Bab 16 : Liburan yang Tak Menyenangkan

801 57 0
                                    

Dhea tak bisa berkata apa-apa saat dia sampai di bandara Internasional Swiss. Baru kali ini Dhea pergi sangat jauh dari orang tuanya, yang membuat makin Dhea pusing ini bukan kota tapi negara lain.

Dia sekarang berada di Swiss dan ini bukan mimpi sama sekali. "Rafa," Dhea memandang seorang wanita paruh baya yang cantik menatap bingung padanya.

"Kamu kenapa?" tanya Julia, Ibu Rafael. Walau sudah berusia 40 tahunan, Ibu Rafael nampak sekali muda layaknya seorang wanita berumur 20 tahunan. Mungkin karena selalu ke salon kecantikan agar menunjang penampilan.

Dhea tersenyum tipis dan menggeleng. "Oh, ayo Rafael kita harus bergegas. Mobil sudah menunggu kita di luar." perintah Julia lembut pada putranya itu.

Dhea hanya menurut saja dan berjalan beriringan bersama dengan Julia. Sesuai dengan perkiraan Mama Rafael, sebuah mobil sudah menjemput mereka.

Dhea langsung masuk ke mobil begitu seorang pria membuka pintu mobil. Baru saja keluar dari bandara sudah membuat tubuhnya mengigil kedinginan. Wajarlah, Dhea baru merasakan dinginnya iklim di negara lain.

"Permisi, bisakah kau menyalakan pemanasnya?" minta Dhea sopan. Si supir dengan segera menyalakan pemanas. Julia kembali memandang bingung anaknya itu.

"Kau kenapa nak, sakit?" tanya Julia sambil meraba dahi Dhea.

"Tidak Mama, hanya saja ... aku kedinginan." sahut Dhea sambil mengeratkan jaketnya yang menempel di tubuhnya.

Julia mengangkat satu alisnya, biasanya Rafael tak akan seperti ini tapi kenapa dia kedinginan? Ah, lupakan itu mungkin saja putranya itu sedang tak enak badan.

Begitu mereka sampai di hotel, Julia menyuruh Dhea beristirahat agar kondisinya pulih. Tak butuh waktu lama Dhea tertidur pulas di ranjang.

Julia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rafael. Dia lalu memberi selimut untuk Rafael. Arthur masuk ke dalam kamar dan menemukan Julia.

"Kau ternyata sudah datang, mana Rafael aku ingin..."

"Ssttt..." potong Julia sambil menaruh telunjuknya di bibir. Wanita itu kemudian bergeser dan nampak Rafael yang tertidur dengan pulas.

"Sebaiknya jangan ganggu dulu dia, dari tadi dia kurang enak badan." Arthur menghela napas dan duduk di samping Julia yang menatap lekat pada Rafael.

"Baru kali ini aku memperhatikan putra kita, dia sudah tumbuh besar dan menjadi pria yang tampan." ujar Julia setelah dia diam beberapa saat.

"Rasanya seperti kemarin aku menggendongnya, waktu berlalu dengan cepat ya." lanjutnya lagi memandang Arthur yang kini merangkulnya.

"Aku merasa agak bersalah membiarkan dirinya tumbuh sendiri setelah umurnya lima tahun."

"Aku juga Julia, kau pikir aku juga tak merasa menyesal membiarkan selalu sendiri. Tapi ini semua demi masa depannya, Julia." Arthur memeluk tubuh Julia membiarkan Julia menangis dalam pelukannya.

💨💨💨💨

"Rafael, bangunlah." Dhea menggumam tak jelas dan membuka matanya yang awalnya terpejam. Dia memandang wajah Mama Rafael, Julia yang kini sudah rapi.

"Mama, apa yang Mama lakukan? Kenapa Mama rapi?"

"Kamu ini amnesia atau apa sih, kita kan datang ke sini untuk menghadiri suatu acara. Cepat ganti pakaianmu, Mama tunggu kamu ya."

Dhea menghela napas selepas Julia meninggalkannya. "Liburan ini, Liburan yang tak menyenangkan sama sekali."

💨💨💨💨

See you in the next part!! Bye!!

[#MAW1] Dhea & Rafael [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang