6

68 22 2
                                    










"Tidak mungkin,"

Ponsel Jimin yang berada di dalam genggamannya pun terjatuh ke lantai. Air mata Pria itu pun luruh seketika dengan rasa sesak yang ia rasakan di dalam dadanya. Seakan ada sesuatu yang menghimpit dadanya dengan begitu kuat.

Jimin baru saja menerima sebuah panggilan dari Nara. Gadis yang bekerja di kedai ramen milik Keina. Hanya gadis bersurai pirang itu yang cukup dekat dengan Han Keina. Nara mengatakan padanya jika Han Keina mengalami kecelakaan dan kini tengah berada di rumah sakit. Andai saja ia menerima ajakan gadis itu untuk pergi ke rumah Neneknya mungkin saja hal seperti ini tidak akan terjadi.

Tanpa pikir panjang Jimin meraih kunci motornya yang berada di atas meja. Pria itu berlari keluar dari dalam kamarnya.

"Mau kemana?"

Langkahnya sempat terhenti ketika mendengar pertanyaan dari sang Ibu.

"Menemui Keina."

"Kau sudah berjanji untuk tidak bertemu dengannya lagi."

"Dia mengalami kecelakaan. Sekarang dia ada di rumah sakit."

Nyonya Hwang tersentak ketika mendengar apa yang baru saja terucap dari belah bibir sang Putera. Biar bagaimana pun ia juga begitu menyayangi Keina. Gadis itu sangatlah baik kepada keluarganya. Mendengar jika terjadi hal buruk pada Han Keina tentu saja membuat dirinya merasa khawatir akan bagaimana keadaan gadis manis itu saat ini.

"Aku ikut denganmu."

Jimin mengangguk, "Baiklah, Eomma."

Park Jimin melangkahkan kakinya keluar dari dalam rumahnya. Diikuti oleh sang Ibu yang kini tengah berjalan di belakangnya. Ia tidak menyangka jika hal ini akan terjadi. Ia akan mengutuk dirinya sendiri jika saja nantinya akan terjadi hal buruk pada gadis yang dicintainya tersebut. Di dalam hatinya ia berdoa. Berharap Keina hanya mengalami luka ringan saja.

Disepanjang perjalanan Jimin terus berdoa di dalam hatinya. Mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Keina akan baik-baik saja. Dan hanya mengalami luka ringan.

"Pelan-pelan, Nak." ucap Nyonya Hwang sembari menepuk bahu sang Putera.

Gerimis pun turun. Namun Jimin sama sekali tidak mengurangi kecepatan laju kendaraannya. Hal itu membuat sang Ibu yang kini yang berada dibelakangnya pun merasa khawatir karena keadaan jalanan yang licin.

"Hati-hati. Kurangi kecepatannya, Nak."

Karena hujan yang kini juga turun dengan deras membuat Jimin mengurangi laju kecepatan motornya. Ia juga sadar kini tengah membawa sang Ibu dalam boncengannya. Tidak seharusnya ia membuat Ibunya merasa khawatir karena dirinya yang melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Dengan keadaan bajunya yang telah basah. Nyonya Hwang berdoa di dalam hatinya. Berharap jika Keina baik-baik saja. Biar bagaimana pun ia begitu menyayangi gadis yang begitu dicintai oleh Puteranya tersebut. Keina adalah gadis yang begitu baik dan juga pengertian. Hanya saja, rasa cinta Jimin yang begitu besar pada Keina membuatnya merasa takut jika anaknya akan merasakan rasa sakit ketika nantinya Jimin tidak bisa bersama dengannya. Oleh karena itu sebagai seorang Ibu yang begitu menyayangi Puteranya ia menyuruh Jimin untuk menjauhi Han Keina dan mencoba untuk membuka hati untuk gadis lain.















🍁🍁🍁🍁





Jimin melihat Nyonya Han yang kini tengah menangis tersedu-sedu di pelukan Puteranya. Hal itu membuat Jimin sadar jika saja kini keadaan Keina tidaklah baik-baik saja. Lantas dengan keadaan basah ia berlari mendekat pada Ibu dari gadis yang dicintainya tersebut.

"Bagaimana keadaan Han Keina?" tanya Jimin.

Hanya tangisan yang dapat Jimin dengar. Taehyung yang biasanya terlihat begitu dingin kini juga tengah dalam keadaan menangis.

"Dia telah tiada." ucap Taehyung pada Jimin.

Jimin menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin,"

Setelahnya hanya air mata yang keluar membasahi wajah Jimin. Ia tidak menyangka jika saja sore itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Han Keina.  Sore itu adalah hari terakhir untuknya melihat senyum manis gadis yang begitu dicintainya tersebut. Jika saja ia menerima ajakan Keina untuk pergi ke rumah Neneknya mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Dan kini ia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang telah menimpah Han Keina.

Nyonya Han melepaskan pelukannya pada tubuh sang Putera. Perempuan paruh baya tersebut lantas membuka pintu ruangan Keina. Hal pertama yang ia lihat adalah seluruh tubuh Puterinya yang telah tertutup oleh kain berwarna putih. Dengan tubuh bergetar hebat ia berusaha melangkahkan kakinya untuk mendekat. Membuka kain yang menutupi wajah sang Puteri.

Wajah Keina terlihat begitu pucat dengan banyak luka yang menghiasi wajah ayunya. Setelah ini ia tidak akan lagi bisa melihat Puterinya. Sebagai seorang Ibu ia telah banyak menyakiti hati sang Puteri. Kini ia menyesal karena telah memperlakukan Han Keina berbeda. Hanya karena merasa tak terima karena sang suami lebih banyak memberikan warisannya kepada Keina lantas ia seringkali menyalahkan Puterinya. Dan kini ia telah kehilangan sang Puteri untuk selamanya. Barulah ia sadar jika harta tidak bisa ditukar dengan nyawa sang Puteri.

"Taehyung. Aku telah kehilangan suamiku. Dan kini aku___

Tangis kembali pecah. Nyonya Han tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Ia menarik tubuh sang Putera untuk dipeluknya. Ia telah kehilangan suaminya. Dan kini ia kehilangan Puteri keduanya. Bagaimana caranya untuk meminta maaf kepada Han Keina. Bagaimana bisa ia meminta maaf pada Keina yang kini tengah terbaring diatas ranjang rumah sakit dalam keadaan tak bernyawa.

Dengan tubuh bergetar Jimin melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah ranjang. Ia dapat melihat jelas wajah Han Keina yang terlihat begitu pucat dengan banyak luka yang menghiasi wajah cantiknya. Bahkan melihat Keina terluka sedikit saja membuat Jimin merasa tidak tega. Ia pernah melihat Keina memasak saat berada di rumah Neneknya. Jari gadis manis tersebut tak sengaja terkena pisau hingga mengeluarkan darah. Hal itu saja sudah membuat Jimin merasa panik. Dan kini ia disuguhkan dengan pemandangan Keina yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Gadis tersebut sudah tak lagi bernyawa dengan banyak luka yang menghiasi wajahnya. Apakah ini mimpi? Tapi kenapa rasanya sakit sekali. Kalau saja ini hanya sebuah mimpi buruk tolong segera bangunkan Jimin. Ia sudah merasa tidak kuat menahan rasa sesak di dadanya.

Mengapa Kau Pergi? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang