1%

2.6K 285 40
                                    

Sudah beberapa jam lebih Felix terdiam, matanya memandang sendu seorang lelaki lain yang meringkuk di atas ranjang-nya. Dengan wajah yang berantakan. 

Dengan bekas-bekas air mata mengotori pipi putihnya, dengan mata sembab yang masih senantiasa memproduksi air mata. Bibirnya dikatupkan rapat-rapat, menggigit bibir bawahnya sendiri agar isakan tangis itu tak keluar. 

Lelaki itu menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, tak kuasa menahan isakan tangisnya sendiri. Namun masih enggan untuk sekedar membaginya ke Felix yang hanya menontonnya. 

Felix mengalihkan pandangannya, menatap nanar sebuah undangan yang terbentang lebar di atas meja. Diraihnya undangan tersebut, kemudian dirematnya kasar lalu dibuangnya ke sembarang arah. 

"Fel—" Hati Felix terasa di remat begitu mendengar suara pujaan hatinya. "Jangan di buang, nanti kita nggak tau di mana tempatnya." 

Felix mendengus. Ia melangkah menghampiri Hwang Hyunjin—si lelaki yang sedari tadi hanya bisa menangis. Ditariknya Hyunjin ke dalam dekapan hangatnya, mengelus punggung lelaki itu lembut, mencoba menyalurkan kasih sayangnya. 

"Kamu nggak perlu datang, makanya sengaja aku buang." 

"Tapi Fel—" Hyunjin mengangkat wajahnya. "I-itu undangan pernikahan sepupu kamu juga, masa kamu juga nggak datang? Akupun juga di undang." 

"Ya kamu nggak usah datang, aku pun juga nggak perlu datang. Nggak ada gunanya Hyunjin," Felix berusaha menahan emosinya yang kian menaik. 

"Tapi Felix—" 

"Hyunjin, kamu sayang aku kan? Aku sahabat kamu kan?" Felix menangkup wajah itu ke telapak tangannya, sekalian menghapus jejak-jejak air mata yang tertinggal di pipi mulus si Hwang. 

"Aku sayang kamu Felix," kata Hyunjin lirih. "Tapi nggak sepatutnya kamu nggak datang ke acara sepupu kamu, nanti apa kata keluarga?" 

"Aku sama sekali nggak perduli Hyunjin," kata Felix lugas. "Tapi tolong—" Suara Felix serasa di tahan di tenggorokan-nya. "Berhenti menyakiti diri kamu sendiri, kamu datang ke pernikahan dia sama aja membunuh kamu secara perlahan. Aku nggak mau kamu nangis lagi, Hyunjinie." 

Felix mendekap kepala Hyunjin ke dadanya. "Aku benci ngeliat kamu hancur kayak gini gara-gara laki-laki bajingan kayak dia Hyunjin, aku nggak mau kamu hancur lagi." 

Felix kembali mengangkat kepala Hyunjin, mata mereka saling bertatapan. Mata indah milik Hyunjin masih berkaca-kaca, Felix berusaha menahan diri untuk tidak menumpahkan air matanya. 

Ia tak boleh terlihat lemah di hadapan Hyunjin. 

"Kalau kamu sayang kamu," Felix merapikan helaian rambut Hyunjin. "Tolong—turuti kata-kata aku kali ini, jangan datang ke pernikahan dia. Kamu di sini aja sama aku." 

"Aku sahabat kamu, dan aku juga tau apa yang terbaik buat kamu. Dan menurut aku sekarang ini—" Felix mencium kening Hyunjin cukup lama. "Itulah salah satu pilihan yang terbaik buat kamu." 

"Aku sayang Felix!" Hyunjin membalas pelukan Felix. Memeluknya erat. Seolah tak mau ia lepaskan begitu saja. 

"Aku juga sayang Hyunjin." 

















ini fanfic apa sih?:(

treat you better | hyunlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang