Bagian 7

19.9K 2.3K 594
                                    

Ini hari sabtu dan Renjun udah bangun dari jam enam pagi dengan niat jogging bersama kedua teman SMP-nya yang memiliki inisial Jaemin dan Haechan. Pemuda itu udah siap dengan setelan olahraganya, udah menyiapkan sepatu kets yang jarang dia pakai buat jogging hari ini. Dia juga udah izin ke Mama yang cuma menganggukan kepala dan kembali fokus pada acara gosip yang biasa tayang di pagi hari. Renjun jadi bertanya-tanya, sejak kapan Mama-nya yang biasa bersikap kalem dan anggun ini berubah menjadi nyeleneh? Terlebih-lebih saat kemarin. Apa ini sifat asli Mama-nya yang beliau sembunyikan dari anaknya selama tujuhbelas tahun? Kayaknya Renjun harus tanya Baba-nya supaya rasa penasarannya ini hilang. Mungkin beliau tau dan menjelaskan semuanya aga Renjun gak penasaran lagi.

Tapi, jogging tersebut hanya menjadi sebuah wacana. Mereka bertiga malah berakhir di kamar Renjun sambil nyemil makanan yang Jaemin dan Haechan bawa dari rumah, entah kenapa. Intinya Haechan yang menyarankan kalau acara jogging hari ini diganti acara nyemil-nyemil aja sambil berbincang-bincang yang disetujui Jaemin. Renjun yang sudah siap dengan baju olahraganya hanya bisa menghembuskan napas pasrah dan mengganti bajunya dengan baju rumahan kembali. Lupakan soal jogging yang penting nyemil-nyemil dulu. Lagian, dia juga udah lama gak ngobrol bareng sama dua sahabatnya sejak taman kanak-kanak ini. Jadilah mereka bertiga memanfaatkan waktu yang jarang ada ini untuk mengobrol.

Jaemin itu beda sekolah sama Renjun. Nem yang mereka dapat waktu SMP berbeda jauh dan alhasil mereka berdua pisah. Kalau Haechan, orang yang sering jadi korban amarah Renjun ini (karena demi apapun Haechan iseng banget orangnya), dia bersekolah di SMK dengan jurusan Farmasi dan kebetulan lagi PKL di puskesmas. Makanya, susah banget buat ngumpul kayak gini dan kalau ada kesempatan mereka bakal langsung buat rencana yang seharian full main bertiga.

"Siapa deh yang punya rencana jogging?" Renjun bertanya dengan tangan yang mengubek-ngubek bungkus keripik kentang.

"Haechan, kan? Katanya tiga bulanan ini dia gak pernah olahraga lagi. Padahal setau gue mau dia sibuk apa nggak, mana pernah dia olahraga." Jaemin merebut bungkus kentang yang ada di pangkuan Renjun tadi. "Gerak aja males."

"Yeh, lo pada mah gak tau aja. Gue setahunan ini lagi ikut program diet yang disaranin sama temen gue di puskesmas," balas Haechan dengan mulut setengah penuh dengan oreo. Renjun ingin mengambil bungkusan oreo tersebut, namun Haechan sudah lebih dulu menjauhkannya.

"Program diet tapi kok sekarang makan banyak. Gak bagi-bagi lagi," sindir Renjun dengan halus. Kesel dia sama Haechan. Pelit abisnya.

"Buat hari ini doang. Besok-besok mah enggak, cantik." Haechan mencolek pipi Renjun yang dibalas tendangan di kakinya. Haechan yang dasarnya gak nyerah gitu aja langsung membalas tendangan Renjun. Berakhirlah mereka saling adu tendang yang segera dilerai Jaemin karena takut akan terjadi pertumpahan darah. Cukup dulu waktu SMP mereka berdua dirawat bersama karena kaki yang sama-sama patah. Jangan sampai kejadian itu terulang kembali dengan versi yang berbeda tapi akibat sama.

"Lo berdua kalo ketemu pasti gak jauh dari berantem." Jaemin memisahkan kedua kaki tersebut dan mendorong tubuh Renjun (karena tubuh Renjun lebih ringan) menjauh dari Haechan. Keduanya masih saling melayangkan tatapan tajam yang membuat Jaemin jengah setengah mati. "Udah pada tujuhbelas juga. Berubah kek."

"Gue masih enambelas, yeh," sahut Haechan yang sudah mengambil bungkus oreo yang lain.

"Gue juga masih enambelas," tambah Renjun. "Lo juga masih enambelas, Jaem."

"Ralat, hampir tujuhbelas. Puas?"

"Nggak." Haechan dan Renjun menyahut berbarengan. Keduanya saling menatap secara bersamaan dan menyeringai juga di waktu yang sama. Haechan mengulurkan tangannya untuk mengajak Renjun bertos dan langsung disambut oleh Renjun.

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang