Gue di sini lagi, di ruangan ini, ruang yang hampir setiap minggu gue masukin buat dengerin
ceramah Nyokap dan Bokap selama satu jam, kadang malah lebih.
Dan seperti sebelumnya, gue
cuma bisa diem menatap mereka.
Ini semua tuh gara-gara makhluk nyebelin yang duduk di samping gue. Lihat aja wajah pura-
pura tak berdosanya itu. . . . Iiih gue pengen buanget nyakar tuh wajah.
Dia . . . Bambam, dan gue
sebel banget kalo inget dia tuh adek gue adek beda 5 menit doang, iya kita tuh kembar.
"Papa bosen sama tingkah kalian!"
"Tapi pah, Lisa kan nggak ngapa-ngapain!"
"Lisa.! Papa belum selesai ngomong.!"
"Tapi paaah. . . . Yang mulai tuh Bambam.! Lisa kan cuma. . . ."
"Lisa!'' bentak Bokap.
"Iya! Iya!"
Akhirnya gue cuma bisa diem. Sementara idiot itu bertingkah seperti anak baik di depan Nyokap
dan Bokap. Dasar nyebelin! Dia tuh cuma pengen ngebuat gue terlihat buruk di depan Nyokap
dan Bokap. Tapi tunggu aja pembalasan gue!
"Dengerin, kalian tuh sodara. Kalian punya darah yang sama. "
Ya. . . ya. . . ya. . . Dan itu tuh yang terburuk!
"Lisa, kamu tuh lebih tua walaupun beda lima menit, seharusnya kamu tahu dong gimana bersikap sebagai seorang kakak. Dan kamu Bambam, seharusnya kamu belajar ngehormatin kakak kamu. Gimanapun juga
Lisa lebih tua dari kamu!"
"Ya, Pah.!"
Hah!?! Lihat aja sandiwaranya. Dia itu sok suci. Dia cuma pengen buat Bokap terkesan. . . . Dia
tuh nggak pernah ngehormatin gue.
"Trus kalau kamu, Lisa.?"
"Iya, Pah. . ."
"Kok ngomongnya kepaksa banget kaya gitu?"
"Iya. . . Lisa coba yang terbaik, deh!"
"Bagus! Papa harap ini untuk kali terakhir Papa marahin kalian karena hal sepele yang kalian
ributkan!"
Hmmmh... Gue harap sih gitu! Mungkin kalau mahluk idiot itu dipindahkan ke lubang Hitam
sekalian!
"Lisa, kamu harus minta maaf sama Bambam!"
"Minta maaf!"
"Lisaa. . .!"
"Tapi Mah. . . Ini nggak adil!"
"Nggak adil gimana? Lihat tuh wajah Bambam, sampai biru kayak gitu!"
Rasain! Emang tadi gue pukul dia pake tongkat baseball. Untung aja Nyokap sama Bokap
langsung dateng, kalau nggak hiiiy. . .
Dia bisa ngebales gue! Dia tuh kuat banget! Biasalah cowok. Walaupun dia kalah Lima menit dari
gue, tapi dia tuh 20 centi lebih tinggi dari gue. Gue bisa tewas kalo dia ngebales, tapi untuuuung
aja Nyokap sama Bokap dateng.
"Nggak Mah, aku kok yang salah. Aku yang seharusnya minta maaf sama Lisa. Sorry ya, Lis!"
Apa?! Ooh hebat! Hebat banget! Seharusnya loh tuh dapet Piala Oscar buat akting menjijikkan lo
itu!
"Lisa.?" Nyokap dan Bokap natap gue.
Gue rasa mereka udah kepengaruh deh sama si nyebelin itu.
"Iya iya, gue minta maaf juga!" gue kesel banget.
Saat gue lirik dia, dia tersenyum penuh kemenangan. . . Dan sayangnya, Nyokap dan Bokap
nggak ngelihat! Huuuh, coba gue bawa kamera, jadi kan bisa nunjukin sama Nyokap Bokap kalo
dia tuh memang licik! Dasar ular!
"Sekarang kalian tidur!"
"Malem Mah, Pah.!"
Gue keluar dan lari menaiki tangga. Gue kesssel banget. Lagi-lagi Bambam menang. Gue denger
dia lari-lari di belakang gue.
