Prolog dan pengumuman.

28 5 0
                                    

Terik matahari membakar kulit kaki yang telanjang tanpa sepasang alas kaki. Keringat bercucuran bagaikan air hujan yang turun ke bumi.  Lelah dan letih harus dibuang jauh-jauh dari benakku. Polusi udara selalu kuhirup tanpa henti.  Cemoohan dan hinaan,  bahkan belas kasihan sudah tak ku hiraukan lagi.

Tujuanku adalah di depan sana.  Di kerumunan kuda besi yang berdesak-desakan tanpa henti. Mencari rupiah demi rupiah untuk mengisi perut.  Baju kotor dan kusam tak aku pikirkan.  Asalkan aku bisa merasakan kenyang walaupun hanya sebutir nasi

Tanganku penuh oleh barang yang akan aku jual.  Mulai dari koran di tangan kiri dan kanan.  Juga beberapa botol air mineral yang mengandung cantik di leher mungilku. Mulutku tak pernah berhenti komat-kamit bagaikan dukun sedang baca mantar. Mungkin orang-orang sidang jengah mendengar teriakan cempreng seorang anak kecil jalanan ini.

🎎🎎

Maaf kalau yang cerita sebelumnya belum selesai.  Tapi cerita yang ini dengan judul yang sama dan cerita yang sama.  Hanya berbeda awal cerita,  tapi jalan cerita nya masih sama.  Dan orang yang buat pun masih sama😅

Nantikan next chapter nya lagi ya....

Apakah ini takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang