Chapter 1

24 7 1
                                    

Tiga tahun berlalu sejak lelaki tu hilang tak berbekas. Semenjak lulus dari sekolah menengah pertama, aku tak pernah lagi melihat maupun mendengar kabar tentangnya. Dimana dia? Apa yang dia lakukan ? Pertanyaan itu sering mengusik benakku namun tak pernah sekalipun menemukan jawabannya.sampai suatu ketika sebuah tangan menepuk pundakku dan menyadarkanku dari lamunan.

“ Sudah lama menunggu?” Tanya sosok itu.

Aku menoleh untuk memastikan siapa yang datang. Lalu muncul sosok yang lama ku kenal,  senyumnya yang khas membuatku merasa nyaman. Mungkin orang lain akan menganggap dia orang korea jika mereka melihat sosoknya yang tinggi putih bak idola k-pop negeri gingseng. Matanya memang tak sesipit orang korea tapi dia berasal dari Indonesia tepatnya Surabaya. Di susunan keluarganya memang ada keturunan koreanya, kakek buyut dari ayahnya adalah orang busan –korea selatan jadi tak heran jika wajah orientalnya turun dari kakek buyutnya. Meskipun seperti orang korea tapi namanya tak serumit nama orang-orang korea. Dion putra sadewa itulah namanya. Banyak orang yang berpendapat bahwa dion mirip dengan lee donghae, personel dari boyband super junior. Tapi tidak bagiku, aku tak tahu apa-apa tentang K-pop dan sebangsanya bagiku Dion adalah Dion. Bukan orang korea, Lee Donghae atau yang lainnya.

“ Beib.. Ngelamunin apaan sih kok gak dijawab?”

“ Heh… enggak”

“ Hayo .. Dari kejauhan udah kelihatan kamu lagi ngelamunin sesuatu.“

“ Ah.. Enggak !” Elak ku lagi.

“ Ngelamunin aku ya?” Tebaknya.
“ Ah.. Apaan ? “ sanggahku menahan malu.

Dion adalah kekasihku , kami mulai menjalin hubungan sekitar dua bulan yang lalu. Kami bertemu untuk pertama kalinya saat OSPEK angkatanku. Saat itu dion yang satu tingkat diatasku menjadi kakak senior yang menempa para mahasiswa baru. Beberapa lama setelah OSPEK, kami dipertemukan kembli disuatu organisasi kampus. Dari situlah awal dari kedekatan kami sampai akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan sampai saat ini.

“ Oh ya.. Besok kamu ada acara ? “ tanyanya sambil merangkul pundakku berjalan menuju mobil merah miliknya yang terparkir tak jauh dari tempat kami berada.

“ Kenapa?” Jawabku sambil menyeruput jus kotak yang tadi belum sempat dihabiskan ketika menunggu dion dikantin.

“ Dinner yuk?”

“ Bukannya besok kamu ada rapat pengurus?”

“ Yah beib.. Itu gampang, bisa diselesaiin sebelum dinner.  Lagipula ini dinner pertama kita sejak pacaran kan? Mau ya?

“ Beneran gak ada acara kabur lagi pas rapat? Mereka pada protes ke aku kalo kamunya gak dateng pas rapat . Nanti mereka bakal ngira aku yang ngajak kamu hang-out.”

“ Udah tenang aja mereka bakal aku urus deh. Aku gak pake’ acara kabur lagi deh kayak kemaren-kemaren. Ya .. Mau ya?”

Dengan rayuan serta tatapan yang memelas itu, dion memohon agar aku mau menerima ajakannya. Aku tak kuasa membuatnya kecewa, dua bulan ini dia sudah menjadi kekasih yang baik untukku. Kadangkala ia mengorbankan waktunya hanya untuk membuatku merasa senang. Mengantarkanku ketoko buku, membantuku mengerjakan tugas, mengajakku makan siang diluar, tak jarang ia mengeluarkan uang untuk keperluanku. Walaupun bukan aku yang meminta tapi dia akan bersih keras membantuku. Sebenarnya ada suatu hal yang ingin aku lakukan besok. Tapi melihat dia yang sangat tulus mengajakku, kurasa itu bisa ditunda lain waktu.

Dia masih menepuk kedua tangannya, menanti jawabanku. Bola matanya yang memancarkan kesungguhan seringkali meruntuhkan dinding pertahananku. Kali ini aku ingin berkata “iya“ tapi tunggu ….. Sedikit pikiran jahil tiba-tiba bersarang dikepalaku. Bagaimana ekspresi Dion seandainya aku menolak ajakannya? Aku ingin mengetahuinya.

“ Hmm.. Gimana ya? Besok aku ada janji sama guru baletku. Kami akan berlatih sampai malam. Aku tak enak jika harus membatalkan janji itu.”  Aku melirik kearah bola mata yang indah itu , disana terdapat suatu kekecewaan . Senyum yang tadi mengembang di balik wajah tampannya berangsur pudar.

“ Oh begitu.. Ya udah mungkin lain kali aja kalo kamu gak sibuk”. Ucapnya seraya memaksakan senyum tetap menghiasi bibirnya.
Hening yang tak begitu lama, beginikah dirinya jika kecewa? Kini aku mulai mengerti, bagaimana wajahnya jika kecewa. Seperti gelap yang menyelimuti malam tanpa bintang. Caku tak ingin berlama-lama menggodanya. Wajah sedihnya seperti sebuah racun yang melukaiku. Entah kenapa jika dilihat dari sisi lain, wajahnya tampak lucu. Sedikit demi sedikit ku sunggingkan seutas senyum  lalu tertawa . Aku tak tahan menggodanya lebih lama lagi.

“ Hahahaha….. , kena! Aku boong, coba lihat wajahmu. Kamu terlihat lucu seperti kucing yang meminta makan. Memang sejak kapan aku suka balet dan menari?“

“ Dasar.. Bandel!” Dion mencubit pipiku lagi “ jadi kamu mau nih?”

“ He’em..” Aku mengangguk tanda setuju.

****

Pendek yah???

Ya jelaslah cuma 600+ kata.

Karena ini cerpen, author akan membuatnya terpisah jadi satu chapter ceritanya pendek ya kurang lebih segitulah jumlah katanya.

Maafkan author ya teman-teman♡.

Jangan lupa meninggalkan jejak kalian ya berupa vote and commet.

Salam hangat dari author ♡♥♡♥.

The Red HandkerchiefWhere stories live. Discover now