Kejutan Dari Manusia Es

20 7 8
                                    

Happy Reading~ 👻

Tap tap tap...

Bunyi itu, bunyi sepatu yang selalu membuat semua temanku buru - buru balik ke tempat duduk dan bersiap-siap akan dosen yang akan datang. Kami semua menunggu dengan tegang pintu ruangan yang perlahan terbuka.

Deg..

Kami terbengong melihat wajah tampan bak malaikat yang memasuki ruang kelas kami. Wajah yang menurut kami asing, karena yang kami tau tidak ada dosen yang berwajah tampan sepertinya. Wajah itu terlihat dingin tanpa adanya senyuman yang tercetak di bibir sexynya.

"Selamat pagi, perkenalkan saya Suga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, perkenalkan saya Suga. Saya menggantikan Bu Dewi, dosen kalian sebelumnya, selama beliau cuti mengajar." Kata dosen itu yang ternyata bernama, Pak Suga.

Terdengar ruangan mulai kembali riuh dengan suara bisik - bisik penghuni kelas. Teman - teman perempuanku pada memuji akan ketampanan dosen muda akan tetapi berbeda dengan teman - teman laki - laki aku yang pada kecewa dikarenakan dosen tercantik sefakultas, Bu Dewi harus cuti untuk beberapa bulan ke depan. Terdengar suara ketukan meja yang lumayan keras, seketika kelas menjadi hening lagi.

"Baik mari kita mulai kuliah siang ini. Jadi.... "

****

Aku melihat ke arah langit yang mulai bewarna jingga, aku lagi menunggu bus lewat di halte dekat kampus. Biasanya bus terakhir dengan arah menuju ke apartementku selalu lewat jam segini, tumben sekali sekarang belum lewat. Aku pun mengecek jam tanganku kembali ternyata udah satu jam aku menunggu.

"Huffft.. Kenapa lama sekali. Apa aku pesan ojek online aja ya?" Pikirku.

Akhirnya aku memutuskan untuk memesan ojek online. Baru saja aku membuka aplikasi ojek online, tiba - tiba ada mobil berhenti dan membunyikan klaksonnya. Aku menoleh ke arah mobil tersebut tetapi aku tidak mengenali mobil milik siapa. Aku kembali fokus ke hp untuk memesan ojek online setalah ok, aku menunggu ojeknya datang. Tapi mobil itu tak pergi juga, dan pengendara mobil juga tak keluar dari dalam mobil.

Tiba - tiba kaca mobil terbuka dan tampak wajah yang tak asing bagiku. Pak Suga, ya sang pengendara mobil itu ialah Pak Suga. "Ngapain beliau disini?"

"Belum pulang?" Tanya Pak Suga. Ah elah nih dosen ganteng ganteng tapi rada ogeb apa gimana dah. Jelas jelas jelas aku masih di sini ya artinya aku belum pulang. Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala sambil menjawab, "Belum, pak."

Kulihat dia hanya menganggukkan kepalanya. Lalu dia menutup kembali kaca jendela mobilnya dan mobil melaju meninggalkanku sendiri di halte. Astaga dosen satu itu, kirain mau nawarin tumpangan. Ck. Emang sih dia lebih tua tapi tau sopan santun gak sih tuh dosen. Sabar sabar.

****

Sebulan kemudian, mulai banyak gosip beredar tentang dosen muda itu. Mulai dari Pak Suga yang telah menolak para mahasiswi yang menyatakan perasaan padanya, Pak Suga yang dingin sampai dingin dikutub aja kalah olehnya dan gosip gosip lainnya. Tapi emang benar, selama Pak Suga mengajar aku belum pernah melihat senyuman terukir di wajah tampannya. Ya walaupun aku ga terlalu tertarik sama dosen dingin seperti es di kutub itu apalagi ketika mengingat kembali kejadian satu bulan yang lalu, tapi aku emang sebenarnya sedikit penasaran akan wajahnya yang lagi tersenyum. SEDIKIT loh ya.

Kelasku hari ini lebih cepat selesai karena dosen yang harusnya mengajar di kelas siang ini berhalangan hadir sehingga kami bisa cepat pulang. Tapi aku malas untuk pulang karena masih panas. Akhirnya aku pergi ke taman dekat kampus. Di taman tersebut terdapat banyak pepohonan yang rimbun dan bunga-bunga yang indah. Setiap sedih atau males untuk pulang, aku selalu menyempatkan diri untuk datang ke taman itu.

Aku sampai di taman dan lalu melangkahkan kaki ke arah pohon yang biasanya menjadi spot untukku bersantai. Saat sampai di sana aku melihat seorang pria yang sedang duduk bersandar di pohon dengan muka yang tertutup oleh tangannya. Seperti sedang ada masalah berat dalam hidupnya.

Aku menghampirinya lalu menyodorkan sebungkus permen kesukaanku kepadanya. Pria tersebut mendongakkan kepalanya ketika ia menyadari kehadiranku. Aku kaget ketika melihat wajah pria tersebut. Pak Suga?!

Kulihat dia melirik ke arah permen di tanganku lalu menatap mataku. Kulihat wajahnya kusut. Kenapa dia? Apakah sebesar itu masalahnya?

Kulihat dia mengangkat alisnya sebelah seakan bertanya, untuk apa permen itu?

"Ini buat bapak," Kataku.
"Kenapa saya?" Tanya Pak Suga
"Saya kalau lagi sedih dan banyak masalah biasanya duduk di bawah pohon ini sambil makan permen ini. Kalo saya cara itu mempan untuk mengurangi stress saya," Jawabku.

Akhirnya Pak Suga mengambil permen dari tanganku dan mulai memakannya. Aku membalikkan badan dan berniat untuk melangkahkan kaki lalu mencari spot lain untuk duduk. Gak mungkin kan dia harus duduk berdua dengan dosen dinginnya itu. Gimana kalau ada temannya yang melihat, bisa bisa dia langsung di tanya tanya dan akan timbul gosip baru besok.

Ketika aku sudah akan melangkah kaki dari arah belakang seperti ada yang menahan tanganku. Saat aku menoleh ternyata Pak Suga yang menahan tanganku. Lalu dia bertanya, "Kamu mau kemana?"

"Mau mencari spot lainnya pak, kenapa ya?" Tanyaku bingung.
"Disini aja sama saya. Saya tidak menerima penolakan," Kata Pak Suga mutlak. Belum juga aku ingin membantah.

Akhirnya aku duduk di sampingnya dengan memberi jarak. Kami berdiam diri selama beberapa menit. Sungguh canggung suasananya. Aku gak suka seperti ini, walaupun aku suka ketenangan. Akhirnya aku memulai pembicaraan, "Em, maaf pak sebelumnya. Kalau saya boleh tau, bapak ada masalah apa ya?"

Dia terdiam sebentar sebelum menjawab, "Ini masalah orang dewasa, saya yakin kamu juga tidak akan mau terlibat dalam masalah ini."

Hufft dikira aku anak kecil umur 5 tahun apa? Aku yakin umur kita cuma beda 3-4 tahunan saja.

"Yaudah pak, tidak apa-apa tadinya saya berniat membantu meringkan beban bapak. Tapi kalau bapak tidak mau, yaudah." Kataku sambil menatap lurus ke depan melihat berbagai macam bunga yang cantik di sana.

"Kamu yakin mau membantu saya?" Tanya Pak Suga, aku menoleh sebentar ke arah Pak Suga yang ternyata lagi melihat ke arahku juga. Aku menganggukkan kepala lalu kembali menatap hamparan bunga di depan sana.

"Baiklah kalau begitu, apakah kamu mau menikah dengan saya?" Tanya Pak Suga sambil tersenyum kecil.

WHAT?!

THE END

****

Hai!! Gimana cerita pertamaku? Hahaha jangan kesel ya. Karena ini cerpen jadi sampai segitu aja. See you

Her StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang