Part 4

416 44 0
                                    

Duniaku berubah, semua tak terasa lagi seperti dulu. Rasa sakit itu masih kurasakan hingga sekarang.
Aku menatap diriku sendiri yang penuh darah dibajuku, inilah baju yang terakhir kupakai. Baju ulang tahun yang berwarna putih mengkilap kini berubah karena tercampur luka, luka yang sangat sakit, bukan hanya tusukan itu melainkan luka karena aku harus berpisah bersama keluargaku, jika ini sudah takdirNya, namun mengapa aku masih harus ada di bumi ? Dan merasakan rasa sakit ini ?.

Ketika aku harus melayang, semua terasa gelap, benar-benar gelap namun aku menembus sebuah cahaya putih yang tidak menyilaukan mata. Ada banyak penghuni yang lain dalam cahaya itu, tapi aku tak menemukan ibu dan ayahku.

Jiwaku terseret untuk keluar dari cahaya itu hingga aku berada di bumi.
Setelah beberapa waktu, aku tidak tau apakah itu detik, menit, jam, hari, tahun, ataupun abad karena waktu di dunia sudah berbeda dengan waktu dalam cahaya itu.
Aku memasuki rumah yang dulunya ini adalah rumahku di dunia, kini sudah berubah menjadi sebuah gedung pencakar langit. Tapi aku masih bisa melihat darah yang masih tercecer didalamnya.

Setelah waktu itu, aku hanya menghabiskan waktu untuk mencari ayahku, aku ingin bertemu ayah.
Aku selalu berharap manusia bisa melihatku, namun sejauh melangkah belum kutemukan.

Aku harus menahan rasa pedih yang kurasakan, darahku memang sudah tak mengalir namun pedih ini masih terus menyayatku.

Aku tidak ingin mengingat kisah hidupku, karena semua membuatku ingat akan kenangan bersama keluargaku.

Meski aku sudah menjadi yang tak terlihat, namun aku tidak suka untuk menakuti manusia.
Ini adalah hidupku setelah kematian merenggut nyawaku.
Mungkin aku adalah arwah gentayangan yang pilu.

Dear CITRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang