Bagian 6

19.5K 2.5K 689
                                    

Pelajaran biologi sudah berakhir lima menit yang lalu, namun bel istirahat sama sekali belum berbunyi. Anak-anak Sepadu dari tadi ngeluh kelaparan karena otak mereka rasanya seperti dikuras habis karena pelajaran ini, ditambah tadi ada kuis dadakan yang membuat mereka terpaksa belajar dengan kecepatan maksimum. Mau keluar duluan melawan aturan, di depan masih ada Bu Jessica yang galaknya luar biasa. Jadilah mereka masih di dalam kelas dengan muka-muka lapar yang melas minta dikasihani. Tapi kawan, itu gak berlaku buat Renjun dan Hwall yang merupakan teman sebangku Renjun (cie, baru tau ya Hwall sama Renjun teman sebangku?). kedua orang itu diam-diam makan roti punya Hwall yang disembunyikan di loker meja. Gak lupa mereka makan dengan kepalan menunduk dan dengan kecepatan pelan macam siput. Intinya jangan sampai nimbulin curiga dari kanan-kiri atau depan-belakang. Hal tersebut sukses sampai potongan terakhir yang dimakan Hwall. Keduanya bertos ria di bawah meja dengan wajah puas. Lapar sudah sedikit teratasi tapi gak ketahuan sama sekali. Warbiyazah.

Bel akhirnya berbunyi dengan sambutan bahagia dari para penghuni Sepadu. Mereka baru saja ingin keluar, namun suara Bu Jessica menghentikan langkah mereka yang belum ada tiga langkah, "Siapa bendahara di sini?"

Anak-anak Sepadu spontan menunjuk Renjun yang juga mengangkat tangan, "Saya, Bu."

"Sini ke depan dulu."

Renjun beranjak dari kursinya untuk menghampiri Bu Jessica. Setelah sampai, guru biologi itu menyerahkan berlembar-lembar kertas. Renjun membaca kertas yang berada di posisi paling atas. "Itu fotokopi sesuai jumlah murid di kelas kamu, habis itu bagikan. Di situ ada rangkuman materi dari semester awal sampai yang sekarang. Ibu buat itu untuk persiapan PAS kalian."

Baik juga ini guru. "Baik, Bu, terima kasih."

Bu Jessica akhirnya pamit dari kelas. Renjun segera mengambil dompet uang kas yang ada di tasnya. Saat hampir keluar kelas, Nakyung menghentikan langkahnya, "Koh sama aku, yuk! Bosen nih, mau ikut keluar juga."

Padahal itu alibi. Nakyung bukan bosen, tapi sesuai dengan kesepakatan kemarin, kalau Renjun ke mana-mana, mereka harus nemenin atau ngikutin. Meskipun dari kemarin keadaan aman, tapi bisa saja hari ini berbeda. Kalau Renjun nanti kenapa-kenapa, gimana hayo? Sepadu kebakaran jenggot, terus Jeno ngamuk. Hancur nanti sekolah.

Sayangnya, Renjun menggeleng, "Gak usah, Kyung. Gue sendirian aja." Agak aneh juga sih. Tumbenan Nakyung nawarin diri buat nemenin dia. Biasanya si pemilik suara agak cempreng itu lebih memilih ke kantin untuk cuci mata (Nakyung yang bilang sendiri kalau kantin itu tempat cuci mata) atau menghabiskan uangnya untuk mengisi perut.

"Yah, ya udah deh, Koh."

Renjun menganguk dan membalikkan badannya untuk keluar kelas.

Nakyung gak kehilangan ide. Dia langsung ambil ponselnya untuk mengirim voice note pada seseorang.

"Jeno, itu Renjun ke fotokopi sendirian. Temenin gih."

***

"Bang John, fotokopi duapuluh tiga."

Renjun meletakkan berlembar-lembar kertas itu di atas etalase kaca. Bang John (tukang fotokopi itu) mengangguk dan mengacungkan jempolnya, "Tapi tunggu sebentar ya, Njun. Lagi ngejilid dulu ini satu."

"Oh ya udah, gak apa-apa, Bang. Baru istirahat juga. Santai aja."

Bang John kembali melanjutkan acara jilid-menjilidnya. Renjun memutuskan untuk memainkan ponselnya untuk sekedar membuka timeline twitter-nya, bukan buat main game. Kalau lagi keadaan gini dia gak main game, nanti pasti ada aja yang ganggu. Jadi gak tenang mainnya.

Renjun sedikit tertawa ketika melihat jokesan yang ada di timeline. Saking serunya tertawa, Renjun tidak sadar kalau ada yang berdiri di sebelahnya sambil liatin dia. barulah dia sadar waktu bahunya disenggol pelan. Mata Renjun membulat ketika bertemu pandang dengan mata Jeno. Iya, yang senggol bahu Renjun tadi Jeno, yang menyusul Renjun sesuai amanat Nakyung. Pemuda tersebut tersenyum dan mengusak rambut Renjun yang membuatnya mendengus sebal. Renjun mencubit pinggang Jeno kencang-kencang sampai Jeno mengaduh. "Rasain!"

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang