Flash on#
“ Maaf… aku tidak memiliki ketertarikan apapun terhadapmu.”
Seorang anak perempuan yang memakai seragam biru kelihatan tampak sangat kecewa mendengar jawaban dari seorang cowok yang juga berseragam dengan lambang serupa.
“ Ya .. Tentu saja. Apa yang aku pikirkan? Ku pikir akan lebih baik jika aku memberi tahumu sebelum kau lulus. Setidaknya aku tak perlu memendamnya seumur hidup. Mana mungkin orang sepertimu suka dengan gadis sepertiku. Kau pintar, popular dan juga banyak penggemar. Sementara aku? Tomboy, tidak berprestasi, tidak popular, dan tidak cantik. Aku tak punya kelebihan apapun. Pasti aku sudah gila berharap kau akan menyukaiku.”
“ Maaf…”
“ Baiklah, semoga cita-citamu menjadi dokter tercapai. Selamat tinggal”
Flashback off~
“ Rin ?”
“ Heh…. Maaf! Kau menanyakan apa tadi?.”
“ Sudah 4 tahun kita tidak bertemu. Apa kesibukanmu sekarang?."
“ Aku? Aku hanya kuliah.”
“ Kaki mu pincang, apa yang terjadi?."
“ Ooh.. Itu.. Tadi malam aku terserempet mobil dan langsung dibawa kesini.”
“ Kau tetap ceroboh seperti dulu.. “
“ Ya begitulah. Kebiasaanku yang satu itu memang sulit untuk dihilangkan. Kau sendiri, apa yang kakak lakukan disini?."
“ Ooh itu… Aku mengunjungi temanku ketika kuliah di amerika. Dia dokter disini.”
“ Oh tentu saja kau kan seorang dokter, teman-temanmu pasti dari kalangan dokter."
“ Aku bukan seorang dokter”
“ Bukan ?”
“ Ya.. Aku gagal masuk kualifikasi. Jadi aku mengambil jurusan lain yang mungkin cocok bagiku. Belum lama ini aku menjadi dosen disuatu universitas negeri.”
Airin terdiam . Hatinya mulai sesak membayangkan bahwa Ardi yang ia tahu telah berusaha keras menggapai mimpinya menjadi dokter harus menelan kegagalan.
“ Jangan menatapku seolah aku orang yang menyedihkan."
“ Maaf..”
“ Setidaknya sekarang aku diangkat menjadi dosen baru di suatu universitas.”
“ Kau cocok dalam bidang apapun karena kau pintar.”
Mereka tersenyum.
Pov~Ardi
Astaga, aku bertubrukan dengan gadis yang kurindukan selama empat tahun ini. Sekilas aku tak menyangka bahwa gadis yang sedang berhadapan denganku ini adalah dia. Penampilannya sungguh berubah, dia terlihat lebih cantik dan feminim. Ingin ku peluk dirinya, tapi urung ku lakukan karena dulu akulah orang yang menolak bersamanya. Mungkinkah dia masih mengenaliku? Aku senang bisa bertemu lagi denganmu Rin.
“ Kenapa? Apa ada sesuatu diwajahku?”
Bahagia dalam hatiku sepertinya tak mampu terbendung lagi, gadis yang selama ini ku mimpikan setiap malam berada tepat disebelahku. Hingga ku tak sadar terlalu lama memandang wajahnya.
“ Tidak.” Jawabku.
“ Lalu kenapa kau melihatku seperti itu?”
Wajah bingung Airin masih sama seperti empat tahun lalu. sama manisnya.
YOU ARE READING
The Red Handkerchief
Teen FictionHayooo... kepo ya? Langsung baca aja deh. Check it out....