Rose melirik kembali pada ponselnya, lalu menghembuskan napasnya setelahnya. Tengah merasa sangat bosan saat ini.
Pandangannya kembali melirik pada Jimin di sana. Yang masih terfokus dengan seseorang yang menelpon dirinya
Ting
Bunyi ponselnya membuat gadis itu mengalihkan kembali pandangannya pada ponsel di tangannya. Oh, Jennie mengirim pesan padanya.
Maka gadis itu tak membuang waktunya. Lebih baik mengobrol dengan Jennie sembari menunggu Jimin selesai dengan panggilannya.
"Park Rose, jangan kabur dan ceritakan pada kami bagaimana semalam kau dan pria itu."
Gadis itu terkekeh sendiri ketika membaca pesan itu. Mulai mengetikkan pesan balasan bagi gadis Kim.
"Aku akan menceritakannya. Tapi tidak di sini. Nanti saja akan ku ceritakan padamu."
Terkirim.
Rose masih memasang senyumnya. Sudah membayangkan bagaimana wajah Jennie yang begitu penasaran. Apalagi, ia tahu betul bagaimana sifat Jennie. Dimana gadis itu tak akan berhenti bertanya jika tak diceritakan.
"Maaf membuatmu menunggu."
Rose mendongak, menemukan Jimin yang sudah selesai dengan panggilannya. Gadis itu beranjak dari duduknya, memasang senyumnya setelahnya.
"Tak apa. Lagipula, menunggu sepertinya sudah menjadi pekerjaan bagiku."
Jimin hanya tersenyum mendengarnya. "Baiklah, biar aku antar kau pulang."
"Oh, tak perlu. Aku bisa menggunakan taksi nantinya. Kau tak perlu repot untuk mengantarku pulang."
Rose terdiam, ketika langkah pria itu kini mendekat padanya. Debaran yang sama, yang selalu ia rasakan ketika pria itu berada di jarak yang dekat dengannya.
"Aku yang membawamu kemari. Maka seharusnya, aku juga membawamu kembali pulang dengan selamat."
Rose tak mengerti apa yang terjadi padanya. Pria di hadapannya benar-benar sangat berpengaruh untuk detak jantungnya. Pesonanya, perkataannya, semuanya.
Maka, gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk setelahnya. Dengan sang pria yang kini menggenggam tangannya. Menariknya pergi bersama dimana gadis itu hanya bisa mengikutinya.
Drrt...Drrt...
Namun, langkah keduanya harus kembali terhenti saat ini. Dan Rose menyadari, jika bunyi itu berasal dari ponselnya. Membuatnya kini melirik ke arah Jimin dan mengulum bibir bawahnya. Seolah menunggu reaksi apa yang akan pria itu keluarkan.
Jimin tersenyum, sedangkan satu tangannya sudah menyentuh kepala Rose. Mengacak surainya dengan gemas, dimana semburat merah itu terbentuk di wajah sang gadis.
"Sepertinya, giliranku yang harus menunggumu."
"Maafkan aku."
"Tak apa. Kau angkat saja dulu panggilannya. Aku akan menunggumu."
Rose hanya mengangguk setelahnya, pun sedikit menjauh dari hadapan Jimin untuk mengangkat panggilannya.
Jennie.
Gadis itu memilih untuk menghembuskan napasnya, sebelum akhirnya mendekatkan ponselnya pada telinganya.
"Yeobose--"
"Rose!!"
Rose sedikit menjauhkan ponselnya ketika suara gadis itu sedikit memekakkan telinganya. Mendecak setelahnya sebelum kembali mendekatkan ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Touch
Fanfiction[18+] ✔ Tidakkah kau tahu? Bahwa dirimu begitu menginginkanku? Jadi cepatlah kemari. Dan berikan aku sedikit sentuhanmu. ----- ©A BTS's Jimin & BLACKPINK's Rosé Fanfiction ©iamdhilaaa, 2019