Manusia.
Punya satu hati. Tapi, beribu-ribu perasaan.Sikap manusia bisa dilihat dari pijakan langkah yang ia tempuh.
Sulit, memang sulit. Kadang, di ujung penyelesaian baru akan sadar atas semua perbuatan. Menyesal, tapi tak berguna. Semua tak bisa kau ulangi. Semua ini hanya mengulur waktu. Habis, tak ada yang bisa di ambil hikmahnya.
CUKUP!
Kringgg...kringgg...
Rumah kayu tua
23 April 201404:20
Miko terbangun seperti orang yang baru saja tersungkur setelah lari jarak jauh.
"Huhhhh..huuhhhh Apa itu tadi? Semua bekas ini masih saja terimpikan. Tuhan, bantulah hambamu ini..."
06:30
Maaf atas ketidaknyamanan tadi. Perkenalkan, dia Miko, 18 tahun, sedang mencari titik kedewasaan, masih sekolah, dan maaf, kesepian.
Selalu saja seperti itu. Setiap malam, berkas-berkas memori kecilnya selalu terbawa dalam tidur. Sulit dihapus, seperti aplikasi bawaan saja, yang hanya bisa dipaksa untuk berhenti. Tapi, tak ada kemungkinan muncul kembali saat pembaharuan dilakukan.
'Kriuk-kriuk' " Bu?! Air susunya dimana? Ini Miko udah telat, masa makan sereal tanpa air susu," berdiri, berpencar mencari ibunya kesetiap sudut rumah.
"Bu.. ibu dimana?" Miko mendapati ibunya terlihat sedang mengangkat cucian keluar dari kamar mandi. Lalu ia segera menghampiri ibunya.
"Bu? Lain kali teriakin Miko buat bantuin ibu, Miko kan anak ibu, pantas buat dijadikan pembantu dirumah. Ya Bu?" Ujar Miko sambil mengambil cucian dari tangan ibunya.
Ibunya tersenyum "Mik, kamu kan udah telat. lagian, tugas kamu sekarang itu sekolah, semua urusan di rumah biar ibu yang kerjakan, ya?"
Miko memandang wajah ibunya " Bu, enggak apa-apa. Sekarang Miko mau jadi anak yang berbakti buat ibu. Lagian, kalau Miko tau pekerjaan ibu seberat ini, mending Miko aja yang kerjain." Mengangkat cucian lalu berjalan kebelakang rumahnya. Ibunya kembali tersenyum melihat tingkah anaknya yang kian hari makin dewasa.
"Diletakan dimana bu?" Tanya Miko.
"Disitu saja depan pintu keluar." Ujar sang mamah.
Waktu terus berjalan, tak sadar matahari telah bersinar lebih atas dari kepalanya.
"Waduh, gawat! Bisa telat masuk sekolah ini." Miko lekas berlari.
" Kenapa mik?" Tanya sang ibu.
"Miko pergi dulu, sudah telat!" Bergegas mengambil tas, meninggalkan sereal diatas mejanya lalu memakai sepatu, dan pergi hingga lupa mengucap salam pada ibunya.
"hati-hati ya nak! Nanti kalo pulang sore, makan siangnya ada di atas meja makan!" Teriak ibunya dari depan pintu rumah.
"Iya bu iyaa!" Sambil berlari.
***
Lanjut yok ke bagian 1!
KAMU SEDANG MEMBACA
MASALAH
Teen Fiction*** Dia memulai semua ini sejak sakit masa itu. Masa dimana ia mampu untuk memilih. Tapi sayang, pilihannya salah kaprah. Bekas kaprahannyapun masih ada sampai sekarang. Sulit dalam menerjemahkan pribadinya. Sosok pribadi yang menarik diri dari sik...