clover

1.5K 250 39
                                    

Saat ini tubuhku sedang diikat oleh perawat-perawat dengan sebuah kain atau apa itu di ujung-ujung kasurku karena aku tidak ingin menjalani pemeriksaan. 

Aku terus meronta meminta untuk melepaskan ikatan pada tangan, tubuh dan kakiku. "Tolong lepaskan, ini sungguh sakit."

Tetapi mereka tak mengindahkan pernyataanku, "Tolonglah, aku bukan anak kecil lagi." aku menatap memohon kepada kedua orang tuaku.

"Diam dulu, Seulgi. Tolong dengarkan dan turuti kami." kata salah satu perawat itu.

"Maaf, Seulgi, mungkin ini terlalu kejam. Tapi, kalau kau tidak menuruti kami kau hanya akan merobek pembuluh darahmu dan akan mengalami pendarahan. Apa kau mau itu terjadi?"

Aku bungkam, berhenti merengek setelah mendengar pernyataan dokter Bae dan tubuhku sudah capek yang sedari tadi tidak ada hentinya meronta.

"Tolong lepaskan ini, aku janji akan menuruti kemauan kalian. Tapi kumohon lepaskan, ini sangat sakit." mohonku dengan putus asa.

Tetap saja mereka tidak mendengarkanku lalu eommaku mengahampiriku dan berusaha untuk menenangkan. "Aku tahu kau bisa, kau anak yang baik, Seulgi."

"Tapi sekarang aku ingin buang air kecil, eomma."

"Kau mamakai popok sekarang, jadi kencing saja disini." 

Memalukan bukan untuk seorang anak berumur 8 tahun masih disuruh menggunakan popok layaknya seorang bayi.

"Tidak, aku tidak mau. Coba eomma merasakan kalau jadi aku, buang air kecil di popok dan ada seseorang yang membersihkan dan menggantinya!"

Kulihat kedua orang tuaku yang raut wajahnya berubah menjadi sangat sedih terutama eommaku yang saat ini mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang untuk menenangkanku.

"Seulgi sudah besar dan bukan bayi lagi sekarang." ujar eommaku sekali lagi yang membuatku terbungkam.

Aku menangis karena menahan air kencingku dan tutur kata eommaku yang membuatku merasa bersalah.

"Aku sudah kencing sekarang, tolong bantu aku." ucapku menoleh kearah lain tanpa menatap kedua orang tuaku karena malu.

"Baiklah," ucap eommaku lalu mencari popok di dalam lemari sebelahku.

"Aku minta maaf," ujarku lirih menahan tangisku.

Kudengar eommaku tiba-tiba menangis setelah aku mengucapkan kata maaf kepada mereka.

"Aku akan melakukannya, kau tunggu saja diluar," ucap appaku sambil menepuk punggung eommaku.

Appaku menutup tirai yang berada di sekeliling kasurku lalu mulai melepaskan celanaku.
"Maafkan appa, Princess. Appa berdoa dan berusaha untuk menghilangkan penyakitmu ini. Appa minta maaf karena kau harus mengalami ini."

Tangisku pecah, suara eommaku semakin terdengar jelas kalau dirinya sedang menangis setelah mendengar penuturan appaku barusan.

---


Dokter Bae berkutat serius di depan komputernya "Ternyata Anda disini." ucap perawat sambil menyodorkan segelas air putih di mejanya.

"Terima kasih." 

"Oh, perawat Kim. Maaf sebelumnya,"

"Ya, ada apa dokter Bae?"

"Sepertinya Joohyun melakukannya lagi," ujar dokter Bae seraya menunjuk ke arah belakang baju perawat itu yang terlihat kotor karena kelakuan Joohyun.

"Ya Tuhan! Kursi yang mana lagi kali ini?" pekiknya sambil menepuk-nepuk pantatnya yang sangat kotor saat ini.

Dokter Bae menghela nafas "Mungkin dia sebenarnya membutuhkanku saat ini. Aku memang jahat, ya kan?"

limitless - SeulReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang