Unedited
Tamparan gadis bercepol itu ternyata memberikan efek, karena keesokan harinya saat Sasuke bertemu tanpa sengaja dengan Sakura di perpustakaan, sesuatu mengganggu dirinya.
Gadis itu tetap menjaga jarak, dia bahkan terlihat mengurungkan niat untuk mendekatinya dan langsung berbalik arah.
Sakura, kali ini sudah dipastikan memahami ucapannya. Jadi seharusnya Sasuke tidak perlu ambil pusing dengan kemungkinan gadis itu akan kembali ke kebiasaan lamanya.
Tapi ternyata ia masih bisa merasakan perasaan bersalah yang membuatnya tidak nyaman.
Persetan.
Ia benci merasakan perasaan asing ini dan untuk menghilangkannya ia perlu melakukan sesuatu yang jarang dilakukannya.
Sasuke melangkah-mendekati Sakura yang menurut tebakannya berada di salah satu bagian science di belakang perpustakaan. Ketika ia bisa melihat rambut merah muda familiar itu, langkahnya berhenti. Keraguan meliputinya. Tak ada jaminan bahwa setelah perkataan yang akan disampaikannya, Sakura tetap akan menjauhinya seperti sekarang.
"Sakura."
Buku di tangan Sakura terjatuh. Gadis itu membalikkan punggungnya dan menatapnya dengan pandangan terkejut.
"Sasuke-kun," bisik Sakura pelan.
Sasuke mendesah lalu mendekati gadis itu hingga mereka berjarak lebih dekat. Ia kemudian mengambil buku yang dijatuhkan Sakura tadi dan memberikan kepada Sakura yang masih belum pulih dari rasa kagetnya.
"Terimakasih."
"Hn."
"Apa ada yang ingin kau katakan, Sasuke-kun?" tanya Sakura ragu-ragu setelah keheningan meliputi mereka beberapa saat.
"Kau tahu aku tidak terbiasa melakukan ini, tapi kurasa aku berhutang permintaan maaf karena perlakuanku malam itu. Apa yang kukatakan memang yang sesungguhnya ingin kukatakan sejak dulu, tapi tak seharusnya aku membentakmu saat itu," ujarnya panjang lebar dengan nada yang datar.
Kebingungan Sakura menghilang. "Ah... begitu."
Sasuke tidak pernah merasa secanggung ini sebelumnya, apalagi orang yang dihadapinya tidak lain adalah Sakura, yang biasanya tak pernah membuatnya berpikir. Mungkin ucapan Ibu dan teman-temannya mau tidak mau membuat hati nurani atau apapun sisi kemanusiaan yang masih tersisa di dalam dirinya sedikit tergelitik.
"Baiklah, hanya itu yang ingin kukatakan. Selamat tinggal."
Ia baru berjalan beberapa langkah sehingga ia masih bisa mendengar gadis itu berkata dengan pelan. "Aku sudah memaafkanmu, Sasuke-kun. Selamat tinggal."
-0-
Satu bulan berlalu. Semua berjalan normal seperti seharusnya. Sasuke bebas dari rasa frustasi dan bisa melakukan kesenangan yang sering terinterupsi sebelumnya.
Sasuke juga sudah tidak lagi mengalami masalah dengan keberadaan Sakura karena mereka lebih mirip orang asing setelah pertemuan terakhir di perpustakaan. Gadis itu memang masih menemui Mikoto tapi tidak berusaha menemuinya di rumah sekalipun. Hal yang patut di syukuri.
Neji dan Tenten pun memilih untuk tidak mengusik mengenai kejadian waktu itu dan gadis bercepol itu hanya bersikap acuh terhadapnya jika mereka bertemu.
Sayangnya, semua berubah di bulan berikutnya saat Tenten mulai membawa 'teman barunya' ke tempat-tempat yang biasa ia datangi.
Siapa lagi kalau bukan Haruno Sakura? Entah pesta atau acara kelompok atau kampus mereka, gadis bercepol menyebalkan itu selalu menyeret Sakura di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H. E. R
FanfictionA 18+ Sasusaku Fanfiction Sasuke benar-benar lelah tentang hal yang satu ini: Sakura dan kecenderungan untuk selalu menguntitnya. Atau menurut lelucon teman-temannya, gadis itu sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerangnya. Sakura tetangga sek...