"Je, mau ketemu bunda kamu."
Hening dalam sambungan terpecah karena ucapan Renjun yang mendadak. Entah angin dari mana, tiba-tiba dia mengatakan itu pada Jeno yang terkekeh di seberang sana. Jeno sudah bisa menebak kalau pacarnya akan mengatakan itu–soalnya dari kemarin Renjun bertanya tentang Bundanya. Dia sih gak masalah, malah senang karena dua orang yang dia sayang akhirnya bertemu dan saling mengenal. Bukannya itu bagus? Jadi udah ada dua restu buat ke jenjang berikutnya, kalau ada takdir.
"Besok mau? Bunda ada di rumah."
Renjun menggigit bibir gugup. Sebelum bertanya kembali, "Bunda gak galak, kan?" suaranya lirih. Bisa dia dengar Jeno terbahak-bahak. Renjun mengerucutkan bibir dan memukul bantal yang tengah dipeluk, "Jangan ketawa!"
"Bunda gak galak, cuma kayak kamu."
"Aku?"
"Iya, kayak maung."
Renjun mengakhiri telpon mereka berdua dengan kesal. Kemudian, ponselnya di lempar ke depan dan hampir aja jatuh ke lantai. Tapi, mau jatuh apa nggak, dia gak peduli soalnya lagi emosi. Daripada mencakar tembok, Renjun memilih opsi menggigit bantal untuk pelampiasan. Gak henti-hentinya gurutuan keluar dari bibir tipisnya. Kesel banget sama Jeno, udah suka buat marah, ngeledek, gangguin tidur, dan lainnya yang memancing Renjun buat menghujat plus ngajak berantem. Untung pacar, kalau bukan udah dari kapan tau Jeno nyangkut di pohon karena ditendang dia.
Masih dengan menggerutu, Renjun mengambil ponselnya untuk mematikan data–biar Jeno gak ganggu tidurnya. Tapi, sebelum sempat mematikan data, ada chat masuk dari kontak bernama 'Jeje jele'. Dia dengan ogah-ogahan membuka room chat dan membacanya dengan perlahan.
Jeje jele
Tadi aku udh blg bunda
Katanya bunda mau ketemu kamu juga
Bsk aku jemput ya jam 9
Dandan yg cantik biar bunda suka
Eh jgn deh, nanti saingan aku sm bundaRenjun langsung berlari ke lemari-hampir tersandung selimut namun untungnya dia sigap. Niatnya buat tidur cepat hilang sudah berganti menjadi acara mencari baju untuk hari esok.
Mau ketemu camer, harus tampil bagus dong.
***
Renjun sukses bangun jam setengah sembilan dengan keadaan gak elit: bantal di mana kepalanya di mana, kaki menapak pada lantai, selimut tergulung asal-asal, jangan lupa sama baju yang berserakan di mana-mana. Pemuda itu mengusap matanya dan menghembuskan napas setelah melihat kekacauan yang terjadi di kamarnya. Tangannya meraba-raba ponsel yang ada di dekatnya dan hampir terjatuh karena posisinya ada di atas gulungan selimut. Masih dengan mata setengah terpejam, Renjun menyalakan ponselnya untuk melihat jam.
Seketika matanya membulat.
"MAMPUS GUE, MAMPUS!"
Ya gimana gak mampus, sekarang aja udah jam setengah sembilan. Mengurungkan niat untuk membereskan kamar, sekarang mandi dulu yang lebih penting. Soalnya tadi Jeno juga mengirimnya chat yang berisi kalau dia sebentar lagi bakal ke rumah.
Mengambil handuk dengan buru-buru, kemudian membuka pintu dan langsung lari ke kamar mandi. Renjun hampir menabrak Mama-nya yang membawa setoples kacang tapi untungnya bisa menghindar. Tanpa minta maaf atau apa, dia langsung masuk. Wanita cantik itu mengelus dada dan berlanjut melangkah menuju ruang tamu yang terdapat seseorang di sana. Beliau tersenyum dan menaruh toples-mempersilahkan si tamu, "Mau dibuatin teh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
FanfictionMendengar kata Tsundere, pasti anak-anak kelas 11 IPA 2 langsung menunjuk Bendahara mereka, Huang Renjun, yang duduk di meja ketiga dari depan pada barisan kedua. Hu'um, si kokoh galak itu memang terkenal dengan ke-Tsundere-an nya. Udah galak, Tsund...