penampilan

857 545 215
                                    

Hari ini adalah hari di mana kami tampil. Selama seminggu berteman dengan Rama, membuatku merasa ada yang beda. Ternyata Rama tidak seburuk yang aku kira.

Aku sangat senang saat dia memuji puisi ku indah. Selama ini tak ada yang mengerti diriku, bahkan mama sering sekali marah saat aku sedang menulis puisi. Kata mama sejak pristiwa 7 tahun yang lalu aku berubah menjadi aneh. ku akui, sejak aku kehilangan apa yang seharus jadi milik ku dan mama, langit ku berubah meski masih sama birunya.

Hidup ku berubah menjadi menyeramkan. Tidak ada yang tahu rasa kecewanya hatiku. Sakit, perih, pedih menjadi satu di jiwa yang rapuh ini. Maka dari itu, ku putuskan untuk menjauh dari semesta yang menyakiti. Membuat dunia sendiri dengan pena dan piano, Aku mulai bergumul dengan dunia sastra. Dunia yang tak akan pernah menyakitiku apalagi meninggalkan ku. Kata demi kata ku tuliskan menjadi bait-bait, beberapa sajak tercipta mewakili emosi dan kekecewaan yang masih menyimpan. Rasa-rasa perih yang tidak bisa di ungkapkan dengan lisan. Perasaan-perasaan hancur yang tidak ada satupun peduli!

Aku masih ingat dahulu beberapa tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. 7 tahun yang lalu seseorang membuang paksa senyumku. Aku menjadi pendiam, Diam sediam diamnya. Hingga mereka berkata aku ini anak aneh, tidak normal karena tidak mau bermain dengan mereka. Mereka bilang karena puisi aku lupa akan dunia, padahal dunia lah yang telah melupakanku. Dunia yang tak pernah peduli dengan lelah ku. Mereka menjauhiku, tak ada yang ingin berteman denganku.

7 tahun yang lalu merubah diriku, membentuk pribadi yang lain. Sejak itu aku menjadi seorang gadis yang tidak bisa berkomunikasi baik dengan orang-orang sekitar. Aku menjadi tidak peduli pada bumi. Sejak itu perlahan-lahan temanku hilang, Mereka datang di saat butuh saja. Jadi aku sudah terbiasa berjalan sendiri.

"Puisi kamu indah, saya suka. Kamu adalah ciptaan tuhan yang istimewa. Kelebihanmu adalah anugrah untuk semua orang. Kamu juga jago bermain alat musik, benar-benar sempurna." ucap Rama beberapa hari yang lalu saat ku tunjukan permainan pianoku dan beberapa puisiku.

Berlalu sudah penampilan kami. Aku dan rama sukses menampil dengan sempurna. Bu Kinan bilang penampilkan kami lah yang paling bagus dari kelas manapun yang sudah di uji bu kinan.

"Tan kita hebat," ucap Rama sepulang kami dari sekolah.

"Hm," aku hanya membalasnya dengan berdehem. Kami sekarang sedang berada tepat di depan komplek ku. Tadi, sepulang sekolah Rama bersikeras untuk mengantarku pulang. Aku sudah menolak! Tapi dia mengikutiku naik angkot itu. Sungguh aku kesal dengan perlakuannya.

"Karena penampilan kita paling bagus ... Saya mau ngasih kamu makanan tiap hari gimana?" ucap Rama di sela-sela kami berjalan menuju blok rumahku.

"Apaansih! lebay lo, gue gak mau! Gak usah norak deh, itu hanya penampilan bisa," ucapku dengan nada sedikit marah. Mood ku benar benar buruk. Menurutku Rama terlalu berlebihan sampai harus mengantarku pulang dengan kakinya.

"Yakin gak mau? Oke kita liat besok," ucap Rama dengan senyuman khasnya. Aku tak mengerti mengapa Rama jarang emosi padahal sudah ku bentak. Enggak, enggak.... Aku kenapa sih ngeliat senyum Rama jadi mikir gak jelas gitu.

"Sudah sampai, Lo boleh pulang!" ucapku. Kami sudah berada di depan rumahku.

"Jadi, kamu gak mau ngasih saya minum dulu gitu?" kata Rama sambil nyengir memperlihatkan giginya yang rapi dan putih.

"Rumah gue gak ada minum. Sana lo pergi!" ucap ku dengan ketus, Aku sudah jengah melihat hadirnya.

"Yaudah, kalau gitu saya pamit Tan. Sepertinya rumah kamu sepi, kalau ada apa-apa jangan lupa kabari saya oke?" Rama berkata setelah itu ia beranjak pergi.

Seketika perasaan bersalah menyentuh jiwaku. Aku rasa perkataan ku terlalu kasar dengan Rama. Dengan sigap sebelum Rama pergi aku segera mencegahnya.

"Tunggu!" Kataku mengejar langkah kakinya yang tidak jauh dari rumahku.

"Kenapa Tan?" katanya dengan membalikan tubuhnya ke arahku.

"Ha ... ti hatii," kataku dengan terbata bata. Seketika aku melambaikan tangan untuk menghilangkan rasa gugup ku. Dan Rama mengeluarkan senyum yang cukup lebar dia juga membalas lambaian tanganku. Dan beranjak pulang kerumahnya.

Setelah sampai di rumah, Aku langsung berlari ke dapur dan mengambil air mineral. Jantungku terasa berdebar dengan kencang pipiku terasa panas. Aku ini kenapa? Tidak biasanya seaneh ini. Ini cukup gila oh tuhan!

Untung saja aku sendirian di rumah ini, Kalau tidak? Pasti mama mengiraku semakin aneh. Ya, aku setiap hari terbiasa sendiri. Mama kerja di salah satu perusahaan kecil  yang ada di dekat daerah rumahku. Dan kadang-kadang pulangnya itu sangat malam. Aku jadi kasihan, melihat setiap hari wajah mama kelelahan.

HELLO! RASA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang