Jungkook side

8.9K 818 30
                                    


Vas bunga kaca itu melayang di udara dan nyaris saja menghantam kening Jungkook. ia menunduk tepat waktu, ketika wanita yang lebih tua darinya itu menjerit kencang.




"Keluar dari sini!" Wanita berambut putih itu berteriak keras sambil mencari cari sesuatu yang bisa di lemparnya kembali. "Keluar sekarang juga atau aku akan memanggil polisi!"


Jungkook sudah sangat mengerti untuk tidak pernah mendebat wanita itu. Jadi, ia bergerak mundur dan keluar kembali dari pintu depan. ia berdiri cemas di teras, memberi dirinya sendiri beberapa saat sebelum kembali membunyikan bel pintu.


ketika pintu kembali terayun membuka, wanita tua yang tadi nyaris membocorkan kepalanya kini menatap Jungkook sambil tersenyum sayang.




"Oh, sayang." Dia memeluk Jungkook hangat sehingga pemuda itu nyaris tidak bisa menahan air matanya.


Jungkook tahu kondisi ibunya. Dokter sudah mewanti wantinya. Penyakit Demensia yang di alami ibunya akan semakin memburuk dan segera, mungkin dia tidak akan lagi mengenali anaknya sendiri.


Jungkook tahu seharusnya ia membawa ibunya ke tempat perawatan yang lebih layak, namun ia tidak tega, lagipun ibunya tampak tidak senang setiap kali mereka mendiskusikan hal tersebut.




"Bagaimana harimu?" Tanya ibunya ketika mereka berjalan masuk, menuju dapur. "Makan malam akan siap sebentar lagi. Kau pasti sudah lapar." Jungkook menggeleng, nyaris mengatakan bahwa ia tadi sudah berpesan pada ibunya bahwa ia tidak akan makan malam di rumah, sebelum buru buru mengerem kata katanya.


Tidak masalah, ia bisa makan lagi, lagipula menu di restoran tadi sama sekali bukan seleranya dan klien Jungkook terlalu banyak bertanya sehingga ia lebih sibuk menjelaskan daripada mengunyah makanan.




"Ya, aku lapar sekali, mom."

"Baiklah kau bantu mom mengatur meja makan dan setelah itu, panggil ayahmu. Dia pasti mengurung diri lagi di ruang kerjanya. Selalu lupa waktu." Jungkook menelan asin ditenggorokannya dan berjuang untuk menahan air matanya.


Terkadang, ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Ia terlalu sibuk bekerja seharian dan belakang ini, memori ibunya semakin menurun, wanita itu tampak semakin kebingungan, ingatan nya meloncat loncat dari satu masa ke masa lain.


Mungkin kedengarannya kejam, tapi Jungkook harus membuat keputusan tersebut. Ibunya membutuhkan bantuan yang lebih intensif dan terus menerus tinggal disini tidak akan membuat wanita itu membaik.




"Mom," ujarnya pelan, berhati hati. "Dad sudah meninggal delapan tahun yang lalu, mom."

"Jungkook!" Bentak ibunya, marah, terkejut, menjauhkan tangannya dari genggaman Jungkook. "Apa apaan kau! Kenapa kau berkata seperti itu tentang ayahmu sendiri!" Jungkook kini berjuang semakin keras untuk mengendalikan air matanya.


Terkadang ia berpikir, apakah ibunya menggunakan alasan tentang penyakit yang dideritanya untuk berpura pura bahwa ayahnya masih ada.


Memang menyakitkan, dan semuanya terasa lebih berat dan menyakitkan setelah ayahnya tiada dan sungguh, Jungkook tidak akan menyalahkan ibunya jika wanita itu sekedar berpura pura. Jika saja ia bisa, ia mungkin akan mengelabui ingatannya juga dan bersikap seolah ayahnya masih hidup.




"Mom ..."

"Jungkook, apa yang kau lakukan disini?" Tanya ibunya kemudian, wajahnya mengerut kesal ketika menatap anak laki lakinya itu. "Cepatlah makan dan ibu harus berangkat kerja. Bus malam akan ..."

ᵀʰᵉ ᴮᶦˡˡᶦᵒⁿᵃᶦʳᵉ'ˢ ᴷᶦˢˢ [kth.jjk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang