Alea mulai terbiasa bersama Max, jika jam istirahat ia terlambat menemuinya, maka ia tak segan-segan lagi menemuinya lebih dulu.
Alea lebih terbuka dan mulai banyak bicara pada Max, bahkan dia sering menyama-nyamakan hoby, kebiasaan di masa kecil serta makanan dan minuman yang disukai Max dengannya.
Mereka sering pergi keluar sekedar nonton dan fitness, padahal Alea sendiri sebenarnya bukan orang yang suka gym, tapi demi memuluskan keinginannya untuk mendapatkan big boss, apapun itu ia lakukan dan sama-sama kan asal bisa mendapatkannya.
"Alea."
"Iya."
"Aku suka dengan dirimu yang sekarang, kamu lebih periang dan terbuka, tidak suka menyepi sendiri." melirik Alea sambil menyetir.
"Karna aku sudah menemukan sosok yang bisa mengerti aku, Pak. Lihat saja, dengan yang lain aku tetap sama seperti dulu, hanya sama Bapak saja, kan?"
=================
"Hay, Wulan, kenapa kau diam saja?"
"Max, siapa wanita yang bersamamu tadi?" beranjak mendekati Max, sambil matanya lekat memandangnya.
"Itu temanku, juga asistenku, kenapa?"
Wulan nampak terkejut, mulutnya terbuka matanya melebar menatap Max tak percaya, "Jauhi dia, Max!"
"Kenapa?"
"Kau menyukainya? Lupakan dia!" teriak Wulan mulai histeris.
"Kamu kenapa? Cemburu?" Max tertawa menggoda Wulan dengan memyentuh dagunya.
"Kenapa aku harus cemburu, kau boleh mendekati atau menikahi wanita manapun tapi aku mohon jangan dia," ucap Wulan lagi.
"Kenapa sih, Wulan? Dia musuh bebuyutanmu?"
"Kau tahu kenapa aku pergi dari kantormu tanpa pamit di hari keempat?"
Max mengelengkan kepalanya.
"Karna aku melihat Andrea,"
Max nampak mengerutkan alisnya berfikir keras, "Andrea berada di kantorku? Kira-kira ngapain dia?"
"Mungkin dia bekerja di sana, Max."
"Ya sudahlah selama ini tidak ada masalah di kantor, mungkin dia hanya menuliskan cerita bertema seperti itu saja, aslinya dia wanita karir normal."
"Tidak Max, dia tidak Normal dia... Dia... Bersama... Dia berbahaya," ucap Wulan terbata-bata.
"Sudahlah kamu rilexs saja, ok!"
Max pergi ke dapur, tak lama kemudian kembali dengan segelas teh hangat diberikannya kepada Wulan.
Melihat Wulan semakin hari semakin gelisah Max tidak tega, dia bermaksut mengenalkan dia dengan Alea, gebetannya.
"Wulan, aku naksir sama cewek," ucap Max suatu sore di halaman belakang rumah.
Wulan yang habis berenang meminum jus jeruk langsung tersedak dan disemburkan tepat di wajah Max.
Tak hanya itu, dia malah tertawa terpingkal-pinggal lalu akhirnya duduk disebelah Max, "Kukira kamu homo, ternyata normal, ya." masih melanjutkan tawanya. "by the way perempuan asli apa jadi-jadian tuh?"
"Bagaimana kalau nanti malam aku kenalkan kau dengannya? Dia agak pendiam tapi kalau dah kenal pasti baik."
"Ok. Malam ini?"
"Iya, malam ini."
===========
Bersama Max, Wulan berjalan beriringan menuju sebuah restoran yang memang sudah Max dan Alea tentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Gadis Psycopath
Mystery / ThrillerAwalnya ini kulakukan hanya untuk menghilangkan jejak perbuatanku, tapi sekarang, aku tidak hanya sekedar menyukai, tanpa memakan mereka aku tak dapat puas dan kenyang