1. Sunflower

9.3K 465 43
                                    

Aku Uzumaki Naruto, dan ayahku seorang dokter di sebuah rumah sakit jiwa.

Aku anak piatu, jadi setiap pulang sekolah aku selalu ikut ayahku yang sedang ada shift di rumah sakit.

Ayahku sering mengajakku mengunjungi setiap kamar pasien dan berbagi ilmunya. Aku jadi tahu banyak hal tentang psikologi, meski itu sulit dipahami bocah SD sepertiku.

Disana aku bertemu dengannya.

Dia seorang pria dewasa yang tinggi dan berkulit putih, meski begitu, wajahnya sangat manis dan anggun.

Ayah bilang, dia diantar kesini oleh keluarganya dua bulan lalu. Dia mengalami masalah kejiwaan sudah sepuluh tahun lamanya sejak pasangan jiwanya meninggal.

Dalam sudut pandangku, dia tidaklah gila. Sebaliknya, dia terlihat paling waras diantara seluruh pasien di rumah sakit ini.

Aku selalu mengintip dibalik jendela kamarnya setiap hari, yang dia lakukan hanyalah melamun dan menulis di bukunya. Jelas, dia paling berbeda dari pasien lainnya.

Aku mengutarakan pendapatku pada ayahku. Beliau juga ragu apakah pria itu sakit jiwa atau tidak, tapi keluarganya bersikeras bahwa dia mengalami masalah kejiwaan. Sebenarnya, apa yang dia lakukan di rumahnya dan rumah sakit ini tidak ada bedanya, dia tetap sama.

Ayah bilang, pria itu mau diajak berbicara, tetapi sangat tertutup. Beda dengan pasien lainnya yang langsung melempar barang disekitarnya dan memberontak.

Aku semakin yakin bahwa pria ini tidak gila.

Suatu hari, aku mencari buku berisi data profil pasien yang menjadi tanggung jawab ayah.

Namanya Uchiha Sasuke, usia 34 tahun. Dia memiliki seorang anak bernama Uzumaki Menma. Keluarganya memiliki perusahaan yang namanya cukup terkenal.

Penampilannya layaknya remaja, tapi sesungguhnya dia sudah dewasa dan memiliki seorang anak. Aku tidak bisa menahan rasa kagumku.

Rasa keingintahuanku pada pria itu semakin dalam. Jadi, di suatu sore aku mengunjungi kamarnya.

Begitu melihatku, dia langsung antusias dan memelukku sangat erat. Aku tidak tahu mengapa, aku tidak memiliki rasa takut sama sekali ketika dipeluk oleh pria itu.

"Naruto... Naruto..." Dia terus bergumam namaku.

Aku terhenyak, apakah ia sudah tahu bahwa selama ini aku memantaunya dibalik jendela?

"Paman, maafkan aku. Aku menyesal."

Tubuh kami memiliki perbedaan yang kontras, dia dewasa dan tinggi, sedangkan aku bocah dan boncel. Aku merasa tenggelam di pelukannya yang hangat, disela itu aku mengucapkan permintaan maafku. Aku sadar hal yang aku lakukan benar-benar tercela, pasti dia merasa aneh ketika aku mengintip.

"Tidak, kau tidak perlu minta maaf! Aku mencintaimu!"

Situasi ini membingungkan, aku menjadi takut karena dia terus merapal kata-kata yang tidak kumengerti.

Aku ingin melepaskan pelukan itu, tapi dia menangis dan aku merasa tidak tega. Cairan bening itu mengalir dari kelopak matanya yang indah dan membasahi pipi putihnya.

Fairy Tale (NS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang