Chapter 10. Not a Kiss

110 13 6
                                    

***

Sesampainya di kedai es krim yang kata Tomy-supir Reeve- salah satu kedai es krim terkenal di London, Jeslyn langsung turun dari mobil dan tanpa menunggu Reeve, dia langsung masuk ke dalam kedai tersebut. Wangi yang manis seperti buah-buahan langsung memenuhi indera penciumannya dan Jeslyn menyukai itu.

Dia langsung ikut mengantre menunggu gilirannya untuk memesan, sementara matanya terus memandangi jajaran berbagai macam rasa es krim yang ada di etalase. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan nikmatnya es krim di lidahnya.

"Kau ini benar-benar keterlaluan. Sudah memaksaku untuk mampir kemari, lalu dengan seenaknya pergi duluan tanpa menungguku." Jeslyn menoleh dan mendapati Reeve yang tengah menggerutu kesal karena ditinggal olehnya.

"Kau saja yang terlalu lama." Jeslyn menjulurkan lidahnya ke Reeve.

"Dasar menyebalkan." Reeve menarik hidung Jeslyn dengan gemas.

"Sakit, Reeve!" Jeslyn mengusap hidungnya yang memerah dan mencubit perut Reeve dengan satu tangannya yang lain.

"Jes..." Reeve meringis dalam tawanya sambil memegang perutnya. Jeslyn mengabaikan Reeve dan memesan dua rasa es krim untuknya.

"Kau ingin rasa apa?"

"Vanila." Setelah pesanan mereka sudah siap, Jeslyn langsung mengajak Reeve untuk duduk di bangku dekat jendela.

"Apa kau maniak es krim?" Tanya Reeve sambil melirik piring kecil berisi es krim di kedua tangan Jeslyn.

"Memangnya kenapa? Aku suka es krim." Jawab Jeslyn tak peduli.

"Tapi itu terlalu banyak Jes, aku khawatir perutmu akan sakit." Jeslyn menaruh jari telunjuk di depan bibirnya menyuruh Reeve untuk diam, lalu mulai menikmati suapan pertama es krim rasa matcha miliknya. Dia memejamkan matanya dan dengan reflek kakinya bergerak-gerak ketika dirasa sangat nikmat.

Reeve berdecak melihat tingkah Jeslyn seperti orang yang baru pertama kali merasakan es krim. Matanya tak pernah lepas memandangi gadis di depannya itu dan sesekali tersenyum melihat wajah yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

"Ah iya, apa kau selalu memberikan nomor ponselmu ke orang asing?" Celetuk Jeslyn tiba-tiba. Reeve mengangkat kedua alisnya merasa tidak mengerti dengan apa yang gadis itu katakan.

"Maksudmu?"

"Gadis yang sempat kau tanyai di kantin. Memangnya kau mengenal mereka?"

"Oh..." Reeve mengangguk mengerti, "Aku tidak mengenal mereka."

"Kau selalu seperti itu? Ah, apa kau memang tipe lelaki yang suka memainkan hati para gadis dan mencampakkannya begitu saja? Karena itu kau dengan senang hati memberikan nomor ponselmu lalu setelah kau merasa cocok dengannya, kau membuang gadis yang lebih dulu dekat denganmu." Reeve menopang dagu dengan tangannya memandangi Jeslyn yang berbicara ngelantur.

"Selain menyebalkan ternyata kau juga lelaki brengsek." Gumam Jeslyn.

"Hei, aku bukan lelaki brengsek." Ucap Reeve tak terima.

"Kau pikir aku mau memberikan nomor ponselku kepada para gadis secara cuma-cuma? Asal kau tahu itu sangat menggangguku, lagipula mana mungkin aku menyia-nyiakan gadisku ini." Reeve mengerlingkan matanya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Sudah kukatakan jangan menyebutku sebagai gadismu!" Geram Jeslyn.

Reeve mengangkat bahu acuh, "Memangnya aku peduli?"

Jeslyn baru saja ingin menyumpahi Reeve, sebelum lelaki itu menatapnya kembali dengan seringaian jahilnya.

"Apa kau baru saja bermaksud mengatakan bahwa kau cemburu?"

His Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang