"Sayang!!!"
Rudi mengalihkan pandangan dari Majalah Bisnis sejak tadi dia baca. Pria itu menatap kaget ke datangan Ibunya ke Resto.
"Ibu?"
"Maaf Pak tadi Bu Is terlalu cepat jalan, hingga terjatuh di Pintu masuk."
Rudi beranjak dari Kursi berjalan mendekat, "Ibu kenapa sampai terjatuh begini? Apa masih sakit? Kita ke Dokter saja ya???"
"Tidak sakit lagi sayang, Ibu baik-baik saja."
Menuntun sang Ibu menuju Sofa Rudi tak lupa mengucapkan terima kasih, kepada dua Karyawan Restonya mereka segera keluar.
Meraih sebotol minuman mineral, "Ibu mau ke sini kenapa tidak bilang dulu padaku?"
"Ada berita penting sayang, jadi percuma juga kalau Ibu hubungi kamu lewat Ponsel, apalagi mengirim pesan karena jika kamu sudah di sini mana peduli dengan Ponsel."
Menyodorkan minuman dan di teguk Ibunya hingga sisa setengah.
"Berita penting apa?"
"Siska menghubungi Ibu, dia mengatakan setuju memperkenalkan Anaknya dengan kamu."
"Tunggu dulu, maksud Ibu?"
"Ibu sudah bilang padamu tadi malam, jika sore ini kamu akan Ibu kenalkan dengan Anak teman Ibu."
Rudi seketika tertawa, "Bu, bukan kah aku tidak pernah menyetujui hal apa pun, berkaitan dengan ide gila Ibu ini? Aku tidak akan mau."
"Dan Ibu tidak akan mengalah juga sayang, coba kamu pikir teman-teman Ibu sudah pada menggendong Cucu bahkan! Cucunya sudah ada yang tiga! Sedangkan Ibu??? Jangankan ingin banyak satu saja tidak punya kamu terlalu sibuk dengan Duniamu sendiri. Ayo lah sayang! Kenalan dan Ibu yakin kamu pasti suka. Anak teman Ibu cantik namanya Liza."
Rudi mulai memijat kepalanya, "Ibu aku tidak mau oke? Aku tidak akan berbohong dan mengatakan seakan aku menyetujui idemu. Tapi aku akan berkata jujur dengan cara menolak rencanamu itu."
"Jahat kamu."
"Ibu jangan seperti ini aku benar tidak bisa, membagi waktu antara kerja juga Wanita."
"Sampai kapan?"
"Apa maksud Ibu?"
"Sampai kapan Ibu mesti menunggu dan melihat kamu menemukan jodohmu? Sayang jangan seperti ini, umur kamu sudah kepala tiga, Ibu tidak bisa tinggal diam lagi."
"Ibu please? Aku akan memikirkan hal tersebut jika itu terus menghantui pikiranmu. Sebaiknya Ibu kembali ke Rumah dan beristirahat oke?"
"Tidak, di Rumah semakin membuatku suntuk. Mending Ibu ke Butik saja. Menggambar desain Baju model baru lagi. Dan Ibu akan segera menghubungi teman, mengatakan jika Anak Ibu ini penggila kerja."
"Ibu jangan seperti itu baik lah aku akan menyuruh, salah satu dari mereka mengantar Ibu ke Butik."
"Tidak perlu. Ibu pergi menggunakan Taxi maka kembali pulang juga menggunakan Taxi."
"Ibu jangan marah --"
BLAM!
Pintu di tutup rapat dengan bantingan keras. Rudi menghela napas bersama dengan kepala tiba-tiba saja terasa pusing.
Iswari Rindaya, 57 tahun. Wanita pintar dengan segala prestasi di miliki. Di tinggal pergi oleh sang Suami karena sakit komplikasi, tidak mengikis semangatnya untuk tetap terus berkarya. Lewat tangan seni yang di punya dia mampu menjual hasil karya tangannya dalam bentuk Desain Pakaian, hingga di rekrut oleh Perusahaan terkenal di Kotanya pada masa itu.
Dan sekarang dia sudah mempunyai usaha Rumah Pakaian sendiri, tentu dengan Karyawan sebanyak lima orang. Anaknya hanya satu dan siapa kah Anak beruntung itu? Dia Rudi yang juga menggeluti bidang Bisnis hanya saja di bagian makanan bukan Pakaian seperti Ibunya.
Rudi sangat menyayangi Ibunya namun terkadang juga bisa pusing, memikirkan betapa konyol Ibunya jika sudah berkaitan dengan dirinya. Ini bukan kali pertama sang Ibu gencar menjodohkan dia ke sana-sini tetapi sudah sering, tentu dengan jawaban selalu sama yaitu menolaknya tegas.
~ ~ ~ ~ ~
Suara dari Troli makanan menghentikan kegiatan Rudi mengiris daging Ayam. Pria itu tersenyum kepada salah satu Karyawannya.
"Ini Pak eh, Chef Wortelnya."
"Ya ampun Rayya, mesti berapa kali saya bilang panggil Pak Rudi dengan benar. Kamu kan sudah kerja di sini selama dua minggu, masa masih salah dalam menyebut nama panggilan beliau?!"
"Maaf Mbak Jo, saya tidak akan mengulang kesalahan sama lagi."
"Sudah lah, kenapa kamu berlebihan? Dia masih baru di sini dan saya tidak suka melihat Chef galak seperti dirimu, Jovanka."
"Maaf Pak."
"Dan untuk kamu Rayya saya tidak mempermasalahkan itu. Kamu bisa berlatih dan jangan gugup oke? Saya tidak akan makan kamu, saya tipe Bos yang baik."
Candaan Rudi membuat mereka yang sedang berada di Dapur tertawa. Suasana seketika kembali mencair.
"Saya bingung Pak,"
"Kamu tidak perlu bingung. Tetap panggil saya Bapak saja jika itu terbiasa buat kamu lagian, saya tidak terlalu sering di Dapur."
Rayya tersenyum senang, "Terima kasih Pak. Anda pemilik Resto sekaligus Chef anda penuh bakat."
Meraih Wortel di atas Troli dan tersenyum pada Rayya, "Semangat oke?!"
"Iya pak semangat!"
= = =
Sampai di part dua aku publish sekaligus sebagai tanda terima kasih karena kembali mampir untuk kalian para penghuni baru atau dari penghuni karya sebelumnya I'm yours dan Jennifer Mary.
Tinggalkan jejak kalian di bawah sini juga kasih bintang ya jangan pelit :P
See you 💋
= = =
Like and comment don't forget:)= = =
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You ( The Third Series )
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014) =================================== [ Seri Ketiga ] It's You (Sekuel dari I'm Yours dan Jennifer Mary) Dia...