Chapter 2 : Rizell
****
"Aku sangat merindukannya,
bisakah aku menemuinya sekarang?"****
Cekrek'
Aku tersenyum saat berhasil mengambil foto.
Hasilnya lumayan juga,
Aku adalah seorang fotografer. Tapi, aku bukan fotografer yang menjajakan foto di jalanan. Aku masih SMA. Aku siswa SMA yang menyukai, ah tidak, mencintai fotografi. Kadang, aku bahkan tidak pernah berpikir dua kali saat akan mengambil foto.
Aku tersenyum lagi saat menatap foto yang kuambil beberapa saat yang lalu. Ah, aku jadi ingin vanilla latte. Tidak berkorelasi, tapi tiba tiba aku haus.
Aku memutuskan segera menuju ke kafe kopi terdekat. Aroma kopi langsung masuk dalam indra penciuman, saat aku membuka pintu. Sambil tersenyum, aku menuju tempat pemesanan.
"Vanilla latte-nya satu kak, diminum disini."
"Siap, silahkan duduk dulu."
Aku segera mengambil tempat duduk di dekat jendela kafe. Aku menyalakan kamera milikku dan mulai melihat foto yang ada.
Tanganku berhenti menscrool saat melihat foto yang baru diambilnya. Seorang anak laki-laki, sepertinya seusiaku, dia membantu seorang kakek untuk menyebrang.
Hal yang cukup sederhana, namun memiliki banyak makna.
"Silahkan vanilla latte-nya,"
Aku berhenti mengamati foto itu dan menengok,
"Terima kasih."
Pelayan itu tersenyum dan mengangguk tanda permisi. Aku tersenyum tipis, mempersilahkan.
Setelah meletakkan kamera yang sudah kumatikan, aku meminum vanilla latte ku dengan tenang.
"RIZELLE!"
Aku hampir tersedak. Setelah menenangkan diri, aku menengok ke arah asal suara. Oh, Rene, dengan siapa ya namanya? Aku tidak tau, anggap saja dia teman Rene.
"Ya?"
"Kok lo ga ajak-ajak main kesini?"
"Cuma mampir."
Rene mengembuskan nafasnya kasar. Aku hanya menatapnya,
"Kenapa?"
"Tau ah, gue ngambek."
"Oh, oke"
Aku mengangguk dan kembali meminum vanilla latte yang mulai menghangat.
"Kok lo gitu sih sama gue El?"
"Terus maunya gimana Ren?"
"Ya gue jangan dikacang dong!"
Aku mengalihkan pandanganku segera. Lalu menatap fokus ke arah Rene. Rene langsung tersenyum.
"Nah gitu dongg! Lain kali kalo pengen ngopi, ajak ajak gue ya El?"
"Okay" jawabku pendek tanpa basa basi.
"Gue duluan kalo gitu! See you in school tomorrow! Rene berkata sambil melambaikan tangannya.
Aku tersenyum tipis. Lalu mengangguk dan ikut melambaikan tanganku pelan. Perlahan senyumku pudar. Pandanganku kembali fokus ke layar kamera di tanganku.
Aku bisa merasakan keningku kembali berkerut. Aku sedang melihat foto sebuah lukisan. Aku mengambil potret lukisan ini beberapa hari yang lalu.
Lukisan ini benar benar membuatku berpikir. Apa makna dari lukisan ini? Padahal biasanya, aku cukup mudah memahami sebuah hasil karya seni rupa murni ini. Tidak bermaksud sombong tapi aku sedikit—banyak memahami tentang seni lukis.
Tapi kali ini, seolah semua pengetahuanku tentang seni lukis seolah menghilang. Aku benar benar kesulitan memaknai lukisan ini. Judulnya 'diriku' tapi sampai saat ini, aku tetap tidak bisa menemukan, dimana unsur 'diriku' yang membuat penulis menamai lukisan itu sedemikian rupa.
'Ting'
Aku menoleh ke arah dimana aku meletakkan hp ku. Suara notifikasi langsung membuat lamunanku tercerai burai entah kemana. Aku menghembuskan nafas perlahan.
'Siapa yang mengirimkan aku pesan di sore begini?' pikirku agak kesal.
Alana Nabila
Alana
link attachedRizelle
itu apaan?Alana
Pameran seni. Biasanya lu paling tertarik sama beginian. Makannya gue kirim ke lo.
Kalo lo tertarik datang, disitu ada undangannya.
Acaranya khusus, lo gabisa dateng tanpa undangan.'kenapa aku yang dikirimi undangannya? Padahal di kelas banyak anak lain yang lebih minat sama seni. diambil gak ya?'
Rizelle
Kenapa gue?
Bukannya di kelas banyak anak lain yang juga suka ke pameran?Alana
Temen sekelas lagi gaada yang lagi mood buat pergi ke pameran.
Lagian itu undangannya juga ga semudah itu dapetinnyaRizelle
Emang itu undangan dapet dari siapa?Alana
Dari sekolah. Setiap kelas dapet 1 tiket.
Gimana? Lo mau ga? Kalo lo gamau gue kasih ke anak lainRizelle
Okey fine. Gue mauAlana
Oke. Kalo gitu gue konfirmasi dulu ke Bu Kayla.
Venue sama date nya udah ada di undangan yang tadi gue kirim
Tolong tepat waktu datengnyaRizelle
Okey, thanks Alana.
Read'gaada salahnya main ke pameran. Lagian siapa tau aku bisa ketemu sama pelukisnya lukisan ini.' pikirku dalam hati.
Malam semakin dekat. Vanilla latte yang kupesan juga sudah habis. Aku memutuskan segera pergi dari kafe. Aku segera melangkah keluar dan berjalan ke arah rumahku.
Langit berwarna biru, merah, dan orange bergradasi dengan indahnya diatas sana. Aku menatap langit senja yang seindah biasanya. Tanganku bersedekap dan kedua kelopak mataku menutup. Beberapa kata meluncur keluar dari mulutku. Perlahan, hanya tuhan dan angin yang mungkin mendengarnya.
'kuharap ayah baik baik saja di atas sana'
****
Published : 260220