Malam di kota ini mulai hening
Tetapi mata masih terjaga
Terpaku di antara laju waktu,
yang dipenuhi bias dan prasangkaSejak ada sekat, mataku adalah mata kelelawar
Yang kesulitan mencari ruang untuk rebah selainmu; menyimpan lara yang separuh kupahamiDi kelopak mataku, rindu bersandar
Ia mengayuh lukanya sendiri
Menahan kerisauan
Padahal ingatan tetap berebut masuk lebih dalamAku mengaku kalah
Kenangan selalu berhasil mengurai doa-doa lelapku
Dan insomnia tak pernah purna, meski berkali-kali kunikmati