5

64 20 0
                                    







Dengan membawa sekotak brownies untuk diberikan kepada Ibu Jimin. Malam ini Han Keina memutuskan untuk berkunjung ke rumah Jimin. Tangan gadis manis tersebut terulur untuk menekan bel pintu rumah Jimin. Dan tak berselang lama pintu rumah pun terbuka. Menampilkan sosok Perempuan paruh baya yang tak lain adalah Ibu dari Hwang Jimin.

"Selamat malam, Eomma Hwang."

Nyonya Hwang tersenyum, "Selamat malam, Nak."

"Ini untuk Eomma." ucap Keina sembari memberikan sekotak brownies kepada Ibu dari teman baiknya tersebut.

"Mau bertemu dengan Jimin, ya? Sayangnya dia sedang tidak berada di rumah."

Agaknya Keina merasa kecewa karena kini yang menjadi alasan utamanya datang kesini malah tidak sedang berada di rumah.

"Tak apa, Eomma. Aku juga sudah lama tak berkunjung kesini."

"Kalau begitu masuklah, Nak."

Sedangkan disisi lain Hwang Jinae masuk ke dalam kamar kakaknya. Ia menatap pada Jimin yang kini tengah membawa buku dengan tubuh yang terbaring di atas ranjang.

"Ada Keina Eonni di ruang tamu. Jadi Oppa jangan keluar dulu dari kamar." ucap Jinae yang memberitahu pada kakaknya jika kini ada Keina yang tengah berada di ruang tamu.

Hwang Jimin menutup bukunya. Lantas menaruh buku tersebut diatas nakas yang berada tepat di samping ranjangnya. Ia merasa kasihan pada gadis manis tersebut. Namun, ia sudah berjanji pada Ibunya untuk perlahan menjauh dari Keina. Meskipun akan begitu sulit untuknya. Namun kini dirinya juga tengah berusaha.

"Kalau begitu kau temui dia. Ajak dia mengobrol." ucap Jimin pada sang Adik.

Jinae menggelengkan kepalanya, "Tidak, Oppa. Aku disini saja. Aku merasa kasihan padanya. Eomma berbohong dan mengatakan jika kau sedang tidak berada di rumah. Pasti alasan utama dia kesini adalah untuk bertemu denganmu."

Jimin terdiam untuk sesaat. Ia jadi merasa bersalah pada gadis bermarga Han tersebut. Apalagi tadi siang ia sempat menolak ajakan Han Keina untuk makan siang bersama. Dan sebelumnya ia mengabaikan pesan yang dikirim oleh Han Keina.

"Kalau begitu kau disini saja. Temani aku membaca buku."

"Itu adalah hal yang membosankan."

"Kalau begitu besok jadwalku libur kerja. Aku akan mengajakmu pergi jalan-jalan."

"Jalan-jalan denganmu adalah hal yang membosankan. Kau hanya akan diam saja sepanjang perjalanan. Lebih baik aku jalan-jalan bersama kekasihku saja."

Mungkin setelah ini hidup Jimin akan terasa begitu hampa tanpa adanya Keina disampingnya. Biasanya gadis manis tersebut yang akan menemaninya jalan-jalan. Keina akan merasa senang dan begitu menghargainya meskipun ia hanya membelikannya ice cream rasa cokelat. Keina adalah gadis yang begitu sederhana dan juga baik. Oleh karena itu ia bisa kembali jatuh cinta kepadanya. Selain wajahnya yang cantik. Jimin juga jatuh cinta pada karakternya.

"Kalau begitu besok aku akan pergi sendiri."

"Carilah kekasih, Oppa. Umurmu sudah cukup banyak. Cari kekasih dan setelahnya menikahlah."

Jimin tersenyum, "Aku akan menikah setelah pendidikanmu selesai dan kau bisa mencari uang sendiri."

"Oppa selalu membuatku sedih. Kau bahkan melarang ku untuk bersekolah sambil kerja. Padahal aku ingin meringankan bebanmu."

Jimin tersenyum, "Kau bukan beban untukku. Kau adalah Adikku."















🍁🍁🍁🍁





Keina tahu bahwa besok adalah hari libur untuk Jimin. Ia mengirim pesan pada Jimin. Mengajak Pria itu untuk berkunjung ke rumah Neneknya yang ada di Busan. Jimin juga begitu dekat dengan Neneknya. Karena sebelumnya ia seringkali mengajak Jimin pergi ke rumah Neneknya dan menginap bersama. Neneknya bilang jika Jimin adalah Pria yang baik dan juga sangat manis. Padahal usianya sudah tak lagi muda. Namun, wajahnya masih terlihat seperti anak sekolah.

Tak berselang lama ada notifikasi pesan masuk yang masuk ke dalam ponselnya. Lantas Keina segera membuka pesan tersebut.

1 massage from Jimin.

Maaf, aku sedang sangat sibuk. Dan besok aku ada janji bertemu dengan seseorang.

Setelah membaca pesan balasan dari Jimin membuat Han Keina merasa kecewa. Mungkin Jimin sedang dekat dengan seseorang. Dan jika benar, Keina akan mencoba untuk bisa menerimanya. Meskipun rasanya sangat sakit sekali. Tapi Jimin juga berhak bahagia. Usianya juga tak lagi muda. Sampai kapan keduanya akan terus seperti ini.

"Kau berhak bahagia." monolog Keina sembari tersenyum. Meskipun kini hatinya terasa sakit.

Mungkin saja, tadi Jimin tengah bertemu dengan seseorang yang sedang dekat dengannya. Oleh karena itu saat ia berkunjung ke rumahnya, Jimin tak berada di rumah. Alasan Jimin berulang kali mengabaikan pesan darinya mungkin juga karena kini Pria itu tengah dekat dengan seseorang. Kalau saja hal itu benar-benar terjadi, Keina akan berusaha untuk ikhlas. Dan mulai detik ini ia juga akan belajar mandiri. Ia akan berusaha melakukan apapun seorang diri tanpa melibatkan Jimin di dalamnya. Meskipun begitu air mata pun luruh membasahi wajahnya. Ia tidak bisa menahan rasa sakit di dalam dadanya kalau saja Jimin benar-benar jauh darinya.

"Kenapa aku berlebihan sekali." monolog Keina sembari menghapus air matanya menggunakan punggung tangan. Ia tidak mau larut dalam kesedihan.

Gadis manis tersebut pun segera beranjak dari atas ranjang. Ia membuka lemarinya dan mengambil beberapa baju. Ia menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa ke rumah Neneknya besok. Mungkin ia akan menginap di sana selama beberapa hari. Ia akan pergi seorang diri. Meskipun dirinya akan menempuh perjalanan yang cukup jauh seorang diri. Mulai sekarang ia akan belajar mandiri, tanpa melibatkan Jimin di dalamnya. Pria itu juga berhak bahagia.

Helaan napas berat keluar dari belah bibir Han Keina. Entah kenapa kini pandangannya berfokus pada bingkai foto berukuran kecil yang berada di atas nakas. Itu adalah foto dirinya dan Jimin. Entah kenapa di dalam dirinya sangat ingin sekali membawa serta foto tersebut untuk ikut bersamanya.

Pada akhirnya Keina memasukkan bingkai foto dirinya dan Jimin ke dalam tas nya.

"Aku tidak membawamu bersamaku. Tapi aku membawa fotomu dan diriku. Sangat lucu sekali." monolog Keina sembari tersenyum. Namun, hatinya terasa sakit sekali.

Banyak sekali kenangan dirinya dan Jimin yang telah terjadi. Kalau saja Pria itu benar-benar telah menemukan tambatan hatinya itu berarti Keina harus sadar diri dan perlahan menjauh dari kehidupan Jimin.

Mengapa Kau Pergi? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang