tamu

15 1 0
                                    

Saat pulang sekolah kulihat pintu rumah dan pagar terbuka. Aku terkejut, siapa yang membukanya? Apa mama pulang lebih awal? Tetapi kenapa mama tak menutupnya lagi? Jangan jangan maling?

Aku hanya melihati rumahku dari kejauhan. Nyaliku seketika menciut, aku takut pulang tiba tiba ada maling dan aku di bunuh. Oh tidak, sejak kapan aku takut mati?

Tatan itu pemberani, gak boleh lemah. Itu yang terus aku rapalkan di dalam batinku. Aku melangkah masuk kerumah, mencoba berfikir fositif mungkin di dalam ada mama. Dan mengucapkan salam.

Dan jderrr! Rumahku ternyata ada tamu. Tamu yang pernah ku harap kehadiran, aku membencinya. Kenapa dia di sini!

"Tatan kamu sudah pulang?" Ucap seorang lelaki paruh baya yang umurnya sebanding dengan umur mama.

Dia datang ke arahku. Menarik diriku untuk masuk dalam rumah, lalu memeluk ku.

"Kamu sudah besar nak. Papa rindu." Ucap lelaki itu yang mengaku sebagai papaku. Papa datang ke sini, dan dia tidak sendirian.

Aku melihat lagi, di belakang papa ada seorang gadis putih dengan mata sipit, dan aku tahu dia adalah kakak tiriku. Dan perempuan yang sulit aku terima dia adalah mama tiriku, mama gre.

"Ngapain papa disini? Masih ingat untuk pulang?" Ucapku sambil melepas pelukan dari papa. Melihat wajah papa sama saja hal nya menghancurkan diriku sendiri.

"Alecia apa yang kamu ucapkan dia adalah papamu." Ucap mama yang berada di belakang papa. Kulihat mata mama sendu, aku tahu mama juga kecewa dengan papa.

"Papa mana yang tega meninggalkan anaknya demi seorang wanita?" Ucapku menahan tangis, aku tak ingin papa melihatku lemah.

"Waktu itu kamu masih kecil Alecia, kamu tak tahu cerita yang sebenarnya. Tapi, papa sayang sama kamu Alecia. Kamu adalah putri kecil papa sampai kapanpun, maaf gak pernah jenguk kamu disini"Ucap papa. Suara papa tak pernah berubah, dari dahulu hingga sekarang nadanya selalu lembut. Tapi, maaf pa. Aku terlanjur kecewa.

Aku melihat wajah papa dengan penuh kekecewaan. Segala rindu menguap di dalam dada ini. Ada rindu lama yang masih tersimpan.

"Alecia gak mau mereka bertiga tinggal bersama kita ma." Ucap ku dengan penuh kejujuran. Ku luapkan apa yang ada lubuk hati, kebencian ini semakin membesar dan aku tak tau bagaimana cara menghentikannya.

"Alecia ayo keluar kita makan jangan menyiksa diri kamu sendiri." Ucap mama menghampiri diriku yang sedang berada di kamar.

Aku dari tadi siang tidak keluar kamar sedikitpun. Sejak papa bilang dia ingin tinggal di sini selama seminggu bersama keluarga lainnya. Alasannya karena papa ingin berziarah ke makam papa dan mamanya papa. Jelas saja hatiku hancur, walau berceraian mama dan papa terjadi sudah begitu lama tapi tetap saja aku tak rela ada orang lain di hati papa. Malah kalau aku boleh minta sama tuhan satu hal saja, aku ingin mama dan papa bersatu kembali walaupun ku tahu itu suatu hal yang terdengar mustahil.

"Mama Alecia gak mau papa sama keluarganya itu tinggal disini" Ucapku dengan merengek sambil memeluk mama berharap kekecewaan ini segera lenyap.

"Sayang, kamu tidak boleh begitu. Mereka juga bagian dari keluarga kita." Nada lembut mama meruntuhkan kekuatanku. Aku masih tak mengerti mengapa mama mudah sekali memaafkan.

"Mama kenapa sih masih baik sama mereka? Mereka udah rebut papa dari kita ma." Aku tak sanggup air mata yang kutahan tahan sudah jatuh membasahi pipiku. Beginilah aku, wanita paling lemah sedunia jika menyangkut tentang papa.

"Kamu masih kecil sayang. Suatu hari nanti ketika dewasa maka kamu akan mengerti, ketika kamu mencintai seseorang maka dengan mudahnya kamu rela terluka bahkan di hancurkan berkali kali. Kamu akan mengerti ketika kamu mengikhlaskan seseorang atau memberinya maaf itu semua karena kamu mencintainya" Ucap mama dengan sendu. Aku tak pernah melihat wajah mama sesedih ini walaupun di kantornya sedang banyak masalah.

"Mama mencintai papa sampai sekarang? Kenapa mama gak benci sama papa? Ma, papa udah membuat hidup kita hancur tanpa arti." ucapku dengan tangis yang begitu deras. Aku tak tahu mengapa air mata ini tak mau berhenti walau sudah ku tahan tahan.

"Ya. Dan sayangnya ini semua bukan mama yang mau, tapi hati. Hati yang sulit untuk di ajak bersatu dengan raga." mama berkata tanpa sengaja kulihat air matanya membasahi pipinya. Hari ini aku menjadi saksi atas cinta mama kepada papa.

Akhirnya dengan bujukan mama, makan malam ku kali ini bersama dengan papa dan keluarganya itu. Sedikit hancur tapi aku masih ingat kata mama bahwa sesuatu yang telah di ikhlaskan pergi akan ada kejutan kejutan indah dari tuhan yang tak pernah kita duga duga.

Makan malam telah selesai, hari ini aku tidur bersama mama. Karena kamar mama di tiduri oleh papa dan mama gre. Tapi aku tak pernah memanggilnya dengan sebutan "mama" aku selalu memanggilnya dengan sebutan "tante gre". Dan mungkin kak irena akan tinggal di kamar satu lagi. Mama bilang tamu adalah orang spesial maka dari itu mama merelakan kamarnya di tempati oleh papa dan mama tiriku.

Aku menatap benci wajah kakak tiriku. Dia sungguh menyebalkan merasa ratu tidak mau membantuku membereskan piring malam.
Aku di teras duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu jati.

"Kamu dari tadi liatin aku seperti gak senang begitu? Apa aku ada salah sama kamu Alecia?" Ucap kakak tiriku menghampiriku dengan wajah angkuhnya. Gadis ini benar benar merusak mood ku.

"Salah? Sangat ada! Apalagi mama lo itu! Kalian benar benar gak tau malu menjijikan!" Ucapku dengan penuh kilatan marah. Kak Irena membangunkan singa yang ada di tubuhku ini.

"Aku salah apa denganmu? Aku tak pernah menganggumu. Rumah kita saja berbeda negara!" Ucapnya tak mau kalah. Ingin rasanya ku bunuh dia.

"Hellooo, lo udah ambil apa yang seharusnya jadi milik gue. Lo udah ambil papa gue, bahagia banget jadi lo ya punya papa dan juga mama yang sayang sama lo. Ada ada di setiap lo lelah. Sedangkan gue? Gue gak pernah ngerasai gimana rasanya di ajarin apapun sama papa. Dan lo tau mama gue rela kerja mati matian supaya gak nyusahin kalian. Kami hancur tapi dengan bangganya lo sama sekali gak ngerasa bersalah!" emosi yang sudah ku tahan sejak tadi menguap dengan begitu saja. Air mata luruh tanpa di suruh dan itu adalah hal yang paling ku benci seumur hidupku.

"Maaf, selama ini aku gak pernah sadar bahwa kebahagianku ini adalah luka dari orang lain. Kami gak bermaksud merebut papa kamu Alecia. Kamu gak tau Ale! Aku dahulu pingin banget punya papa karena dari lahir aku gak pernah jumpa papaku. Lalu, mama membawa papa ghirhan untuk menjadi bagian dari hidup kami. Kamu gak tau gimana senangnya aku saat tahu aku akan memiliki seorang papa. Aku begitu senang saat mendengar kabar itu, itu adalah hal terindah yang aku impi impikan. Tapi maaf kebahagianku ternyata menghancurkan hidup kalian." Kak irena memelukku bahunya bergetar dia juga menangis.

"Tidak ada yang salah di sini, ini hanyalah pekara takdir yang mempertemukan kita semua. Alecia ini salah papa, tolong jangan menyalahkan siapapun." Tiba tiba papa datang entah dari arah mana, papa mendengar segalanya. Kulihat matanya dengan penuh kekecewaan. Berharap papa tahu, bahwa aku sangat hancur dengan keputusannya. Aku pergi berlari ke kamar, dunia ku benar benar hancur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HELLO! RASA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang