Story 4 : Numpang Eksis

346 3 0
                                    

                                                                        Story 4 : Numpang Eksis

                                                                  

[Tino’s POV]

Bersekolah di salah satu sekolah ternama dan terkenal mungkin merupakan mimpi setiap remaja. Aku merasa sangat senang bisa bersekolah di The Dream International High School. Yah, ini adalah sekolah impianku sejak masih berada di sekolah dasar. Meskipun sebenarnya aku sangat mudah bisa masuk di sekolah ini. Tapi ayahku bukan tipe orang tua yang memenuhi segala keinginan anaknya meskipun sebenarnya mereka mampu.

Boleh dibilang ayahku adalah pemilik dari yayasan sekolah ini. Tapi aku tidak dengan mudah masuk ke sekolah ini. Aku harus membuktikan kepada ayahku bahwa aku pantas dan layak untuk bisa bersekolah di sini. Meskipun pemegang yayasan lainnya membiarkan anak-anak mereka masuk di sekolah ini hanya dengan menggunakan nama orang tua mereka. Orangtuaku tidak pernah membantuku dalam urusan pendidikan. Ayah hanya kerap kali membantuku beda dengan ibuku yg  sekali-sekali membantuku untuk memenuhi keinginanku.

Sejak aku kecil ayah tidak memberikan dengan percuma benda-benda yang kuinginkan. Aku masih ingat, saat usiaku delapan tahun. Aku menginginkan sebuah sepeda dan memintanya kepada ayah. Aku sudah merengek untuk dibelikan. Tapi hasilnya tidak ada. Aku justru mendapatkan teguran yang keras dari ayah.

“Papi, aku mau sepeda. Sepeda seperti teman-temanku yang lainnya.” Aku terus merengek meminta sepeda kepada ayah setelah kami melakukan makan malam bersama di rumah. Ayah sama sekali tidak memberikan jawaban seperti yang kuinginkan.

Sambil berdiri dari kursinya, ayah mendekatiku. Memegang kedua bahuku dengan tatapan tegas, “Jika kamu inginkan sepeda maka kamu harus berusaha untuk mendapatkannya.” Ayah tersenyum tegas membuatku sedikit merinding.

Ibu dan kak Valeria hanya saling berpandangan. Mereka tidak berdaya untuk berkomentar apapun. “Apa maksudnya?.” Aku bertanya dengan wajah lugu. Ayah tersenyum kecil dan menempatkanku diatas pangkuannya. “Valen, anakku. Papi bisa saja memberikan sepeda itu untukmu malam ini juga. Tapi jika papi melakukan itu berarti papi tidak mengajarkanmu apa-apa. Justru kamu hanya akan menjadi anak yang manja.” Aku makin mengernyitkan keningku. Aku meminta penjelasan lebih lagi padanya.

“Anakku. Kekayaan yang papi miliki saat ini karena usaha papi yang sangat keras. Sehingga bisa mendapatkan ini semua. Kekayaan ini bukan warisan dari eyang. Papi juga ingin mengajarkan hal yang sama kepada semua anak-anaknya. Dan papi ingin kamu seperti itu juga. Kamu seorang laki-laki, maka kamu harus mempunyai tanggung jawab.” Aku mulai memahami penjelasan ayah.

“Jika kamu inginkan sepeda itu, maka berusahalah untuk mendapatkannya.” Jari telunjuk ayah bergoyang didepan mataku. “Jika semester ini kamu menjadi bintang kelas, maka sepeda itu akan kamu dapatkan.” Janji ayah padaku waktu itu. Dan sejak itu aku berusaha keras untuk bisa mendapatkan sepeda yang kuinginkan.

Ayah  mungkin tidak memaksaku untuk belajar lebih giat lagi. Tapi dengan keinginan untuk mendapatkan sepeda, aku bersemangat dalam belajar dan akhirnya aku menjadi bintang kelas. Seperti yang telah dijanjikan ayah, setelah menerima rapor. Sepeda yang kuinginkan sudah ada dihalaman rumah.

Karena hal itulah yang membuatku menjadi seseorang yang rajin belajar, mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Dan membuatku kurang bergaul dengan lingkungan luar.

Perkenalkan namaku adalah Valentino Suryojoyo. Tapi itu hanya nama di absen guru. Aku dikenal dengan nama Tino. Aku adalah salah satu siswa yang kurang popular dikalangan cewek-cewek cantik diseantaro sekolah. Tetapi aku popular dikalangan guru-guru karena prestasi yang kumiliki. Aku tidak memiliki wajah yang tampan seperti murid-murid cowok lainnya. Aku memiliki wajah yang standar. Tidak memiliki ketampanan sedikit pun. Mungkin karena aku memakai kawat gigi yang tidak pernah lepas dengan kacamata yang bertengger di hidungku. Mungkin karena dua hal inilah aku agak sulit untuk mendekati seorang cewek atau lebih tepatnya sulit untuk mendapatkan pacar bahkan gebetan sekalipun.

Kisah Kasih di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang