La Vie en Rose - #42

4.3K 621 11
                                    

"Ya, hyung?"

'Jangan pura-pura lupa jika waktu liburmu sudah habis. Pekerjaan menunggumu, Jim.'

Jimin membuka kedua matanya dengan perlahan seraya menghela nafasnya, malas. Terasa tidak niat untuk bekerja dan mengambil cuti dari dunia hiburan saja. Tapi lagi-lagi ia teringat akan perjuangannya untuk sampai ke titik ini, melewati masa sulit hingga akhirnya bisa sampai di puncak tertinggi. "Ya, hyung. Hari ini aku pastikan kau akan melihatku di gedung agensi," Jimin berkata sambil mengangkat tubuhnya agar tidak menempel pada ranjang lagi.

'Oh ya, di internet sedang ramai. Katanya ada seorang idola terkenal yang sudah memiliki kekasih dan tertangkap tengah menghabiskan waktu berdua di Busan. Tak ada identitas jelas, akun gosip hanya berkata jika idola tersebut lahir di Busan. Bukan kau kan, Jim?'

Jimin menggaruk kepalanya, bagaimana ya... ia memang tidak ingin skandal dating nya diketahui dalam kurun waktu secepat ini, masih belum siap menerima komentar-komentar para netizen. Bukan, bukan tentang dirinya, melainkan tentang kekasihnya saat ini, Sakura. Tapi jika sudah ketahuan mau bagaimana lagi? Bangkai yang disembunyikan pun baunya lama-lama pasti akan tercium.

"Hyung, bagaimana jika itu aku?" Tanya Jimin sambil membawa tubuhnya menuju kamar mandi.

'Apa? Hei, apa yang kau lakukan di Busan sana?'

Tuut

Jimin mematikan sambungan teleponnya. Sedikit terkekeh saat mendengar keterkejutan dari managernya. Ini adalah kali pertamanya ia bersikap kurang ajar seperti tadi. Dengan cepat, ia segera meninggalkan ponselnya di meja dan melesat masuk ke dalam kamar mandi. Sudah siang dan ia harus cepat-cepat sebelum managernya kembali menelpon dan menceramahinya.


- - -



Jimin menuruni setiap anak tangga dengan cepat, namun di penghujung terakhir anak tangga, langkahnya terhenti. Dari sini, saat kepalanya tertoleh kesamping kiri, ia bisa melihat Sakura yang tengah memasak sesuatu di dapur. Bagaimana Jimin bisa tahu jika wanita itu tengah memasak? Tentu saja dari aromanya, sungguh menusuk dan membuat sesuatu di perutnya berdemo secara massal. Pagi ini, Jimin harus melupakan sereal kesukaannya.

Jimin berjalan mendekat dengan langkah yang mengendap-endap, tidak menimbulkan suara sedikitpun, sangat hati-hati di setiap langkahnya. Ia tersenyum sebentar sebelum akhirnya melingkarkan kedua tangannya di perut Sakura, membuat wanitanya yang tengah serius memasak pun jadi sedikit terkejut.

"Apa yang kau masak? Aromanya enak," tanya Jimin sebagai pembuka pembicaraan, anggaplah sebagai sebuah basa-basi yang akan menghantarkan mereka ke dalam sebuah percakapan yang lebih hangat. Nyatanya, dengan melihatpun, Jimin tahu jika Sakura tengah membuat nasi goreng kimchi.

"Eomma-nim bilang kalau kau suka nasi goreng kimchi. Berhubung kau tengah sakit, jadi aku berniat membuatkannya. Eh, tapi kurasa kau tidak sakit lagi," saat mengucapkan kalimat terakhirnya, wajahnya segera teralihkan kearah Jimin sesaat. Benar sekali, tidak ada lagi wajah pucat seperti mayat, keringat dingin yang bercucuran di permukaan kulit wajah, serta suara berat khas orang yang tak berdaya. Ajaib, pria itu sembuh dalam sehari tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

"Kan sudah kubilang, hanya dengan melihatmu, memelukmu, dan menciummuㅡ" Jimin sengaja menghentikan perkataannya hanya untuk memberikan ciuman pagi di bibir Sakura dan setelah itu kembali melanjutkan kalimatnya, "ㅡDemamnya pasti akan hilang. Lagipula itu hanya demam yang terjadi karena suatu trauma, tidak parah."

Sakura menanggapi perkataan Jimin barusan dengan sebuah anggukan singkat, supaya cepat, begitu pikirnya. Jika saja tadi ia tak setuju dengan perkataan Jimin, maka sudah bisa dipastikan dalam lima detik akan terjadi sebuah percecokan kecil. Dan tentunya, Jimin tidak akan berhenti berceloteh sampai Sakura menanggapi perkataannya dengan anggukan. Perlu diketahui, Jimin adalah tipe pria yang merasa jika pendapatnya selalu benar. Contohnya saja sewaktu ia beradu argumen dengan Jungkook dan Taehyung yang menjadi penengah. Pokoknya, sebenar apapun Jungkook, Jimin ingin Taehyung membelanya. Dia terlalu iri dengan maknae yang selalu dipuji para hyung. Baiklah, itu masa lalu, saat ia ingin mendapat perhatian lebih dari hyung-hyung nya.

Dalam beberapa hari ini Sakura rasa ia sudah bisa mengenal Jimin lebih jauh lagi. Dirinya merasa jika Jimin selalu terbuka dan memperlihatkan segala karakteristiknya, dan itu membuat Sakura merasa menjadi lebih dekat dengan Jimin. Aneh memang, bagi Sakura yang baru mengenal Jimin selama seminggu, menerima pernyataan cinta Jimin adalah sesuatu yang tak masuk akal. Tapi untuk Jimin yang sudah mengenal Sakura sejak kecil, menyatakan perasaan cintanya adalah sesuatu yang benar-benar masuk akal dan patut diterima akal sehat. Lagipula, Sakura tak bisa menampik perasaannya saat ini. Ia jatuh cinta pada Jimin karena pria itu sering menciumnya, lucu dan terkesan sedikit aneh. Tapi, cinta bisa muncul kapan dan dengan cara apa saja.

"Biarkan aku mencobanya," tutur Jimin dengan telunjuk yang menunjuk wajan dan mulutnya secara bergantian. Sedangkan Sakura malah terbengong saat melihat kelakuan Jimin barusan, lalu keduanya terdiam sesaat dan beberapa detik kemudian langsung tersenyum bersamaan. Jimin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sakura, tersenyum malu karena Sakura menanggapi tingkah imutnya seperti tadiㅡtercengo heran.

"Sebentar Jim," wanita itu memberitahu agar Jimin bisa menunggu sebentar dan kemudian segera menyendokkan nasi goreng kimchi buatannya dan mulai mengarahkannya pada Jimin. Mendapati jika Sakura kini tengah memanggilnya, Jimin pun segera mengangkat kepalanya dan mendekatkan mulutnya pada sendok yang berada di tangan kanan Sakuraㅡyang sudah terjulur kearahnya. Melihat Jimin yang tengah mengunyah nasi gorengnya, Sakura teringat dengan sesuatu dan berniat untuk menceritakannya pada Jimin.

"Oh ya, Jim, kemarin aku bertemu dengan seorang pria dan dia mengenalku. Kau tahu, tubuhnya lebih tinggi darimu, sangat tinggi malahan, dan juga dia tampan serta ramah. Woah, benar-benar pria yang sempurnaㅡ"

Uhuk

Sakura menyipitkan matanya saat sadar jika Jimin tengah terbatuk dan memuncratkan beberapa butir nasi dari mulutnya. Beruntung sekali saat ini Jimin tengah berada di belakangnya, lebih tepatnya masih memberinya pelukan hangat, jadi butir nasi yang muncrat dari mulut Jimin tidak terkena wajahnya.

Tersedak karena perkataan Sakura, Jimin pun segera melepaskan pelukannya lalu mengetuk-ngetuk dadanya dan mulai tergerak menuju kulkas untuk mengambil air mineral. Tidak bisakah Sakura tak memuji pria lain di depan dirinya? Dan juga, siapa pria sempurna itu? Tidak mungkin Taehyung karena Sakura pasti mengenalnya dan juga sangat kurang kerjaan sekali pria pecicilan itu main ke lingkungan apartemennya.

"Kau tidak apa-apa Jim?" Tanya Sakura dengan tangan yang kini ikut menepuk-nepuk punggung Jimin, mencoba mengurangi rasa sakit akibat tersedak yang dirasakan pria itu. Jimin mengangguk dan kemudian berceletuk, "Setampan apa sampai kau terlihat memujanya?"

Sakura diam sejenak dan mulai berpikir, setampan apa pria yang kemarin ia temui? "Ya pokoknya dia lebih tampan darimu, Jim. Dia punya mata yang besar dan senyum yang manis," ungkapnya sembari mengingat-ingat wajah Morgan.

Jimin membuang wajahnya kearah lain, dan kemudian bergumam, sangat pelan, "menyebalkan." Dari gerak-gerik yang Jimin perlihatkan, Sakura tahu jika pria itu tak suka dengan setiap kata yang ia lontarkan. Ingin menggoda Jimin, Sakura pun kembali berujar, "Jika aku bertemu dengannya duluan, mungkin saat ini aku sudah jatuh cinta dengannya."

Hancurlah mood Jimin yang sudah pria itu bangun sejak bangun tidur. Melihat wajah Jimin yang berubah drastis, persis seperti tahu yang dilempar ke dinding membuat Sakura terkikik dalam hati. Wajahnya sangat mirip dengan Jimin kecil yang ia lihat di album foto, menggemaskan.

"Hah, sepertinya aku akan melewati hari ini dengan sangat sulit. Aku berangkat," pamitnya dengan lesu seraya melekatkan jaket pada tubuhnya. Sampai beberapa langkah Jimin berjalan, birai Sakura pun terbuka dan kembali memanggil Jimin.

"Jim!" Panggilan yang sukses membiat Jimin berhenti berjalan dan menolehkan sebagian kepalanya.

"Aku mencintaimu," jujurnya seraya memberikan sebuah hati yang ia bentuk dengan kedua jari tangan kanannya. Wanita itu mengedipkan kedua matanya saat sadar jika ada sesuatu yang kurang, lalu kemudian segera memberikan ciuman pada finger heart nya dan menyodorkannya pada Jimin.

Tak bisa berbohong, jantung Sakura hanya berdebar jika bersama dengan Jimin. Dan itu berlaku sejak pertemuan pertama mereka.



🌹🌹🌹

FANGIRL : La Vie en Rose [ PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang