01 - Dia

75 40 4
                                    


"Enam tiga puluh, yeay!" sorak gadis berambut panjang yang memiliki poni dengan girang di depan pos satpam. Siswi dengan name tag Nina Selvia itu berdiri di depan pos satpam dengan ceria. Ini bukan pertama kalinya, ia memang rajin menjadi patung selamat datang yang menyambut kedatangan murid dan guru setiap paginya.

"Neng, lebih awal dari biasanya?" Tanya pak Tono, seorang satpam yang setiap hari sudah biasa melihat pemandangan pagi, Nina menjadi patung selamat datang di gerbang sekolah.

"Iya, pak ..." ucap Nina sambil merapikan seragamnya dan beberapa atribut.

"Pasti mau nungguin Sakti ya?" Pak Tono menggoda Nina hingga tersenyum lebar.

"Jangan keras-keras pak ngomongnya entar takut ada yang denger!" seru Nina, tampang bermuka agak tersipu malu.

"Sebentar lagi juga datang palingan," kata pak Tono berusaha meyakinkan Nina.

"Semoga aja ya, Pak. Tapi walaupun lama nggak masalah saya siap nungguin kok," ungkap Nina. Matanya mulai berbinar.

"Kamu tuh ada-ada aja ya, kenapa nggak bilang langsung biar si Sakti tau," saran pak Tono. Beliau berbisik pelan.

"Di dalam kamus saya, nggak ada kalau perempuan dulu yang mengungkapkan perasaannya," kata Nina, ia berbalik badan menghadap pak Tono.

Beberapa menit kemudian suara motor ninja hitam milik Sakti terdengar jelas di setiap telinga milik siapa pun yang berada di jarak dekat maupun jauh. Brunn Brunn Brunn...

Beberapa siswa siswi yang berposisi di depan motor Sakti meminggir karena takut ditabrak secara sengaja olehnya.

Pak Tono dengan sigap segera membuka kan pintu gerbang yang lebar sambil menyapa ramah tamah, "Pagi!"

Sakti yang melihat pak Tono dan mendengar ucapan salam langsung membalas balik, "pagi juga, Pak!"

Sementara Nina, ia tubuhnya kaku. Mendadak dingin sedingin es batu yang sangat padat. Berdiri tegak, matanya memandang setiap sudut Sakti berpindah tempat.

Sudah lama Sakti selalu melihat gadis tersebut sewaktu memasuki gerbang pada jam masuk sekolah dan pulang.

Ganteng!...
Batin Nina. Ia menatap Sakti kagum.

Sakti membuka helm nya setelah itu mengacak-acak rambut hitam tebal miliknya. Mengambil kunci motor dan akan segera beranjak namun pandangannya tertuju pada gadis yang menatapnya serius bahkan sampai tidak berkedip dalam hitungan detik.

Dari kejauhan Sakti diam-diam berbicara, "Dia cantik!"

Ketika bel masuk sudah dibunyikan, seluruh siswa siswi masuk kelas masing-masing. Deretan siswa memenuhi area lapangan dan sesegera mungkin mereka harus berlari dengan cepat untuk memasuki kelas, karena lima menit yang akan datang wali kelas sudah berdiri di depan kelas dan siap untuk memulai pelajaran pada jam pertama.

Apabila terlambat, maka mereka semua harus siap menerima konsekuensi nya. Berdiri di tengah lapangan ditemani terik matahari dan tas berat di pundaknya. Mereka hormat menghadap tiang bendera selama empat jam atau sampai istirahat

***

Kelas Nina berada di lantai bawah sedangkan Sakti lantai atas. Terkadang Nina nekat berbohong hanya demi Sakti, ia meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet tapi berbalik arah. Berbekal keberanian diri ia mengintip kelas Sakti melalui jendela hanya ingin angannya terkabul yaitu melihat Sakti sedang melakukan aktivitas apa.

"Woi! Udah ngeliatnya. Asal lo tau, kita berdiri terus disini sudah sepuluh menit," ucap Widya kesal.

Nina melihat Sakti sedang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah, ia tertawa geli. Temannya yang sudah tidak sabar menunggunya, akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas mereka.

ninationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang