Ten

4.1K 600 70
                                    

Taeil termenung dalam ruang kerjanya. Menyangga kening dengan kedua tangannya, menghadap ke permukaan meja yang seolah terlihat menarik.

"Doyoung sengaja berada disana dan memberikan pertolongan pada Patrick."

"Tentangnya dan klien itu, mereka mengakhiri hubungan saat Bertrand memutuskan untuk meminta bantuan kita dan melindunginya selama bekerja di Florence."

"Semua ini berhubungan." Ucapnya seorang diri.

Sang kapten menghela nafas berat, memikirkan masa depannya dengan istri.

"Hanya Anda yang berpotensi untuk menyadarkan Doyoung, Capt."

Taeil melihat pintu ruangannya dibuka perlahan. Sosok manis di balik pintu menyeret kakinya masuk ke dalam ruangan sambil membawa segelas air putih.

"Akhir-akhir ini perutku sering tidak nyaman. Sepertinya ia mulai menendang." Doyoung membuka suara.

Taeil bangkit dari kursinya, lalu menuntun Doyoung ke sofa untuk bisa duduk disana.

"Agh!" Jerit Doyoung saat merasa perutnya menegang.

Taeil ikut terkejut, namun air mukanya tetap datar. Tangannya terulur mengusap perut Doyoung yang sudah terlihat semakin bulat.

Perlahan kerutan di dahi Doyoung memudar. Sakitnya hilang setelah merasakan belaian lembut pada perutnya.

"Hyung.."

". . ."

"Kau mencintaiku?"

". . ."

"Maafkan aku."

". . ."

"Perasaanku padamu tulus, Hyung. Aku tidak bisa lebih jujur dari ini. Aku benar-benar menㅡ"

"Kalau perutmu sudah lebih baik, tolong keluar dari ruangan ini." Sahut Taeil sebelum kalimat Doyoung berakhir.

"Ah, kau sedang tidak ingin diganggu? Baiklah." Doyoung menyempatkan untuk mengecup pipi Taeil sebelum melangkah keluar ruangan.

🍃🍃

Dua bulan berlalu tanpa sesuatu yang berarti. Kasus wabah yang dibuat oleh klien gilaㅡ Bertrand, sudah selesai. Seluruh tim dalam protokol The Mendacium diarahkan untuk meringkus detail kecil pengikut fanatik Bertrand yang memiliki potensi besar untuk meneruskan aksi gila untuk menghentikan overpopulasi di bumi.

Bahkan, kini The Mendacium sudah berbaikan dengan setan perakㅡ Elizabeth Sinskey, direktur WHO. Taeil sebagai ketua protokol meminta maaf dengan tulus karena telah melindungi bioteroris seperti Bertrand.

Dr. Sinskey memaklumi dan dengan senang hati membantu The Mendacium untuk menyapu bersih komunitas transhumanis yang tersebar. Kini The Mendacium lebih membuka diri dengan dunia luar dan mulai memberikan transparansi di tiap pekerjaannya.

Di sisi lain, masalah Taeil dan Doyoung masih belum selesai.

Taeil tetap mengerjakan kewajibannya sebagai suami yang menjaga istrinya. Ia rutin membawa Doyoung pada dokter kandungan, memberinya asupan gizi yang cukup, serta fasilitas penunjang agar bayi mereka sehat. Namun, Taeil tidak banyak bicara. Malah, ia sering menghindar saat Doyoung berusaha mengajaknya bicara.

Memasuki usia kandungan ke tujuh, Doyoung mulai sering merasakan nyeri yang amat sangat di lingkar pinggulnya. Kadang ia juga melihat kakinya membengkak akibat terlalu lama berdiri. Bayi dalam perutnya juga semakin aktif.

Suatu siang saat Doyoung ingin membuat susu, tiba-tiba ia merasakan sakit pada pinggulnya.

"Argh! Hyung!" Doyoung memegangi pinggul dan punggungnya, tangan yang lain menopang badannya pada pegangan pintu.

Namun Taeil tidak kunjung muncul.

"Hyungiee!!" Panggilnya lebih keras.

Taeil tetap tidak menyahut.

"Akh!" Doyoung melorot, duduk di lantai dengan tangan yang memegangi pinggulnya. Ia meringis kesakitan. Bayi dalam perutnya menendang amat kuat, ditambah nyeri yang menjalar pada tubuh bagian belakangnya.

Doyoung menangis, merasakan sakit pada fisik dan batinnya. Nafasnya tersengal akibat menangis terlalu keras. Tubuhnya melemas kala melihat yang diharapkannya datang dengan wajah panik.

Setelah itu, semuanya gelap.

🌱🌱

Taeil sempat melupakan fakta bahwa kandungan Doyoung lemah. Ada sesal yang menyelimuti hatinya saat melihat istrinya kembali tidak berdaya di atas ranjang pasien.

Kapten The Mendacium itu sudah memutuskan sesuatu. Ia pikir itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk istri dan anak.

Doyoung terlihat bergerak resah di atas ranjangnya. Kedua matanya masih terutup, keningnya berkerut. Taeil mengusap rambut istrinya lembut, mencoba menenangkan.

Perlahan tapi pasti, kedua bola indah itu mulai terlihat. Taeil adalah orang pertama yang dipandangnya. Tanpa disadari, aliran bening menetes dari kedua mata Doyoung.

"Ssh, jangan menangis." Ucap Taeil lembut.

"A-aku ingin memelukmu."

Taeil membantu istrinya untuk duduk di tepi ranjang pasien, lalu membawanya dalam pelukan hangat.

"Aku merindukanmu, Hyung." Kata Doyoung di tengah tangisnya.

Di sisi lain, Taeil berusaha menenangkan tangis istrinya dengan membelai lembut surai kehitaman itu dengan sesekali memberikan kecupan pada puncak kepalanya.

"Tolong hentikan hukuman untukku, Hyung. Aku mohon."

"Aku ingin hubungan kita sehangat dulu."

"Maafkan aku, Hyung."

Taeil masih tidak bisa berkata apapun. Ia membiarkan Doyoung mengatakan apa yang ingin diungkapkannya. Sang Kapten merasakan bahunya basah oleh air mata, namun tidak ia pedulikan. Untuk sementara, Taeil membiarkan Doyoung bersandar padanya.

"Maafkan aku.." Ucap Doyoung melemah sambil kembali menutup matanya.

Taeil membantunya untuk berbaring di ranjang, kemudian menyelimutinya hingga batas leher. Tangannya bergerak untuk mengusap jejak air mata pada pipi istrinya.

"Akuㅡ maaf."










































Enaknya Taeil sama Doyoung baikan gak?

Ayo vomment guyz, jumat2 Macaroon gentayangan.

Ayo vomment guyz, jumat2 Macaroon gentayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selenophile [Ilyoung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang