02. Friend

51 15 9
                                    

.

Happy Reading~

[MISTAKE]


Aku melamun tiap kali Sam menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

Mengagumi ciptaan tuhan.

Bahkan bakso yang aku pesan belum aku makan sama sekali. Rasanya tanganku bergetar ketika memegang sendok sambil memandangi wajahnya.

Sangat berlebihan, tapi nyata.

"Kenapa tidak makan?" ucapan Sam seketika membuyarkan lamunanku

Ia menatapku dalam dan- entahlah aku tak bisa menjelaskannya.

"Tidak apa-apa ha-hanya saja..."

'aku tak mampu bernafas dengan baik dengan kamu yang sedekat ini'

"Kenapa?" ulangnya sekali lagi

"Tidak apa-apa," jawabku gugup

Ia hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil,

"kalimat tanya 'Kenapa' atau 'Mengapa' itu diucapkan untuk menanyakan alasan, bukan jawaban 'tidak apa-apa' yang aku inginkan," Sam menjelaskannya panjang lebar.

"Iya, iya. Yang pintar mah beda," ucapku sedikit kesal.

"Bukan gitu astagaaa....untung cantik,"

Untung cantik

Cantik.

Baiklah, tampar aku sekarang.

"A-apaan sih?!" aku semakin kesal mendengarnya. Terlebih wajahku pasti kembali memerah,

Menyebalkan! mengapa sekarang aku sangat mudah terbawa perasaan?

"Hahaha, bercanda," finalnya

'Bercanda katamu? Dengan perasaanku yang sudah terombang ambing oleh gombalan recehmu?'

Ingin sekali aku mengatakan hal itu di depan Sam. Namun kata-kata itu kembali tertelan mengingat nyaliku yang ciut.

Baiklah, semua terserah Sam.

Daripada waktu istirahatku terbuang sia-sia, lebih baik aku makan terlebih dahulu.

"Hai," seseorang menepuk punggungku sedikit keras membuatku nyaris tersedak es jeruk.

Rupanya Keira baru saja datang sambil menahan senyum,

"Kaget tau!" kesalku pada Keira

"Hahaha...ya maaf," ucapnya sambik cengengas-cengengesan.

Ia pun ikut duduk di meja kami berdua,

"Jadi bagaimana?" bisiknya padaku

"Bagaimana apanya?" tanyaku, dengan bodohnya aku ikut berbisik mengikuti caranya berbicara

"Kencannya," goda Keira

"Hash, bahkan kami hanya sekedar makan bersama. Jangan berlebihan Kei," ucapku yang masih berbisik

"Oh, kau perlu lebih?" godanya sekali lagi.

"Tidak, terima kasih." ucapku mengakhiri kegiatan bisik-berbisik kami.

"Apa yang kalian bicarakan?" Sam yang baru saja mengakhiri makan siangnya, kembali bersuara.

"Bukan hal yang penting," jawabku lebih cepat sebelum Kei membicarakan hal yang tidak-tidak.

MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang