Second

240 40 8
                                    

Have fun^^

***

Hari ini Lucy tidak bisa pergi bekerja. Ia demam karena semalam dirinya harus menerobos derasnya hujan. Lucy juga tak bisa bekerja di toko milik sahabatnya. Ia sudah memberitahu Brenda bahwa dirinya demam dan dia juga memberitahu Kate salah satu sahabatnya yang juga seorang guru TK bahwa ia tak bisa masuk.

Kini Lucu memegang kepalanya sebelah dan rasanya seperti sebuah batu besar baru saja mengenai kepalanya. Ia benar-benar pusing dan tidak jadi untuk sekedar duduk. Namun kemudian pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok pria tampan lengkap dengan seragam sekolah yang dikenakannya.

Elio Maven. Adik bungsunya yang kini tengah berjalan kearahnya dan membawa sebuah mangkuk berisi bubur kesukaan Lucy. Ia membantu kakak perempuannya agar bisa duduk di ranjangnya.

"Apa kepalamu sangat sakit?" tanya pria tampan yang kini memegang sendok yang sudah ada bubur diatasnya, bersiap untuk menyuapi kakak tersayangnya itu.

"Sangat sakit tapi tidak apa-apa. Aku bisa menahannya." ucapnya ketika Elio menyuapinya.

"Kau ingin ke rumah sakit? Aku dan Ibu yang akan mengantarmu."

"Tidak usah. Sebentar lagi sakitnya pasti hilang. Jangan khawatir."

Elio menghela nafasnya kasar melihat sifat Lucy yang keras kepala. Ia sudah membujuk kakaknya itu dari semalam untuk ke rumah sakit karena demamnya sangat tinggi, namun Lucy tetap tak mau. Bahkan bujukan Ayahnya pun tak mempan. Padahal biasanya jika dia dan Ayahnya yang membujuk satu-satunya tuan putri di rumah mereka, pasti akan berhasil. Namun kali ini, usaha mereka gagal.

"Kau sangat keras kepala kak. Padahal demammu belum juga turun dari semalam. Bagaimana aku tidak khawatir?"

"Sudahlah El, jangan dipikirkan. Lebih baik kau fokus sekolah saja. Belajar yang baik dan jangan mengecewakan Ayah dan Ibu, juga aku."

"Kau selalu begitu kak. Bisakah setiap kau sakit kau menuruti apa kata-kata kami? Bagaimana jika sakitmu parah dan k-"

"Hei kenapa kau berpikiran sampai disitu? Aku hanya sakit biasa. Sebentar lagi pasti sembuh. Aku hanya butuh obat saja dan aku akan seperti sebelumnya lagi." Lucy mengambil mangkuk bubur yang ada ditangan Elio dan memakan sendiri buburnya. Sedangkan adiknya itu hanya menatap pasrah Lucy dengan tatapan sendunya.

Ia sangat khawatir dengan keadaan Lucy. Karena bagaimanapun juga, Lucylah yang membiayai pendidikannya dengan Nolan. Sebenarnya, ia dan Nolan ingin bekerja namun Lucy melarang mereka. Gadis itu bilang bahwa mereka berdua hanya boleh fokus belajar. Padahal ia sendiri harus mengeluarkan banyak biaya di sekolahnya terlebih Nolan yang sekarang tengah menempuh perguruan tinggi. Padahal biayanya sangat mahal tapi Lucy tetaplah Lucy. Gadis itu akan memaksa Nolan dan Elio agar tetap melanjutkan pendidikannya dan bisa membanggakannya walaupun kehidupan mereka sangatlah kurang.

Biarkanlah gadis Maven itu yang bekerja untuk adik-adiknya dan Lucy juga menyuruh Ayahnya yang membayar sewa tempat tinggal mereka. Biarlah gadis cantik itu yang membiayai pendidikan kedua adiknya dan memberi keluarganya makanan yang layak tanpa membebani Ayahnya yang hanya seorang supir bus dan gajinya yang pas-pasan sementara kehidupan begitu sulit sekarang ini.

Gadis itu juga sangat jarang sekali untuk membeli keperluannya sendiri sebagai seorang wanita. Ia hanya membeli jika sangat penting menurutnya. Dan ketahuilah, Lucy Maven wanita yang biasa-biasa saja. Ia tak pernah memakai make up di wajahnya. Hanya bedak baby dan lip gloss yang menghiasi wajah cantiknya. Tapi dengan begitu, banyak yang mengagumi kecantikannya yang sangat alami. Itulah sebabnya banyak yang iri sampai membencinya dan menjadikan status gadis itu sebagai alasan bahwa Lucy hanyalah orang rendahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Good, ThanksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang