Serangan Burung Gagak

88 5 0
                                    

Keadaan semakin kacau. Beling-beling berserakan di lantai dan suara-suara benda berjatuhan masih terus berlanjut. Nick dan kawan-kawan kalang kabut menghindari pecahan beling. Nadia melompat sepanjang lantai menghindari beling agar dapat menjangkau tempat aman untuk bersembunyi.

“Nadia?!” Nick berteriak menyebut nama adiknya. Ia berbalik dan memandang dari bawah lengan bajunya yang tegulung untuk memastikan apakah Nadia masih aman.

Kemudian, jendela meledak ke bagian dalam, pecahan-pecahan kaca berserakan di lantai berkilau tertimpa pendar lampu. Serpihannya mengenai seseorang. “Aww!” Percy berteriak meringgis tatkala lengannya yang terbuka tergores salah satu pecahan kaca yang berjatuhan. Sekali lagi ia meringgis, tak peduli seberapa dalam lukanya ia terus berlari menghindari barang berjatuhan yang semakin banyak dan menyerang secara membabi buta. Kedua tangannya terkepal melindungi kepalanya.

“Nick” balas Nadia yang juga berteriak. Ia mendorong kursi meja dan bersembunyi dibawahnya. Matanya menangkap keempat teman dan kakaknya yang masih berlarian bersama suara teriakan bercampur benda-benda yang berjatuhan yang akhirnya pecah. Napasnya memburu dan sebelah tangannya mencengkram erat-erat kaki meja, tak ada yang bisa dilakukan selain berharap semuanya baik-baik saja.

Thalia masih berusaha menghindar dan semakin erat mendekap buku tersebut, seolah-seolah buku bersampul coklat itu mampu melindunginya. Sandal tidur yang ia kenakan beradu gesek dengan lantai berlapis permadani, ia terus berlari dan menghindar. Namun Thalia tak menyadari arah larinya.

Nick mendorong Thalia dan membawanya dibawah lengannya, lalu bunyi benda besar yang jatuh kemudian pecah terdengar begitu jelas. Lampu gantung itu hampir mengenai Thalia kalau saja Nick tak sigap. Namun pecahan beling yang terpental jauh mengenai lengan Nick dan melukainya. Thalia dapat mendengar ringisan Nick yang tertahan, ia yang ketakutan melingkarkan sebelah tangannya memeluk tubuh Nick. Bersembunyi.

Setelah pecahan lampu gantung, tidak terdengar lagi benda-benda yang berjatuhan. Thalia mendongak, memandang Nick yang sedikit lebih tinggi darinya. Mata Nick yang biru berkilauan memandang berkeliling, napasnya agak tersengal, kalau-kalau ada kejutan lain menyusul. Namun, tak ada yang terjadi lima menit kemudian.

Nick memastikan bahwa lampu gantung menjadi yang terakhir, menghela napas lega dan menyadari sesuatu. Ia tersentak lalu secara mengejutkan melepaskan Thalia dari lengannya, sedikit mendorong.

“Aw!” Thalia melenguh akibat dorongan Nick di pundaknya. Nadia, Percy, dan Ben keluar dari tempat persembunyian masing-masing saat mendengar suara Thalia yang nyaring itu. Ketiganya melihat Nick dan Thalia saling berhadap-hadapan. “Kenapa kau kasar sekali?” Thalia memprotes, di tatapnya mata Nick yang juga menatapnya garang. Lalu tatapan mata coklat Thalia turun pada lengan Nick yang tergores dan mengeluarkan darah.

“Ya ampun Nick” Thalia hampir menjerit dan langsung mendekati Nick. Memperhatikan dengan seksama luka yang tertoreh cukup dalam itu. “Kau terluka karena melindungiku” lanjutnya. Ia hampir menyentuh lengan itu namun Nick lebih dulu menepisnya.

“Bukan urusanmu” kata Nick keras, bahkan nyaris seperti bentakan. Ia lalu menurunkan kembali lengan bajunya, membuat bercak darah itu menepak di kaos biru lengan panjangnya. Nick hampir berbalik namun tangan Thalia kembali menahan lengannya.

“Tidak usah sok kuat deh” Thalia berucap penuh penekanan dan perhatian, matanya tak lepas menatap lengan Nick lalu beralih ke manik mata laki-laki itu. Meski Nick menyangkalnya, Thalia tahu kalau Nick sedang menahan ringisannya. “Pasti sakit, kalau tidak diobati nanti infeksi. Karena kau sudah melindungiku”

Nick menyentak tangan Thalia sekali lagi, membuat gadis itu menghentikan ucapannya sebelum selesai. Dilihatnya Thalia yang memandangnya terkejut, lalu beralih menatap dinding putih yang kosong. “Jangan bicara padaku sebelum kau berhasil membawa kita pulang!” suara Nick lantas dan dingin. Itu artinya dia tidak menerima bantahan lagi.

Buku Ramalan SintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang