Urgensi Kepemimpinan dan Keteladanan

97 5 0
                                    

"Kerjakan dari yang mudah, lakukan dari sekarang"

Aturan membaca :

1. Comment bagian yang menurut kalian menginspirasi. Berbeda dengan cerita sebelumnya, sekarang saya rada serius.

2. Screenshot dan share di sosmed favorit kalian dan tag @rafi_sugema atau Rafi Sugema

*****

Kita sangat berkepentingan memiliki pemimpin dengan buah visi besar akan masa depan bangsa ini. Namun, saat ini kita lebih membutuhkan pemimpin yang mampu memberi keteladanan, yakni konsisten antara perkataan dan perbuatan.

Tragedi ini yang paling dirasakan rakyat kecil. Mereka kehilangan figur pemimpin yang memiliki keteladanan. Dunia semakin tanpa batas. Persaingan bukan lagi antar-negara, tetapi kota melawan kota, bahkan individu melawan individu.

Bangsa kita membutuhkan pemimpin yang mampu membuat bangsa ini duduk setara dengan bangsa besar lainnya. Setidaknya kehadirannya di pentas global dapat mengangkat martabat dan kehormatan bangsa dihadapan bangsa lain. Sayangnya, kebanyakan elite politik masih terkurung dalam kubangan persoalan diri mereka sendiri. Ada yang sibuk mematut-matut citra diri di depan publik. Ada yang membedakan urusan institusi dengan urusan pribadi.

Banyak faktor yang menjadi penyebab langkanya pemimpin yang genuine untuk muncul. Pertama, Faktor hukum yang tidak tegas. Ketidaktegasan hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan elite membentuk sosok elite dengan karakter lemah, tidak memiliki arti sinifikan dalam menegakkan keadilan dan dalam warga serta memperbaiki nasib bangsa. Kedua, rakyat mudah memaafkan pemimpin yang berbuat salah. Ketiga, budaya gotong royong yang pada pelaksanaannya dimanipulasi oleh para pemimpin sehingga memberi celah seseorang berlepas diri dari tanggung jawab.

Keempat, tipisnya budaya malu ketika melakukan pelanggaran. "Belum ada putusan tetap dari Lembaga Peradilan." Ini kalimat sakti para elite untuk tetap menjabat meski tengah diproses secara hukum. Kelima, lemahnya ingatan publik akan rekam jejak (track record) elite per-orang. Keenam, tidak ada kontrol efektif masyarakat terhadap elite. Masyarakat cenderung menganggap seorang pemimpin sebagai Ratu Adil sehingga berhak diberi cek kosong atas kekuasaanya. Kekuasaan tanpa kontrol itulah yang menumbuhkan sikap "semua ini milkku" pada diri sang pemimpin atas amanat rakyat yang dikuasakan untuk dikelola kepada dirinya.

Jika kita lihat sebenarnya ada lima alasan mengapa seseorang dijadikan pemimpin oleh masyarakatnya. Pertama, seorang pemimpin diikuti karena posisi formalnya sehingga masyarakat takut menentang setiap kebijakannya. Kedua, pemimpin diikuti karena hubungan yang dekat dengan masyarakat sehingga masyarakat mengikutinya tanpa pertimbangan rasional. Ketiga, pemimpin diikuti karena prestasi yang diraih, sehingga masyarakat bangga atas apa yang diperolehnya. Keempat, pemimpin diikuti karena membangun kepercayaan diri pada masyarakat. Kelima, pemimpin diikuti karena menjadi contoh dari cita-cita dan harapan hidup masyarakat.

Namun kata kunci dari kelima hubungan tersebut adalah rasa percaya (trust). Masyarakat yang dipimpin harus percaya pada pemimpinnya. Inilah yang semakin hilang. Pola kepemimpinan saat ini semakin formalistik. Kegagalan elite menampilkan keteladanan berakibat fatal bagi masyarakat. Ketika pemimpin bersifat individualistik, hedonistik, dan permisif untuk kepentingan pribadinya, maka masyarakat kehilangan model pemimpin sehingga berperilaku tidak jauh beda dengan pemimpinnya. Akhirnya satu persatu individu beraktivitas hanya untuk bertahan hidup untuk dirinya saja.

Sudah saatnya bangsa ini sadar tentang urgensi memimpin dengan keteladanan. Karena perilaku pemimpin adalah moral masyarakat yang dipimpinnya.

Memimpinlah mulai dari diri anda sendiri.

***

Purwakarta, 26 Maret 2019

( @rafi_sugema )

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gagasan Melahirkan Pemimpin BerkarakterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang