Chapter 2

1.3K 111 0
                                    

Itachi dan Iruka serta pelayan rumah Uchiha Sasuke berlarian di rumah yang luas itu. Tidak lupa halaman depan, dan halaman belakangpun jadi sasaran mereka berlari. Mereka bukan berlari tanpa tujuan, tetapi mereka sedang mencari sosok manis yang tidak ada di kamarnya. Sudah ada 20 menit mereka mencari sosok gadis manis di sekitar rumah, bahkan kompleks perumahan tersebut. Namun, hasilnya nihil.

Itachi terduduk di sofa ruang keluarga. Dia belum menghubungi adiknya dan memberi kabar kalau calon istri sang adik tidak ada di kamarnya ketika dia memasuki kamar calon istri adiknya itu. Disaat suasana hatinya sedang tidak baik, karena memikirkan sang calon adik iparnya. Seorang perempuan yang dia sayangi datang dan duduk di sisinya.

"Itachi…"

Merasa namanya disebut, pemuda yang berusia 27 tahun itu menoleh, dan mendapati wajah cantik istrinya, Sakura. "Sakura-chan.."

"Kenapa ribut-ribut? Ada apa ini?"

"Naru kembali tidak ada di kamarnya," jawab Itachi pelan.

Sakura dengan lembut mengusap lengan suaminya. "Sudah menghubungi Sasuke?" Tanya Sakura, dan dia mendapat gelengan kepala dari suaminya itu. Sakura menghela nafas, tanpa bertanya pada Itachi, dia meraih handphone yang dia simpan di tasnya, dan dia mulai menghubungi adik iparnya.

Seorang pemuda yang berusia 23 tahun sedang membaca sebuah proposal dengan teliti. Namun, baru saja pemuda yang bermata onyx ini akan membuka halaman selanjutnya, handphone yang dia taruh di meja kerjanya bergetar. Menghela napas, pemuda yang bernama Uchiha Sasuke itu meraih handphone-nya, lalu menjawab panggilan untuknya itu.

Disaat istrinya itu sedang menghubungi adiknya, handphone Itachi sendiri berbunyi. Itachi mengernyitkan dahinya ketika melihat siapa yang menghubunginya, 'Dokter Kabuto?'

Itachipun menjawab panggilan dari Dokter yang bernama Kabuto itu. Dan detik berikutnya, suami dari Sakura Haruno itu langsung melirik kea rah istrinya yang masih berbicara dengan Sasuke.

"Terima kasih sudah membawanya ke sini Hyuuga-kun," kata seorang Dokter yang baru saja mematikan handphone-nya. Dia menatap seorang pemuda yang sedang berdiri di dekat seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri.

Neji yang tidak memperhatikan Dokter yang tadi menelepon kerabat dari gadis yang pingsan beberapa menit yang lalu itu menoleh, "ah iya," jawabnya sedikit terlambat.

"Kebetulan sekali kamu membawanya ke Rumah Sakit ini, karena gadis itu adalah pasien saya," ucap Dokter yang berkacamata itu.

"Pasien anda?" Ulang Neji penasaran.

Dokter di hadapannya hanya tersenyum, lalu Dokter itupun berjalan menuju pintu keluar. "Mungkin sepuluh menit lagi kerabat Naru-chan akan tiba, saya masih ada pekerjaan lainnya."

"Ah iya, aku juga akan pergi sebentar lagi."

Neji menoleh kea rah gadis yang kini sedang menutup mata birunya ketika dia mendengar suara pintu terbuka dan kembali tertutup. Dengan pelan, pemuda yang memiliki mata Lavender itu berjalan mendekati Gadis berambut pirang yang sedang berbaring. Tangan kanannya terulur, dia mengusap rambut cerah si Gadis dengan lembut.

'Senang bisa bertemu denganmu,Bidadari.'

Neji berjalan mundur, lalu dia berbalik hendak membuka pintu dan meninggalkan kamar rawat yang bau dengan obat itu. Sebelum memutar kenop pintu, Neji masih menyempatkan diri untuk menatap wajah manis yang akan mengganggu tidurnya nanti.

"Semoga kita bertemu lagi, Naru," bisiknya pelan lalu pergi meninggalkan kamar yang kini hanya ada sosok pirang yang manis di dalamnya.

Seorang pemuda tampan bermata onyx yang merupakan tunangan dari Uzumaki Naruto kini telah sampai di sebuah Rumah Sakit. Beberapa menit yang lalu, dimana dia sedang menerima telepon dari Kakak iparnya, yang memberi kabar padanya kalau calon istrinya hilang dan dari Kakak iparnya jugalah dia tahu kalau calon istrinya ada di Rumah Sakit. Karena, saat Kakak Iparnya menghubungi dirinya, saat itu juga Kakaknya yang merupakan suami dari dari kakak iparnya menerima telepon dari Dokter rumah Sakit Otto. Tanpa berpikir panjang, pemuda tampan inipun langsung pergi ke Rumah Sakit di mana Tunangannya berada.

"Uzumaki Naruto dia dirawat di kamar nomor berapa?" Tanya Sasuke tanpa basa basi pada seorang perawat yang bertugas di meja resepsionist.

"Ka-kamar VIP nomor 4, Uchiha-san.." Jawab perawat dengan name tag Tenten.

Tanpa bicara apapun, pemuda yang terkenal dingin itu pergi ke kamar yang disebutkan perawat tadi.

Pintu lift terbuka, Neji melangkahkan kakinya keluar dari lift. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, dia melihat seorang pemuda berjalan tergesa-gesa kearah pintu lift yang akan tertutup. Seorang Pemuda yang mengenakan kemeja berwarna hitam dengan dua kancing terbuka. Pemuda tersebut memasuki lift yang nyaris tertutup. Tidak peduli siapa pemuda itu, Neji terus berjalan untuk meninggalkan Rumah Sakit itu. Tanpa dia tahu, pemuda bermata onyx menatap punggungnya saat lift tertutup.

"Siapa?" Tanya pemuda tampan pada seorang Dokter yang ada di hadapannya.

"Namanya Hyuuga Neji," jawab dokter berkacamata itu tenang. "Aku tidak mau mengganggumu, sepertinya, sebentar lagi Naru-chan, Kau tunggu saja, Sasuke-kun."

"Hn."

Sasuke duduk di sebelah ranjang, dia menatap wajah Tunangannya yang terlihat damai ketika sedang menutup mata. Namun, pikirannya terganggu oleh sebuah nama. Nama yang dia kenal. Nama senoirnya saat dia SMA beberapa tahun yang lalu. Hyuuga Neji.

Refleks, Sasuke meraih tangan mungil Tunangannya. Menggenggamnya erat. Dia memiliki firasat buruk. "Aku tidak akan melepaskanmu, Dobe."

Sebuah kecupan lembutpun diberikan Pemuda yang mengenakan kemeja hitam itu pada tangan halus milik Uzumaki Naruto.

To Be Continue


GadiskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang