaan. Bukan sebagai staff yang berpakaian rapi dan wangi, tapi mereka bertemu setiap hari sebagai partner menyiapkan kopi. Ya, mereka bekerja sebagai Office Boy/Girl.
Fatma seorang gadis yatim miskin yang tak mampu melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, sedang Chandra lebih parah, dia yatim piatu ditinggal ayah ibu saat berusia belia. Neneknya yang rentalah tempatnya berkeluh kesah.
Kesamaan nasib malang, membuat mereka kian akrab setiap harinya. Tak disangka, benih cinta tumbuh begitu saja seiring seringnya bertatap muka. Namun, masing-masing lidah belum mampu berkata. Sinyal-sinyal asmara mampu ditangkap indra tapi belum terucap kata, cukup mereka yang rasa.
"Bagaimana kabar nenekmu, Ndra?" Gadis manis itu bertanya saat Chandra mendekatinya yang tengah mengelap kaca. Pemuda itu baru kembali dari membeli pesanan orang kantor.
"Ya begitulah. Masih tua saja. Belum ada tanda-tanda akan kembali muda." Pemuda tinggi semampai itu berujar dengan wajah datar. Fatma sontak tergelak saat mendengar jawabannya. Semprotan pembersih kaca di tangannya sampai terlempar.
"Kalian mau kerja apa pacaran? Mana pesanan salad saya?" Suara melengking dari belakang, membuat mereka terdiam seketika.
"Maaf, Bu Widya. Ini pesanan ibu. Maaf tadi macet di jalan. Jangan marah-marah, Bu. Nanti cantiknya luntur."
Chandra menyodorkan bungkusan yang sedari tadi dipegangnya.
"Lanjut kerja. Jangan bercanda terus. Kerja yang serius!" ujarnya sebelum melangkah pergi.
"Baik, Bu," jawab Fatma lirih.
"Baik, Mak Lampir!"
"Husst, nanti dia dengar. Kau bisa dipecat."
"Dia memang Mak lampir. Tau gak, usia dia itu hanya 3 tahun di atas kita, tapi lihat. Wajahnya penuh kerutan. Kurasa dia kurang bersenang-senang."
Fatma terkekeh sambil melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sejenak tadi.
"Memangnya kita bersenang-senang?"
"Ya, aku senang kau ada di sini. Dulu, setelah kedua orangtuaku meninggal, aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Tapi sekarang aku tau, Tuhan ingin aku bertemu denganmu di sini." Chandra menatap wajah Fatma yang kemerahan. Beberapa detik berlalu tanpa kata. Fatma bergeming tak tahu apa harus dikata. Dalam hati dia suka Chandra, pemuda itu menyenangkan, tapi di sisi lain dia masih ragu dengan perasaannya.
"Ma--"
"Jangan jawab, Fatma. Aku tidak sedang bertanya."
"Tidak, Ndra. Biarkan aku bicara. Sore ini, datanglah ke rumahku. Bicaralah dengan ibuku."
***
Rumah itu cukup luas untuk ditinggali berdua. Almarhum ayah Fatma adalah salah satu orang terkaya pada masanya, tapi sekarang hanya tinggal rumah itu harta yang tersisa. Sebelum meninggal, satu persatu aset terjual demi mengobati penyakit ayahnya.
Seorang wanita usia lima puluhan menyambut mereka di teras. Chandra terlihat gugup, tak tahu harus berkata apa. Apalagi setelah Fatma pamit ke dalam untuk membuatkan teh. Tinggallah Chandra berdua dengan ibu Fatma.
"Jadi, kamu yang namanya Chandra." Setelah hening sejenak, ibu Fatma membuka suara.
"Iya, Bu. Maaf, saya mencintai anak Ibu." Chandra berujar setelah memenuhi paru-parunya dengan oksigen.
"Kalau kamu serius dengan anak saya, buktikan dengan segera melamarnya. Ibu tidak ingin ada pacar-pacaran. Kalian darah muda, gejolaknya susah ditahan. Lebih baik buruan halalkan atau tidak sama sekali."
Fatma yang datang dari dalam telah mengganti baju kerjanya dengan gamis merah muda dan jilbab warna senada, menghidangkan teh dan camilan. Chandra melirik wajah ayu itu sekilas, dadanya bergemuruh. 'inikah cinta itu?' batinnya.
"Ba-baik, Bu. Saya akan segera datang melamar Fatma. Tapi Ibu harus tau sebelumnya, saya bukan berasal dari keluarga kaya. Tak banyak yang bisa saya janjikan untuk Fatma selain cinta."
Ibu Fatma tergelak pelan. Anak muda itu sukses membuat rona wajah Fatma semakin kentara.
"Ya, tentu saya tau. Fatma sudah cerita semuanya. Saya hanya minta satu hal. Sebelum kalian menikah, saya ingin kamu bisa menjadi iman shalat. Karena suami adalah imam rumah tangga. Di tangannya lah nasib biduk mau di arahkan ke mana. Surgakah atau neraka."
Wajah Chandra seketika pias. Keringat dingin meluncur dari dahi, segera dilapnya dengan punggung tangan.
"Ndra, minum dulu." Fatma menggeser segelas teh mendekat ke arah Chandra. Segera diteguknya perlahan. Berdehem sebentar lalu mulai berkata, "Sebenarnya ada sebuah rahasia yang hanya saya dan Tuhan yang tahu."
Fatma dan ibunya saling berpandangan. Chandra melanjutkan, "Sejak kematian kedua orangtua, saya berhenti percaya Tuhan."
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan yang Berzina dengan Suami
Romancekisah cinta yang rumit antara Fatma, Chandra, dan Widya. kisah seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. bukan bermaksud sara, tapi ini lah kenyataannya. akankah Fatma bisa bertahan dengan kenyataan bahwa sang suami telah mendua dan keluar dari ag...