1.5K 238 19
                                    

Min Yoongi di sana. Melihat ketika seseorang itu tengah bersimpuh untuk mengumpulkan sampah orang-orang. Wajah yang dulu tegas dan sangar berubah menjadi raut kasihan yang sangat ketara.

Yoongi terdiam. Bingung harus bagaimana. Rasa kasihan itu semula digantikan dengan bayangan kekasihnya waktu dahulu. Saat masa-masa sang kekasih dipukuli dengan bengis oleh orang itu.

Semua perlakuan buruk yang didapat kekasihnya sudah cukup membuat belas kasihnya lenyap. Dengan wajah datar ia menghampiri seseorang itu.

Seseorang yang dihampiri Min Yoongi terdiam begitu nendongak. Wajah familiar yang pernah ia lihat membuatnya mengernyit, "ada perlu apa? Saya sedang bekerja," ucap seseorang itu ketus. Menganggap Yoongi adalah orang suruhan untuk menghajarnya.

"Aku tahu, aku juga punya mata,"

Ucapan dengan nada penuh tantangan dan tanpa rasa takut itu mengingatkannya seketika siapa orang ini.

"Ternyata calon menantuku. Apa kau ke sini untuk memberi calon mertuamu uang? Aku akan menerimanya dengan senang hati," ucap seseorang ituㅡTuan Park dengan mudahnya. Bahkan ia sudah berdiri dan memandang wajah Yoongi tanpa takut.

"Berhenti berlaku seperti pengemis, Tuan Park. Aku memang sangat mencintai putrimu, tetapi aku tidak akan mengiyakan semua yang keluar dari mulut sampahmu,"

Menderngar perkataan itu, Tuan Park terdiam. Manik matanya berkilat marah. Sedetik kemudian sebuah tinjuan mendarat tepat di pipi kanan Yoongi.

BUGH!

Semua orang yang tanpa sengaja melihat, terkejut. Tidak menyangka seorang pekerja akan memukul seorang pelanggan. Kasak-kasuk pun terdengar, tetapi tak ada seorang pun yang mau melerai karena mereka sibuk menonton.

"Hei, Anak Muda. Aku memang bukan ayah yang baik, tetapi aku masih bisa punya naluri. Dari gaya bicara dan ucapanmu aku tahu kau pernah setidaknya membuat anakku menangis,"

Yoongi terdiam. Bahkan gerakkannya mengusap ujung bibirnya yang lecet terhenti.

"Dari reaksimu aku yakin diriku benar. Anak Muda, tahukah kau bahwa ketika kau mau menikahi seseorang kau membutuhkan restu dari keduabelah pihak keluarga? Mungkin Ibu Jimin sudah memberimu restu tapi aku masih ayah dari Jiminㅡ

Kau sampah sama sepertiku. Aku tidak akan merestuimu dengan putriku,"

Saat itu Yoongi sadar, emosi memang tidak pernah menyelesaikan masalah.

**

Ji tahu bahwa Yoongi pasti menemui Tuan Park. Semua terbaca dengan mudah. Mungkin dari mereka berdua, memang selalu Ji yang sadar semua terlebih dahulu, ini merupakan keuntungan yang lumayan menguntungkan.

Ia tidak suka rasa ini. Rasa lemah yang selalu ingin menangis karena terlalu memikirkan sesuatu. Adanya seorang bayi dalam perut Jimin, ternyata juga berpengaruh padanya dan itu cukup.. mengesalkan. Juga memalukan.

Ia pria. Bagaimana bisa ia harus mengalami hal ini? Mengandung bahkan nanti melahirkan? Ada jaminan apa Jimin yang akan sadar sewaktu bayi ini lahir? Bisa saja Jimin pingsan dan dirinya yang sadar, bukan?

Memikirkan hal ini membuat jantungnya berdetak tanpa sadar. Memikirkan ke depannya bagaimana nanti bayi ini akan lahir dan tumbuh,

Serta mengetahui bahwa sang Ibu memiliki dua kepribadian. Apakah ia akan menerima? Ji selalu pesimis. Jika diibaratka  dengan malaikat dan iblis, jelas sang malaikat adalah Jimin dan dia adalah sang iblis. Siapa yang mau menerima sang iblis?

Di saat-saat seperti inilah ia butuh Nyonya Park. Nyonya Park selalu hadir di saat dirinya lemah, di saat ia butuh sandaran, di saat ia butuh seseorang. Sosok itu pernah digantikan oleh Jung Hoseok, tetapi tak akan bertahan lamaㅡ

Karena keluarga melebihi segalanya.

**

Melihat wajah datar dan cemas calon istrinya, Yoongi langsung sadar jika itu adalah Ji. Helaan napas ia keluarkan. Dalam hati ia sangat menginginkan Jimin yang menyambutnya pulang, tetapi otaknya berpikir bahwa ia harus mendiskusikan masalah ini dengan Ji.

"Ji, bisa kita bicara?"

Ji memandang Yoongi agak sengit. Melihat bagaimana kusam wajah Yoongi sudah terbaca bahwa Yoongi dan Tuan Park pasti bertengkar dan berakhir runyam, "apa? Kau bertemu Tuan Park, bukan?"

Terkejut, itulah yang Yoongi rasakan, "bagaimana kauㅡ"

"Tidak penting, ada apa? Kalian berkelahi? Memang sama-sama keras kepala," ucap Ji santai.

Hanya ada suara jarum jam memenuhi ruangan yang sangat luas ini. Yoongi sesaat ragu, jujur saja ia takut Ji juga akan berubah pikiran dan membawa kabur Jimin darinya tapi ia tidak tahu lagi harus berbicara dengan siapa, "sebenarnya.. Tuan Park tidak merestui kami,"

Pukulanㅡsetidaknya di pelipis atau perut adalah pemikiran pertama kali yang Yoongi pikirkan sebagai jawaban Ji atas ucapannya barusan.

Ternyata bukan.

Ji hanya memandang malas Yoongi, "ya sudah pasti. Sampah mana mau menerima sampah lain? Kau punya kepercayaan sebesar apa hingga berpikir Tuan Park akan merestuimu dengan Jimin?"

Yoongi terhenyak, tidak menyangka jawaban Ji akan setenang ini, "lalu aku harus bagaimana?"

Oh, Tuan Muda Min yang sangat tinggi hati ini akhirnya meminta saran kepada musuh bebuyutannya, Park Ji. Rasanya hati Ji melambung jauh ke bulan saking senangnya.

"Wah, kau meminta pendapatku kali ini? Menarik," congak Ji dengan seringainya.

Perempatan siku-siku imajiner hadir di dahi Yoongi. Jika saja bukan karena untuk menikahi Jimin, ia mana sudi menurunkan derajatnya dengan meminta saran seperti ini? Benar-benar.

"Apa kau ada cara?"

Ji terdiam. Dalam hati agak kasihan karena sepertinya Yoongi benar-benar sudah putus asa. Lagipula salah pria itu juga mendatangi Tuan Park dengan kepala panas.

"Dengar, ya. Tuan Park mungkin brengsek, tetapi ia tetap seorang Ayah, ya mungkin bukan Ayah yang baik tapi ia tetap punya naluri keayahannya, ya walau nalurinyaㅡ"

"Bisa jangan berbelit-belit? Kau membuatku kesal,"

"Dasar Sialan. Benar-benar tidak sabaran ya. Aku cuma mau memberi tahu, kau sama seperti Tuan Park dan Ibu Jimin sama seperti Jimin,"

Yoongi terdiam, tidak mengerti. Jika dalam situasi biasa, Ji sudah dipastikan tertawa hingga ia jatuh dari kursi.

"Kau luluh dengan Jimin, begitu juga dengan Tuan Parkㅡ

Biarkan Ibu Jimin yang meluluhkan hati Tuan Park,"

***

TBC

***

Hai :") iya tau aku lama wkkw aku bulan lalu sibuk sidang dan sakit :" skrg2 baru ada waktu dan ide buat ngetik hehe

Bntr lg end ya :( ga sanggup aku rasanya :") wkwkw

See you next chap :*

Now, You Can See MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang