Masih ku ingat jelas kau berjalan ke arahku menawarkan gelas kecil berisikan cairan yang menggiurkan
Wajahmu mendekat dan semakin mendekat, membuatku lebih jelas meneliti garis dahi hingga dagumu
Kau bisikkan sesuatu yang tak terdengar digendang telingaku, yang ku dengar hanya desah nafasmu berburu dengan bau alkohol yang keluar dari bibir tipis mungilmu
Ku nikmati tarian jarimu menjelajahi kulit tipisku yang sudah bercampur dengan asap rokok dalam ruangan
Tidak lebih dari tiga detik ku mengikutimu ke kolong meja yang kau siapkan khusus untuk kenalan wanitamu
Kau terjatuh, kaki panjangmu menyentuh ujung meja menimbulkan suara yang pasti takkan terdengar oleh pengunjung di wahana emosi tak berbalas ini
Kutatap sorot matamu yang mulai sayu berubah drastis tak seperti lalu yang percaya diri dengan waktu
Bahumu menurun lebih mendorong tubuh kemayumu dengan malas ke kolong meja
Tetiba kau tarik kerah mejaku dan memeluk tubuh yang sudah semakin terbawa suasana malam
Sedikit risih namun kau ciptakan rasa nyaman dalam kepalsuan senyummu
kau daratkan bibir manismu tepat dibibirku, memindahkan warna merah ku dalam bibirmu yang entah milik siapa
kau, lelaki yang saat ini didepanku
kau, lelaki yang cukup cantik untuk ku sebut lelaki
kau, lelaki berparas wanita di malam ini
YOU ARE READING
cerita puan
Poetrycerita puan yang belajar, berproses, dan berjuang untuk cintanya.