Chapter 3

3 1 0
                                    

POV~ Dion

Kenapa harus ada rapat dihari sabtu begini sih? Sungguh sial. Rasanya aku ingin segera kabur dari sini, mendrobak cepat –cepat pintu itu. Ku lihat ketua masih menjelaskan materi dengan sebuah proyektor lcd yang terpampang didepan . Diruang ini ada 40 anggota yang hadir sisanya tidak bisa hadir karena ada halangan. Aku yang menjadi wakil ketua diharuskan untuk selalu hadir berjaga-jaga bila ketua berhalangan hadir maka akulah yang ditunjuk sebagai penggantinya.  Semenjak airin ada dalam hidupku,  pikiranku serasa diisi oleh semua tentang Airin. Seandainya otakku dibedah mungkin disana akan ada nama airin yang terukir jelas dipikiranku. Dia dan dunianya sudah menghipnotisku seakan-seakan jika aku tak mendengar suaranya walau hanya sehari saja aku akan merasa tuli akan semua hal.
Setengah jam lagi aku harus menjemput airin, dia pasti sudah menungguku. Ditengah-tengah rapat  yang masih berlangsung aku mengambil ponselku yang berada disaku celana lalu menyembunyikannya dibalik meja agar aku bisa memencet beberapa tombol untuk mengirimi Airin sebuah pesan singkat tanpa diketahui siapapun.

On WhatsApp

Airin♡
Online

Me :
Maaf … Aku bakal telat 30 menit , aku terjebak dalam rapat. Tahu gini mending kabur aja deh tadi -.- . Kamu gak apa-apa nunggu 30 menit lagi?

Airin :
Hmm.. Ya udah , mending aku naik taksi aja ke restoran, aku nunggu kamu disana. Kamu selesaiin dulu urusan kamu.

Me :
Hah … Jangan ! Jangan! (>_<) Mending kamu nunggu aku aja ya?

Airin :
Udah gak apa-apa. Aku gak akan diculik juga kan? Ya udah bye..!

Me :
Bye.. Hati-hati ya

POV ~ Dion End

Tas Airin sudah kembali ketangannya
“untunglah , ini masih ada” gumamnya dalam hati smbil memegang sapu tangan merah berinisial “A” miliknya. Airin kembali berjalan menuju pintu masuk restaurant akan tetapi sebuah mobil yang berjalan mundur tak megetahui keberadaannya dan akhirnya menabrak Airin. Pada waktu itu airin tak sempat menghindar karena sibuk memandangi sapu tangan merahnya sambil berjalan menunduk.

POV ~ Airin

Sungguh sangat ceroboh, mengapa aku bisa meninggalkan tasku didalam taksi. Untung saja, sopir tersebut orang yang jujur, jika itu orang lain maka aku tak menjamin tasku bisa kembali. Saking senangnya, aku terus memperhatikan sapu tangan merahku tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Tiba-tiba dari jarak beberapa senti, sebuah mobil berniat bergerak mundur mendekatiku. Waktu itu aku terlambat menyadarinya, alhasil besi padat  tersebut menghantam tubuhku. Itulah yang terakhir ku ingat sebelum akhirnya semuanya gelap. Ketika aku tersadar, tercium bau yang menyengat. Seperti bau obat dan sejenisnya. Semua ruangan bercat putih , dan aku sudah terbaring disebuah ranjang tapi terakhir kali ku ingat, ini bukanlah ranjang maupun kamarku. Tanganku sedikit sulit digerakkan dan semua bagian tubuhku sakit terutama dibagian dahi sebelah kiri.

“ Mama? Ini dimana ma.. ? Aku kenapa ma? ”
Mataku sedikit kabur, tapi aku langsung mengenali sosok yang ada disampingku.

“ Jangan bergerak dulu, badanmu masih belum pulih. Menurut penuturan pegawai restorant, kamu tertabrak mobil yang hendak parkir direstorant itu. Alhamdulillah, lukamu tidak begitu parah. Untung saja yang mengendarai mobil itu lekas sadar ada kamu pas liat kaca spion. Kamu bakal rawat inap malam ini. Kakakmu tadi udah pulang ngambil baju.”

Ya..  Aku ingat. Tadi aku tertabrak.

“ Maaf ya ma, bikin mama khawatir. Mama pasti kerepotan banget deh ngurusin aku  “

The Red HandkerchiefWhere stories live. Discover now