AWAL KISAH

21 5 0
                                    

Matahari terus menghujam menyinari bumi.  Panasnya terasa membakar kulit.  Pengelihatan pun terkagum terkena sinarnya.  Air terus saja keluar dan mengguyur sekujur tubuh.  Napas terus saja aku keluarkan dengan berat,  serasa dada ini tertindih baru besar.
Pendengaran ku tak pernah sunyi walau hanya suara jangkrik dan sekarang suara yang mengisi pendengaranku adalah bisingnya pembuangan kuda besi,  saut-sautan kelakuan,  dan umpatan tak sabar dari para pengendara.  Pemandangan acuh tak acuh terus saja tertangkap oleh lensa mataku. Sudah menjadi rutinitas ku berada di tengah-tengah semua ini.

"Nam....." Terdengar teriakan seseorang memanggil namaku. Aku menoleh ke kanan kiri untuk mencari siapa yang memanggilku. Pandangan ku pun bertemu dengannya.  Seorang anak laki-laki sepantaran denganku yang berdiri di pinggir jalan sebrang sana, Nando.

"Nam! Pak Roni kembali membawa uangnya.... " Serunya sangat antusias,  begitu juga denganku.

Aku mulai berlari diantara para pengendara. Menyebrang di perempatan lalu menyusuri pinggiran pasar kumuh yang sudah menjadi tempat yang istimewa untukku. Genangan air dan bau busuk sampah bekas pedagang pasar tak kuhiraukan.  Tujuan ku sekarang hanya satu bertemu dengan Pak Roni.

Di depan sana sekitar lima meter dari aku berasa terlihat segerombolan anak yang sama sepertiku mengerumbuni seorang pria paruh baya yang terlihat tersenyum jenaka dan ramah. Aku dan Nando ikut dalam barisan terakhir.

"Nam. Aku sudah tidak sabar lagi... " Serunya tak sabar.

"Aku juga, Nan." Kataku.

Sekarang giliran kami berdua mereka mendapatkannya. Mendapatkan yang seharusnya kami dapatkan.

"Nah! Ini untuk Nando.  Dan ini untuk Nama." Ujarnya sembari memberikan beberapa lembaran uang berwarna hijau dan biru.

"Terimakasih, Pak!" Seru kami bersamaan.

"Iya sama-sama. Oh iya. Tunggu sebentar ya?" Katanya dan melenggang pergi ke kotak ajaib nya.

Iya kotak atau tokonya yang hanya berukuran 1,5m & 1m. Yang terdapat di pinggiran pasar. Didalamnya dan luarnya terdapat beberapa koran dan minuman kemasan yang dijual dengan murah meriah. Setelah selesai mengambil sesuatu,  ia kembali dengan membawa dia bungkus nasi dan dua kantung air teh.

"Ini untuk kalian. Pasti belum makan kan?" Tanya Pak Roni tepat sasaran. Boro-boro makan, uang pun tak ada.

"Terimakasih, Pak."

"Iya. Cepat dimakan nanti keburu dingin." Ujarnya dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

Aku dan Nando bergegas pergi ketempat yang lebih bersih menurut kami. Gudang barang, itulah menurut kami tempat yang paling bersih di tempat ini. Kami makan dengan lahap tanpa menyisakan sebutir nasi pun. Sangat senang rasanya bisa memakan makanan seenak ini. Jarang sekali bisa merasakan makanan mahal walaupun hanya sepuluh ribu rupiah,  tapi menurut ku rasanya tak kalah dengan masakan restoran-restoran mewah.  Walaupun aku hanya merasakan makan restoran mewah yang tersisa di sekeliling tempat sampah.

Maaf baru up lagi.  Soalnya lagi sibuk ujian. Tapi lain kali aku akan sering up lagi. Dan jangan bosen untuk membaca berbagai macam karyaku ya?! 😁

Maaf kalau hanya sedikit. Soalnya ada yang kehapus😣😤😫😭😭
Sorry kalau ada typo, kan aku hanya manusia biasa yang tak luput dari yang namanya salah dan lupa. 😊☺🙏
Terimakasih untuk kalian yang telah membaca. Jangan lupa dicoment and vote ya!! 😃😉

Apakah ini takdir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang