bagian keempat

396 14 8
                                    

Perempuan yang Berzina dengan Suami

Bagian Empat

#Cerita_Mariposa

***

Rintik hujan membasahi tanah kuburan. Chandra masih terduduk di depan gundukan tanah merah yang bertabur bunga di atasnya. Widya ikut berjongkok di sisinya. Celana jeans yang membalut kaki jenjang Widya, kotor terkena percikan tanah bercampur air langit, tapi itu tak mengurungkan niatnya untuk tetap berada di sisi Chandra.

Malam itu, selepas magrib, Chandra bersiap membonceng neneknya untuk datang ke rumah Fatma. Namun, naas, sebuah truck berkecepatan tinggi menyerempet motor yang mereka kendarai. Kedua manusia itu tercampak ke sisi jalan.

Chandra hanya mengalami lecet di bagian tangan dan kaki, sedangkan neneknya meninggal dunia di tempat kejadian perkara.

Satu per satu pelayat meninggalkan komplek pemakaman, menyisakan Chandra dan Widya. Namun, tak ada lagi airmata yang tertumpah dari netra pria berhidung mancung itu.

Widya menepuk pundak Chandra pelan, "Ayo, kita kembali. Hujan semakin deras, aku tak ingin sakit. Lusa kita harus kembali bekerja."

"Tinggalkan aku sendiri ...."

"Nenekmu sudah tenang di sana. Relakanlah. Dia pasti sedih melihatmu seperti ini. Kuatlah, demi dia. Bukankah kau harus segera melamar Fatma? Kuatlah demi masa depanmu."

"Fatma .... Hahahahahah ...." Tiba-tiba rona wajahnya berubah. Tawanya menggelegar memecah kesunyian di pemakaman desa asal neneknya.

"Seandainya aku tak pergi melamar Fatma, mungkin sekarang nenekku masih hidup. Fatma! Fatma! Fatma! Di pikiranku cuma ada Fatma saja. Kau tahu, sebelum kau menemukanku di rumah sakit, aku sedang dalam perjalanan ke rumah Fatma untuk melamarnya. Sial sekali! Sungguh sial!!! Tuhan .... Kenapa kau begitu membenciku, hah? Kenapa Tuhan? Belum puas kau mengambil kedua orangtuaku, kini kau rampas nenekku. Kenapa Tuhan? Kenapa?" Dia memegangi kedua bahu Widya lalu berteriak dengan mendongakkan wajah ke atas. Manantang langit. Air matanya bercampur rintik hujan.

"Plak!!!"

Sebuah tamparan memerahkan pipi kiri Chandra. Ia terbelalak menatap Widya di depannya.

"Sadarlah, Chandra! Tuhan itu baik. Ia pasti punya rencana indah untukmu. Kau harus kuat." Widya memeluk tubuh basah Chandra. Pemuda bermata sendu itu terus meraung, menumpahkan duka dalam pelukan Widya.

***

"Besok kita harus kembali ke kota, Ndra. Kamu harus menjawab telepon dari Fatma. Dia begitu khawatir." Widya berkata sambil tangannya terus menyusun koper di ruang tamu.

Chandra bergeming. Tatapannya kosong ke depan.

"Wid .... Terimakasih. Seandainya kamu tidak ada di rumah sakit saat itu, entah apa yang akan terjadi pada kami. Oh, iya, biaya rumah sakit dan pengurusan jenazah nenekku ... aku belum punya uang untuk menggantinya. Kau boleh, potong dari gaji bulananku nanti."

Widya menghentikan gerakannya dan duduk di sebelah Chandra. Menepuk bahunya pelan, "Jangan dipikirkan dulu, Ndra. Lagi pula, itu rumah sakit ayahku."

Chandra menatap ke dalam mata Widya. "Tapi aku tak suka berhutang budi, Wid. Katakan padaku bila suatu saat kau butuh bantuanku."

Widya tak menjawab. Hanya tersenyum dan menepuk punggung tangan Chandra, lalu beranjak dari duduknya. Namun, ia kembali menoleh ke belakang.

"Istirahatlah. Besok kita akan kembali ke kota. Oh, iya, aku heran kenapa warga desa tidak datang mendoakan beramai-ramai. Ehm ... apa itu namanya? Tahlilan. Ah, iya. Bibiku ada yang mualaf, aku datang saat mertuanya meninggal. Mereka berdoa bersama-sama selama beberapa malam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perempuan yang Berzina dengan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang