Bab 14 : Libur Tiba

794 59 1
                                    

Rafael tersenyum sumringah mendengar pengumuman dari Pak Kepala Sekolah. Bukan hanya dia yang merasa senang, semua siswa dan siswi pun senang menerima kabar bahwa mereka akan libur untuk satu minggu.

"Yeay! Dhea kita libur!" pekik Rafael senang. Dhea berdecak kesal mendengar pekikan Rafael yang memekakan telinganya.

"Iya aku juga tahu, sudah berapa kali kau bilang padaku." ketus Dhea kesal sambil mengorek telinganya.

"Aku tak sabar berlibur, besok akan kemana ya?" tanya Rafael penasaran. Rafael memandang pada Dhea yang memandangnya datar. Oh iya lupa, tubuh mereka sedang tertukar.

Rafael mendesah kecewa. Dia tak akan berlibur seperti yang dulu dia lakukan. "Sudahlah jangan kecewa Rafael, kau bisa kok menikmati libur." hibur Dhea mengerti dengan perasaan kecewa Rafael.

"Ya aku tahu tapi rasanya tak akan seperti dulu." balas Rafael gundah.

"Aku jamin kok, kau akan senang berlibur dengan keluargaku." Ya, benar juga. Keluarga Dhea adalah keluarga yang sangat menyenangkan.

"Entahlah Dhea, apa aku akan bisa akur dengan keluargamu?"

"Yakin, pasti bisa. Aku bawa kamu ke rumahku ya." Rafael mengangguk dan akhirnya mereka pun pulang. Setibanya di rumah Dhea, Rafael masuk ke dalam kamar Dhea.

"Dhea," panggil Ibu Dhea. Rafael menghembuskan napas berat dan mengganti bajunya lalu menuju ke dapur.

"Kamu tolong belikan kecap di botol ya," kata Ibu Dhea sambil memberikan uang.

"Hanya itu?"

"Ya hanya itu." Rafael pun berjalan malas keluar dari rumah menuju kios yang terletak tak jauh dari rumah.

"Eh, hai Dhea makin cantik saja." Rafael menyeringit melihat lelaki yang menggodanya. Dia lalu berjalan melewatinya tanpa menggubris lelaki itu.

"Bu, beli kecap satu botol." kata Rafael.

"Tunggu ya Dhea," Rafael menurut saja dan berdiri menunggu ibu pemilik kios melayani pembeli yang lain.

"Dhea," Rafael menoleh menemukan sesosok gadis yang tersenyum manis padanya. Melihat raut wajah Dhea yang bingung, gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Ini Utami, masa kau lupa dengan sahabatmu."

Utami? Dhea tak pernah mengatakan soal Utami. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik," jawab Rafael setenang mungkin.

"Maaf ya aku tak sempat berkunjung ke rumahmu,"

"Yah tak apa-apa."

"Dhea, ini kecap botolnya." Rafael langsung menghampiri Ibu pemilik kios. Dia memberikan uang begitu mengambil botol kecapnya.

"Eh, jangan lupa ya besok aku akan menjemputmu." kata Utami tiba-tiba begitu melihat Rafael yang dia kira adalah Dhea. Menjemput? Memangnya ada apa dengan besok?

💨💨💨💨

"Bi, biar aku bantu ya." kata Dhea pada Bibi Imah yang malam itu sedang mencuci piring.

"Tak usah Den, ini pekerjaan Bibi nanti kalau Aden sakit bagaimana?"

"Tak apa-apa kok Bi, aku bosan kalau tak ada kerjaan." balas Dhea sambil tersenyum. Bibi Imah pun mengalah dan akhirnya memberikan tempat pada Dhea untuk membantunya.

"Aden, banyak berubah ya." Dhea menoleh pada Bibi Imah yang bersuara.

"Dulu Aden itu susah diajak ngomong dan tak mau bergabung dengan kami karena memandang kami sebagai kasta bawah. Sekarang, baik dan supel." lanjutnya lagi.

"Apa perubahanku salah Bi?" Bibi Imah menggeleng.

"Malahan Bibi senang Aden Rafa bisa akrab sama kami."

"Syukurlah. Rafael 'kan lagi libur boleh dong bantu Bibi di rumah?" tawar Dhea.

"Tentu Den." Selagi keduanya berbincang Arthur datang menghampiri keduanya.

"Rafael, cepat kemasi barang-barangmu," Dhea menoleh pada Arthur yang sedang meminum air putih untuk menghilangkan dahaganya.

"Kita mau kemana, Papa?" tanya Dhea heran.

"Kita akan ke Swiss untuk menghadiri acara perusahaan," mendadak wajah Dhea pucat pasi, astaga ini bukan sesuatu yang diharapkan oleh Dhea dalam menikmati liburannya.

💨💨💨💨

Sama dengan Hot Daddy, saya akan hiatsu sebentar untuk cerita ini. Makasih ya karena sudah mau baca cerita yang rada aneh ini.

See you in the next part!! Bye!!

[#MAW1] Dhea & Rafael [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang