#2

66 10 0
                                    


~Selamat membaca:))~

Jarum jam menunjukkan jam sepuluh malam. Sheila membuka matanya perlahan, bayangan di sekelilingnya masih terlihat kabur. Dengan hati-hati, ia bangkit dari posisi tidurnya sambil mencoba untuk memfokuskan kembali pandangannya.

Saat ia sudah dapat melihat seluruh penjuru ruangannya, ia merasa ruangan itu terasa sepi bahkan terlalu sepi hingga hanya terdengar suara jarum jam yang bergerak.

.

.

.

"Engga ada yang berubah ya", pikirnya.
Sekejap pikiran itu melintas secara tiba-tiba, ia mulai terdiam dalam pikirannya itu. Tak lama kemudian akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya itu.

Langkah demi langkah ia keluar dari kamarnya. Seketika saja ia berharap akan menemukan seseorang yang sedang menunggunya di dekat tempatnya berada. Tetapi, ia tidak menemukan siapapun di sana. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju ruangan lain dari rumah itu.

Di ruang tamu, Sheila masih tidak menemukan siapapun. Ia mencari dan terus mencari. Beberapa saat kemudian, dari balik jendela ia menemukan sesosok orang yang ia kenal. Orang itu berdiri di teras rumahnya. Ya... seorang lelaki berdiri membelakanginya. Untuk beberapa saat, Sheila hanya menatap dari belakang lelaki itu.

.

.

"Hai" sapaku dengan ragu-ragu beberapa saat kemudian.

"Oh, hai" sapa baliknya sambil membalikan badannya ke arahku.

"Kapan kau bangun" tanyan lelaki itu

"Barusan" jawabku dengan tersenyum

"Terimakasih ya!" lanjutku dengan perlahan

"Tentang?", tanyanya, lalu memperhatikan wajah sheila yang sedang tersenyum tipis

"Mmmm tentang apa yang kamu katakan selama ini"

(Flashback on)

"hiks... hiks... hiks maafkan aku put"

"Sheila, sudah jangan menangis lagi, ibu yakin dia akan baik disana"

"Tidak ibu... aku sudah begitu jahat kepadanya hiks.. hiks.."

"Tenanglah, ibu yakin disana dia sudah bahagia bersama tuhan jadi kau jangan menangis lagi"

"Iya sheila, yang di bilang ibumu benar, jangan terlalu sedih ya"

"Tidak hiks... tidak bisa nau hiks... hiks.."

"Nak naura ibu mau keluar sebentar, bisa kau temani sheila sebentar?"

"Tentu tante", jawab naura

"Terimakasih", sambil senyum ke arah naura

Ceklek

"Sheila sudah jangan menangis, mau ku belikan es krim?"

"Tidak naura terimakasih hiks... aku ingin sendiri, bisakah kau keluar dari kamarku?"

"Hm.... tentu aku mengerti kok, tenangkan pikiranmu ya shei. Aku pergi dulu"

"Baiklah"

Tak lama kemudian sheila mulai merasa matanya berat. Ia akhirnya mencoba untuk tidur. Dalam mimpinya ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menurutnya seperti malaikat. Di dalam mimpinya ia bercakap cakap dengan lelaki tersebut...

"Siapa kau?" tanyaku dengan nada takut

"Tenang, kau tidak perlu takut aku hanya ingin mengatakan bahwa kau jangan bersedih lagi sahabatmu sudah bahagia disana" katanya sambil tersenyum tulus padaku

best friends promise ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang