Part. 3 Tentang Rindu

15 2 1
                                    

"Rindu ibarat sebuah rahasia. Ku sampaikan dengan aksara. Dapat kamu baca, tapi tak kamu mengerti maknanya."

Olin terdiam menatap kearah jendela pesawat. Kosong. Hanya ada awan dan langit yang hampa. Tentu masih gelap, masih benar-benar pagi. Sekitar 30 menit kemudian matahari mulai muncul memperlihatkan cahaya kuning keemasan begitu indah.

Dalam waktu kurang lebih 1 jam, pesawat landing diNgurah Rai Air port Bali. Olin beserta orang tua dan adiknya beristirahat dihotel yang tiketnya sudah dipesan online. Olin merebahkan tubuhnya dikasur, dan tidak terasa tertidur.

"Lin.. loe pulang kapan?," Raline menge-chat Olin.
"Emmm.. belum tau, baru juga nyampe. Kenapa? kangen? hahahahaahah..,"
"Gaklah, gue mau nyontek pr matematika, coba aja loe ada..,"
"Ciahahaha..,".

Tidak diragukan, pemandangan diBali sangat indah. Dari balkon hotel terlihat pasir putih pantai yang menakjubkan. Bunyi ombak kecil yang tenang terdengar jelas walau sangat jauh jaraknya dari hotel. Langit sore hari menjadi teman hamparan pasir pantai yang indah.
Senja. Sebuah kata yang terlintas dibenak Olin. Waktu menunjukkan pukul 17.30. Waktu yang sangat tepat menikmati senja.

Olin langsung berlari menuju bagian belakang hotel setelah meminta ijin dengan kedua orangtuanya.

Tidak disangka, melihat lebih langsung sunset, apalagi dipinggir pantai benar-benar berkesan. Angin lembut mengelus kulit halus Olin.
Olin teringat sesuatu, seseorang, yang hadir dari sebuah senja.

"Tataplah senja terus, karena ia tidak lama muncul,"kata seseorang gadis yang tiba-tiba duduk didekat Olin.
"Eh, loe juga suka senja?,"tanya Olin.
"Emm maaf gue ganggu momen indah ini, boleh gue ikut duduk?,"tanya gadis itu.
"Why not," jawab Olin.
"Kalo boleh curhat,gue rindu seseorang. Dia yang membuatku mengenal cinta, dia sangat suka senja, itu yang membuatku menyukainya, sekarang dia jauh sekali dariku,"katanya sambil menatap lamat-lamat senja.
"Eh sorry maksud loe'dia udah jauh sekali' itu apa?,"tanya Olin heran.
"Emm. Bukan, jadi dia sekarang tinggal diJakarta, gue suka kedia, dia juga,"
"Kalian pacaran?,"
"Gak, cuma jaga hati,"kata gadis itu.
"Jadi waktu itu, dia bohongin gue, dia deket sama orang lain, karena itu gue bales perbuatan dia, gue juga deket sama orang lain, dan gue nyesel udah bales perbuatannya,"
"Loe ngebales, jadi loe sekarang udah pacaran sama orang lain?,"tanya Olin.
"Ya,"jawab gadis itu singkat.
"Btw, siapa namanya, orang yang ngebohongin loe itu?,"tanya Olin.
"Namanya A..," baru saja gadis itu melanjutkan kata-katanya, Deven, memotongnya.

"Kak woii cepet ditungguin papa, mau pergi tau gak loe," kata Deven dengan gaya menyebalkannya.
"Sorry gue duluan ya," kata Olin menutup pembicaraannya dengan gadis yang bahkan Olin tidak mengenali namanya.
"Ok gak apa,"jawab gadis itu tersenyum manis. Umur gadis itu sekitar satu tahun lebih muda dari Olin.

Disepanjang perjalanan, Olin memikirkan nama anak yang dimaksud gadis itu. Sebenarnya, apa gunanya Olin mengurusinya, yang bahkan mengenali gadis itu saja tidak. Tetapi hati Olin memaksa untuk selalu mengingat kejadian tadi.

Comment ya.. kira-kira aku mau buat story genre apa selain love.. horor????
Update terus?
Vote makanya

                           


Hidden LoveWhere stories live. Discover now