La Vie en Rose - #38

5K 672 30
                                    

"Besok? Yak! Jeon Jungkook, ini serius?" Pekik Jimin. Ponsel yang sempat ia dekatkan ke telinga kanannya tanpa bantuan tanganㅡdengan diapit oleh pundaknya, segera ia ambil dan mulai memegang ponselnya dengan benar. Tadi, tepat disaat Jungkook menelponnya, kedua tangannya tengah sibuk mengoleskan selai di atas permukaan roti tawar yang akan menjadi menu makan paginya. Jadinya, ia harus menggunakan kekuatan apitan bahu untuk menahan ponselnya agar tetap berada dalam jangkauan yang dekat dengan telinga.

Semua yang berada di meja makanㅡkecuali adik Jimin karena dia perginya terlalu pagi, melihat kearah sang sumber suara. Keterkejutan pria itu sukses membuat semua orang berhenti memakan sarapannya.

'Maafkan Jungkook, hyung. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud membuat hyung kaget seperti itu dan mengubah tanggalnya seenak jidat. Kami terpaksa merubah tanggal pernikahan karena ibu pemilik panti asuhan tempat Naya tinggal sedang sakit keras. Lalu, Jungkook tidak mau tahu, hyung pokoknya harus datang!'

"Aish, Jeon Jungkook, kau benar-benar membuatku ingin mengumpat sekarangㅡ" Jimin berhenti sebentar guna untuk menenangkan pikirannya yang sudah kacau. Padahal rencananya hari ini ia membawa Sakura kembali ke Seoul dan berkekeling Busan sejenak. Tapi lihatlah ulah maknae tengik ini! "ㅡbaiklah, hyung akan datang. Mana mungkin aku akan melewatkan momen penting dalam hidup adik tersayangku? Ck, aku tidak tega memarahimu," sambungnya. Dapat ia dengar cengiran Jungkook di seberang sana. Menyebalkan memang, tapi Jimin amat menyayangi maknae nakalnya.

'Ingat hyung, naik jet pribadi bersama yang lain. Jangan biarkan uangku terbuang sia-sia.'

"Eoh, kututup ya. Sampai bertemu di Bali!" Setelah mengucapkan kalimat perpisahan tersebut, panggilan tersebut langsung Jimin akhiri. Ia sedikit kaget saat mendapati seluruh mata tertuju kearahnya, menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa?" Tanya Ny. Park, menatap anaknya guna mendengar sebuah penjelasan. Jimin menggelengkan kepalanya karena hal yang tadi bukanlah masalah yang besar, hanya saja Jimin terlalu syok tadi. Karenanya ia bereaksi berlebihan seperti itu. Ditambah lagi jika mengingat semua rencana yang sudah ia susun harus dibatalkan sebab pernikahan Jungkook yang tiba-tiba dimajukan.

"Jungkook mempercepat tanggal resepsi pernikahannya di Bali. Aku bahkan belum membeli hadiah untuknya karena kupikir anak itu tidak akan merubah jadwal," celetuk Jimin, dan kemudian segera melahap roti yang sudah ia olesi dengan selai kacang favoritnya.

Jeon Jungkook mengadakan resepsi pernikahan sebanyak dua kali. Yang pertama akan ia lakukan di Bali, Indonesia, dan yang hadir adalah teman-teman seperjuangannya. Serta yang kedua akan ia lakukan di kampung halamannya, Busan, Korea Selatan. Acara yang kedua ini khusus untuk para orangtua, seperti para orangtua member BTS dan juga teman-teman orangtuanya. Jungkook sengaja mengatur acara pernikahannya seperti itu agar ia bisa menyesuaikan tema pestanya, karena menyatukan orang-orang yang berbeda generasi itu sangat sulit. Jeon Jungkook sangatlah jenius.

"Oh ya, eomma, appa, sekarang aku akan balik ke Seoul untuk bersiap-siap. Karena aku akan meninggalkan Korea selama dua hari, aku tak bisa membawanya ke Seoul saat ini. Aku tidak mau dia hilang tiba-tiba lagi jika aku tidak ada bersamanya. Jadi, aku titip Sakura disini dulu," papar Jimin dan langsung diiyakan oleh kedua orangtuanya. Bukan hanya Jimin, mereka juga tidak mau Sakura hilang lagi. Sudah cukup setahun penuh mereka dilanda rasa cemas dan ketakutanㅡtidak bisa hidup dengan tenang.

"Kenapa? Bawa saja aku Seoul, aku bisa menjaga diriku sendiri karena sekarang aku sudah besar. Kenapa kau memperlakukanku seperti anak kecil?" Wanita iu protes sejenak, tapi nada bicaranya tidak terlihat seperti seseorang yang merasa keberatan, melainkan seperti seseorang yang tengah kebingungan.

FANGIRL : La Vie en Rose [ PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang